Kamis, 26 Maret 2020

Kanda Pat

Oleh:
Ni Nyoman Ranis Sutiawati


Pendahuluan
Masyarakat Bali adalah masyarakat yang terkenal dengan kebudayaan yang unik. Terdapat beberapa kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat Bali, salah satunya kepercayaan akan adanya 4 saudara yang menyertai saat setiap kelahiran manusia, yang disebut sebagai Kanda Pat (Nantra, 2011). Menurut kitab suci Lontar Tutur Panus Karma, nama-nama Kanda Pat berubah-ubah menurut keadaan/ usia manusia itu sendiri (Sandhi, 2016). Kanda Pat diyakini oleh umat Hindu di Bali akan mempengaruhi perkembangan fisik maupun psikis manusia untuk menjadi sehat atau sakit, sukses atau tidak sukses, menderita atau bahagia. Kanda Pat akan terus menyertai manusia di setiap perkembangan manusia dari umur keumur. Dalam lontar "Aji Maya Sandhi" disebutkan ketika manusia sedang tidur, maka Kanda Pat dapat keluar dari tubuh manusia dan bergentayangan, ada yang duduk di dada, di perut, di tangan dan sebagianya, sehingga mengganggu tidur manusia, oleh karena itu perlu dibuatkan pelangkiran untuk stananya agar mereka dapat melaksanakan tugas sebagai "penunggu urip". Jika itu dilaksanakan maka manusia akan tidur dengan tenang dan nyenyak karena sudah ada yang menjaga dari segala bentuk gangguan roh jahat (Yendra & Pekandelan, 2016).

Penjelasan
Pengertian Kanda Pat
Secara etimologis, Kanda Pat terdiri dari dua kata, yaitu Kanda dan Pat, dimana Kanda itu berarti teman dan Pat berarti empat. Jika kedua kata tersebut digabung, maka akan memberi arti empat teman yang didefinisikan sebagai empat kekuatan Tuhan yang selalu menyertai roh (atman) manusia sejak manusia dilahirkan sampai meninggal dunia (Sandhi, 2016). Kanda Pat dipercayai sebagai empat saudara kandung manusia yang menemani manusia sejak ia dilahirkan sampai meninggal. Adapun keempat saudara tersebut sudah ada sejak dalam kandungan yang dipercayai sebagai unsur-unsur yang membentuk manusia untuk bisa dilahirkan ke dunia. Unsur-unsur ini meliputi getih (darah), lamas (lemat kulit/tali puser), yeh nyom (ketuban), ari-ari (plasenta) yang disebut Catur Sanakatau Kanda Pat. Dan apabila nanti sudah meninggal, maka unsur ini akan kembali kepada asalnya (Suhardana, 2010). Menurut kitab suci Lontar Tutur Panus Karma, nama-nama Kanda Pat berubah-ubah menurut keadaan atau umur manusia. Setelah meninggal, Kanda Pat akan bersatu kembali kepada Tuhan (Kusuma, 2012).
Kanda Pat dan Manusia
Manusia lahir adalah hasil dari hubungan asmara orang tuanya disertai dengan kelahiran saudara empatnya tersebut atau Kanda Pat. Bentuk Kanda Pat yang dapat dilihat dan diraba secara nyata, yaitu terdiri dari empat macam berupa ari-ari, lamas, getih dan yeh nyom. Setelah mereka dikuburkan saat kelahiran bayi, maka perubahan selanjutnya adalah abstrak (tak berwujud) namun dapat dirasakan oleh manusia yang kekuatan bathinnya terpelihara (Pinatih, 2016). Keempat teman yang abstrak ini terus menyertai manusia sampai meninggal (Kusuma, 2012).
Didalam lontar-lontar di Bali maupun dalam buku medis, diketahui bahwa unsur laki-laki dan wanita memiliki beberapa macam sebutan :
Unsur laki-laki disebut kama petak, sukla, kamajaya, Sang Hyang Semara, sperma, sel mani, air mani.
Unsur wanita disebut kama bang, swanita, kama ratih, Dewi Ratih, ovum, sel telur.
Bayi dalam kandungan dapat terwujud karena pertemuan antara kama petak dan kama bang, atau pertemuan antara cukla yang keluar dari purusa (laki-laki) dan swanita yang keluar dari pradana (wanita). Karma petak adalah air mani laki-laki yang juga disebut cukla, disimbulkan dengan Sang Hyang Semara dan karma bang adalah air mani perempuan yang disebut swanita, yang disimbulkan dengan Dewi Ratih. Kama petak dan kama bangini setelah bersatu disebut cukla-swanita, yang disimbulkan dengan Sang Hyang Semara Ratih yang nantinya akan bertumbuh menjadi bayi di dalam kandungan. Pertemuan ini dibenarkan secara agama, apabila dilakukan oleh suami istri yang sah (Kusuma, 2012).
Ketika bayi dilahirkan, maka dia akan memiliki empat saudara yang disebut dengan Catur Sanak. Keempat saudara si bayi ini merupakan wujud nyata saat seorang ibu melahirkan bayinya ke dunia, akan tetapi dalam wujud abstrak, keempat saudara ini tidak dapat dilihat. Namanya pun berubah-ubah sesuai dengan pertumbuhan si bayi. Adapun yang tergolong saudara empat tersebut atau Kanda Pat Rare antara lain :
Yeh nyom (air ketuban)
Timbul sejak umur kehamilan 3 bulan dan semakin banyak jumlahnya mengikuti umur kehamilan, sampai bulan kesepuluh yang menjadikan seolah-olah terbenam dalam cairan tersebut. Cairan ini disebut yeh nyom atau air ketuban. Janin itu sendiri sangat memerlukan yeh nyom karena berfungsi antara lain: menjaga supaya jangan sampai ada perlekatan antara amnion dengan janin, menjamin janin dapat tumbuh dengan sempurna, menjaga agar tali pusar, tidak mudah tertekan oleh janin, dan perlindungan buat janin jika ibu terbentur atau mendapat pukulan dari luar (Kusuma, 2012). Yeh nyom berperan sebagai pembuka jalan bagi kelahiran seorang bayi.
Getih (darah)
Didalam rahim seorang ibu, ada ruangan-ruangan berisi darah yang berasal dari si ibu. Darah vena berguna untuk mengangkut zat makanan ke dalam tubuh anak (janin) dan darah arteri adalah untuk mengeluarkan ampas pertukaran zat dari tubuh anak (janin). Kedua macam darah itu hanya terpisah oleh ruangan intervillairitu berada pada plasenta dimana didalam plasenta itu terdapat bermacam-macam peredaran darah yang amat banyak yang berfungsi untuk memberikan makanan kepada bayi. Jadi begitu besar peranan getih(darah) untuk kelangsungan hidup bayi ini untuk dapatberkembang sampai ia siap dilahirkan oleh si ibu.
Banah/lamas (lemak pada kulit/vernix caseosa)
Banas atau lemak pada kulit tumbuh sekitar bulan kelima sejak terjadinya pembuahan. Dengan adanya jaringan lemak dibawah kulit ini janin dapat tumbuh dengan cepat, termasuk tulang-tulang dan ototnya sehingga badan janin tampaknya lebih bundar dan gemuk.
Ari-ari (plasenta)
Ari-ari (plasenta) tidak kalah pentingnya dari saudara-saudaranya yang lain yaitu sebagai pusat terbentuknya hormon-hormon, sebagai schok beaker dan sebagai pengatur suhu disekelilingnya agar tetap konstan. Ari-ari juga dianggap sebagai jembatan penghubung dari bayi dengan ibu dimana dia dapat sebagai penyalur sari-sari makanan.
Melihat uraian diatas, Kanda Pat itu besar sekali fungsinya dalam menjaga serta memelihara si bayi selama ada dalam kandungan sampai ia lahir di dunia. Menurut mitologi, si bayi telah berjanji tidak akan melupakan keempat saudaranya itu, kalau sampai lupa maka keempat saudaranya tidak akan menjaganya lagi. Janji itu diberikan dengan harapan pada saat si bayi lahir agar di tolong mencari jalan keluar, yaitu ada yang membukakan pintu (yeh nyom), ada yang memapah dari kiri dan kanan (getihdan lamas) da nada yang mengantar dari belakang (ari-ari). Maka dari itu, tidak salah kalau mereka disebut Catur Sanakatau Kanda Pat Rare, karena merekalah yang yang selalu menemani si bayi. Terkecuali lewat operasi caesar, tidak menjadi ajaran Kanda Pat Rare, yang menginginkan seorang bayi dapatlahir normal.
Menurut buku upacara manusa yadnya, nama-nama Kanda Patsaat janin pertama kali terbentuk bernama Catur Kanuyaitu : Babu Abra, Babu Kakere, Babu Sugian, Babu Lembana. Selanjutnya setelah janin berumur 20 hari, nama Catur Kanu itu berubah menjadi : Anta, Preta, Kala, Dengen. Yang bernama Antaadalah Ari-ari (plasenta), Pretaadalah Banah/Lamas (vernix caseosa),Kalaadalah Getih (darah), Dengen adalah Yeh nyom (air ketuban), sedangkan bayi bernama Ipung.Setelah bayi lahir, maka nama Kanda Patitu berubah lagi yaitu : I Mekair, I Mokair, I Jalair, I Salabir, sedangkansi bayi bernama Sang Hyang Legaprana.
Sedangkan menurut lontar Madu Kama, nama-nama ini diberikan saat kepus pungsed. Setelah anak mulai memanggil ibunya (orang tuanya) maka berubah nama lagi menjadi : Anggapati, Mrajapati, Banaspati, Dan Banaspati raja, sedangkan si anak bernama I Wija. Saat ini Kanda Pat ini dinamakan Kanda Pat Bhuta. Setelah menginjak dewasa, saudara empatnya berubah menjadi Sang Sidasakti, Sang Sidarasa, Sang Mas Kuwide, Sang Aji Putra Putih, sedangkan si anak bernama i lisah dan dinamakan Kanda Pat Sari.
Setelah anak menjadi tuamaka berganti pula nama-nama Kanda Patmenjadi : I Pogdala, I Krodha, I Sari, I Wacrap, dan si anak bernama Maranurasi. Setelah kembali ke alambaka atau meninggal, nama saudara empat tersebut berganti lagi menjadi : Suratmayang tertua (Wayahan), Jogormanikyang kedua (Madenan), Mahakalayang ketiga (Nyoman) dan Dorakalayang keempat (Ketut), sedangkan anak yang meninggal disebut i panji. Saat ini mereka dinamakan Kanda Pat Atma.
Setelah diadakan upacara pitra yadnyaatau ngabendan memukurmaka dinamakan Kanda Pat Dewayang masing-masing saudara empatnya bergantipulanamanya bernama : Ciwa, Sadhasiwa, Pramasiwa, Cunyasiwa, dan orang yang telah diupacarai itu bernama I Ratna Rangkus Kusuma.
Dalam mitologi disebutkan bahwa Dewi Uma telah kembali ke Siwa Loka, maka yang tinggal di dunia adalah perwujudan beliau dengan segala sifatnya. Jasad ini kemudian Dewa Brahma dihidupkan dan menjadi empat tokoh yang disebut Catur Sanak atau Kanda Pat. Anggapati menghuni badan manusia, ia berwenang mengganggu manusia yang keadaannya sedang lemah atau dimasuki nafsu angkara murka. Mrajapati sebagai penghuni kuburan dan perempatan agung, berhak mengganggu orang yang memberikan dewasa yang bertentangan dengan ketentuan upacara. Banaspati menghuni sungai, batu besar, berwenang menggangu atau memakan orang yang berjalan ataupun tidur pada waktu-waktu yang dilarang oleh kala, misalnya tengai tepet atau sandikala (Wijaksana, 2016).
Jika manusia lupa dengan Kanda Pat ini, atau bahkan tidak ada hubungan sama sekali (tusing pati rungu) maka perlindungan Kanda Pat-pun berkurang atau tidak ada. Orang-orang kebathinan mulai dengan menguatkan Kanda Pat ini dengan cara selalu ingat dan membagi suka/duka dengannya. Jika sudah dekat, Kanda Pat dapat jadi guru dan penuntun karena pada hakekatnya ia adalah manifestasi Tuhan (Pinatih, 2016). Kanda Pat sebagai manifestasi Tuhan ini akan selalu ada dan selalu sama pada penjelmaan setiap orang. Dengan Kanda Pat ini manusia mendapatkan kesehatan, keselamatan selama menjalani hidup di Dunia (Sudharta, 2013). Ada beberapa contoh cara mendekatkan diri dengan Kanda Pat, antara lain :
Membuat pelangkiran dari kayu di atas tempat tidur, sebagai stana Kanda Pat, sedangkan Kanda Pat diwujudkan dalam bentuk daksina lingga, yakni sebuah daksina yang dibungkus dengan kain putih/kuning, kemudian dihaturkan banten tegteg-daksina-peras-ajuman(pejati) dan setiap bulan purnama diganti.
Setiap hari dihaturkan banten saiban/jotan.
Setiap mau meninggalkan rumah pamitan ke Kanda Pat dan pulangnya membawa oleh-oleh makanan/kue, dan lain-lain sekedarnya saja, tanda ingat kepada mereka.
Setiap mau tidur sembahyang seraya memohon mereka agar menjaga kita selama tidur.
Adapun dampak negative yang disebabkan oleh Kanda Pat jika kita lupa dengan mereka yaitu :
Kanda Pat tidak menghiraukan diri kita dan tidak mau membantu dalam segala hal jika kita tidak ingat kepada mereka
Kanda Pat dapat membantu akan penyebaran penyakit yang akan menimpa diri kita
Jika ada musuh yang membahayakan, Kanda Pat akan dapat memihak musuh tersebut.
Membuat diri sendiri bingung, tidak tenang, gelisah, pemarah, kedewa-dewaan.
Merasa kehidupan hampa, putus asa atau kecewa, sandang pangan menjauh, serasa kehidupan seperti penyiksaan6.Kesusahan semakin bertambah, selalu gagal, dan musuh semakin banyak.
Seolah-olah merasa diserang dan dimusuhi sesuai dengan kenyataan pikiran, padahal sebenarnya tidak.
Sering berkeinginan melakukan perbuatan yang melawan kebenaran, keluarga sering terjadi pertengkaran, usia pendek dan pelecehan (Sumantra, 2016).

Kesimpulan
Istilah Kanda Patadalah istilah yang umum bagi masyarakat Hindu di Bali. Banyak orang-orang dari luar negeri berdatangan untuk belajar budaya bali, khususnya Kanda pat ini. Filosofi ini diyakini akan mempengaruhi kehidupanseseorang mulai saat kelahiran sebagai manusia, selama menjalani hidup di duniadan sampai meninggal akanselalu mendampingi.
Secara epistemiologi Kanda Pat berarti empat saudara kita yang menyertai dan melindungi kita sejak lahir sampai meninggal yang merupakan manifestasi dari Tuhan (Hyang Widhi). Karena saudara kita ini selalu menjaga dan melindungi maka hendaknya mereka selalu diingat, jangan sampai dilupakan agar mereka tidak hilang dan mengundang bahaya bagi manusia itu sendiri.
Nama Kanda Pat berubah menurut umur manusia tetapi keberadaan mereka tetap. Walaupun namanya berubah-ubah, namun maknanya tetap sama, yaitu sebagai saudara empat manusia yang terus mendampingi sampai meninggal. Tidak ada upacara khusus pada Kanda Patini, yang penting mereka hanya perlu diingat setiap hari dan diyakini maka mereka akan selalu menjaga manusia untuk dapat terhindar dari penyakit.






Daftar Pustaka
Kusuma, W. 2012. Resep membuat Anak Laki-Perempuan menurut Hindu. Pustaka Bali Post. Denpasar.
Nantra, K., 2011. Tuntunan Meditasi Kanda Pat Sari. Paramita. Surabaya. Hal 1-16
Pinatih, A.S. 2016, Pendekatan Sistem Kanda Pat. Availabel at: www. https://agungswastika.wordpress.com/budaya/pendekatan-sistem-kanda-pat/(diakses pada tanggal 26 Maret 2020).
Yendra, W & Pekandelan, A. Mitologi Kanda Pat di Bali. Available at http://ngurahgautama. blogspot.co.id/2014/10 /mitologi-kanda-pat -di-bali.html (diakses pada tanggal 26 maret 2020).
Sandhi, D.W.N. Kanda Pat, Perkembangan dan pengaruhnya terhadap manusia. Available at : http://www.babadbali.com/pustaka/ibgwdwidja/kandapat.htm(diakses pada tanggal 26 maret 2020).
Sudharta, T.R. 2013. Manusia Hindu Dari Kandungan Sampai Perkawinan. Pustaka Bali Post. Denpasar.
Suhardana, K. 2010. Moksa Brahman Atman Aikyam. Paramita. Surabaya.
Sumantra, M. yoga Healing Bali. Catur Sanak (Kanda Pat). Available at www.https://yogahealingbali.wordpress.com/markandeya-healing/catur-sanak-kanda-pat/(diakses pada tanggal 26 maret 2020).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar