Kamis, 26 Maret 2020

Kosmologi Tri Hita Karana

Oleh:
I Gede Payu Yasa

PENDAHULUAN
Konsep kosmologi Tri Hita Karana merupakan falsafah hidup tangguh. Falsafah tersebut memiliki konsep yang dapat melestarikan keaneka ragaman budaya dan lingkungan di tengah hantaman globalisasi dan homogenisasi. Pada dasarnya hakikat ajaran tri hita karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini. Ketiga hubungan itu meliputi hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan alam sekitar, dan hubungan dengan ke Tuhan yang saling terkait satu sama lain. Setiap hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Prinsip pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan menghindari daripada segala tindakan buruk. Hidupnya akan seimbang, tenteram, dan damai.
Peruabahan waktu telah membawa kita pada jaman yang semakin berbeda, pola pikir yang berkembang pesat , telah menjadikan ketidak mungkinan menjadi sangat mungkin, tentu dengan adanya teknologi-teknologi canggih yang kian semakin mempermudah pekerjaan manusia. Aktivitas manusia tak lagi berbicara kekuatan otot namun seberapa kecanggihan otak manusia menciptakan teknologi-teknologi canggih seperti bermain trik magic.
Namun bagiamana pemahaman manusia mengenai alam? Dapatkah secanggih pemahamannya dalam memperbaharui teknologi yang sederhana menjadi teknologi yang luar biasa? Bencana alam semakin hari semakin naik daun, tanah longsor, banjir, kekeringan semakin sering mengisi berita harian yang tak kunjung usai. Dari masa kemasa alasannya nyaris sama, yaitu penebangan hutan secara liar, pembuangan sampah sembarangan sehinga menyumbat saluran kali, serta penambangan.  Lantas dimana kesadaran manusia akan pelestarian alam?
Alam adalah tempat dimana kita berdiri dan menghirup udara, tempat dimana kita tinggal dan bergerak secara leluasa, bisa kita bayangkan bagaiamana ketika alam tak lagi bersahabat, menampakkan kemurkaanya, tentu seperti halnya bencana-bencana yang kita rasakan saat ini. Oleh sebab itu kita harus menumbuhkan kesadaran diri betapa pentingnya menjaga kelestarian alam.
Umat Hindu mengajarkan kepada kita mengenai konsep Tri Hita Karana yang artinya tiga penyebab kesejahteraan  yaitu Parhyangan, Pawongan, Palemahan. Parhyangan artinya manusia hendaknya menjaga keharmonisan dengan Tuhan dapat diimplementasikan melalui upacara-upacara keagamaan, sembahyang, beryajna, dan lain-lain. Pawongan artinya manusia hendaknya menjaga keharmonisan antar sesama manusia, seperti yang kita ketahui bahwa manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan satu sama lain melalui interaksi saling toleransi dan komunikasi yang baik dalam masyarakat. Palemahan artinya bahwa manusia hendaknya menjaga keharmonisan kepada alam atau lingkungan hidup misalnya menjaga kelestarian alam agar tetap terjaga keasriannya.
Umat Hindu percaya ketika kita memberi pelayanan kepada alam semesta, maka alam semesta akan memberi pelayanan terbaiknya kepada kita. Contoh nyata saja yang dapat kita lihat pada saat ini bencana-bencana alam yang terjadi akibat ulah manusia sendiri, penebangan hutan secara liar yang menyebabkan tanah longsor, banjir, menipisnya lapisan ozon sehingga kian hari udara panas terasa menyengat kulit, polusi udara kian menjadi ancaman persebaran virus. Namun begitu sebaliknya, ketika kita menjaga lingkungan alam seperti melakukan penghijauan terhadap lingkungan tentu pohon-pohon yang kita tanam akan memberikan oksigen yang kita butuhkan serta membantu kita menyaring polusi-polusi udara yang kita hirup.
Diperjelas lagi dalam konsep ajaran agama hindu tentang Tat Twam Asi, yang artinya aku adalah kamu dan kamu adalah aku. Artinya baik kita, tumbuhan, hewan serta seluruh isi alam semesta ini adalah satu kesatuan yang tunggal yaitu Brahman. Dapat kita bayangkan ketika salah satu bagian organ tubuh kita  terluka tentu semua organ akan merasakan sakit luka tersebut, begitu juga kehidupan ini. Artinya sangat penting untuk kita menjaga keseimbangan agar terciptanya keharmonisan dan kesejahteraan.





PENJELASAN
Sejarah Tri Hita Karana
Istilah Tri Hita Karana pertama kali muncul pada tanggal 11 Nopember 1966, pada waktu diselenggarakan Konferensi Daerah l Badan Perjuangan Umat Hindu Bali bertempat di Perguruan Dwijendra Denpasar. Konferensi tersebut diadakan berlandaskan kesadaran umat Hindu akan dharmanya untuk berperan serta dalam pembangunan bangsa menuju masyarakat sejahtera, adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Kemudian istilah Tri Hita Karana ini berkembang, meluas, dan memasyarakat.

Pengertian Tri Hita Karana
Secara leksikal Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan. (Tri = tiga, Hita = sejahtera, Karana = penyebab). Pada hakikatnya Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan.

Pembagian Tri Hita Karana
Pada hakikatnya Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kebahagiaan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara 3 hal yaitu:
Parhyangan (Manusia dengan Tuhan)
Palemahan (Manusia dengan alam lingkungan)
Pawongan (Manusia dengan sesama)

Unsur- unsur Tri Hita Karana ini meliputi:
1. Sanghyang Jagatkarana.
2. Bhuana.
3. Manusia
Unsur- unsur Tri Hita Karana itu terdapat dalam kitab suci Bagawad Gita (III.10), berbunyi:
Sahayajnah prajah sristwa pura waca prajapatih anena prasawisya dhiwan esa wo'stiwistah kamadhuk
yang artinya, Pada zaman dahulu Prajapati menciptakan manusiadengan yadnya dan bersabda: dengan ini engkau akan berkembang dan akan menjadi kamadhuk dari keinginanmu.
Dalam sloka Bhagavad-Gita tersebut ada tampak unsur penting:
Prajapati = Tuhan Yang Maha Esa
Praja = Manusia
Penerapan Tri Hita Karana

1. Parhyangan (Manusia dengan Tuhan)
Parhyangan merupakan hubungan Manusia dengan Tuhan, yang menegaskan bahwa kita harus selalu sujud bakti kepada Tuhan, Sang Pencipta Alam Semesta beserta isinya. Didalam ajaran Agama Hindu dapat diwujudkan dengan Dewa Yadnya (upacara persembahan suci yang tulus ikhlas kehadapan para dewa-dewa). Menjaga hubungan harmonis dengan Tuhan tentu kita pun harus selalu berada didalam jalan-Nya,menjauhi larangan-Nya dan  selalu rajin sembahyang dengan tujuan mengucap syukur atas segala berkah maupun kesulitan yang sedang kita hadapi agar diberikan petunjuk dan Tuhan menjadikan kita pribadi yang semakin baik kedepannya.

2. Palemahan (Manusia dengan Lingkungan)
Palemahan merupakan hubungan manusia dengan lingkungan /alam. Lingkungan/alam ini mencangkup tumbuh-tumbuhan, binatang dan hal-hal yang bersifat sekala niskala. Didalam ajaran agama Hindu dapat diwujudkan dengan Bhuta Yadnya  (upacara persembahan suci yang tulus ikhlas kehadapan unsur-unsur alam). Contoh yang biasa diterapkan yaitu adanya  Tawur Agung, dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan, kelestarian antara jagat raya ini dengan diri kita yaitu keseimbangan antara makrokosmos dengan mikrokosmos. Selain itu adanya perayaan Nyepi, yang tentunya sehari tanpa polusi sangat memberikan cukup banyak oksigen untuk bumi ini dapat bernafas. Akan tetapi dari sudut pandang penulis terkadang masih ada yang terlupakan, yaitu masih kurangnya kesadaran umat akan kebersihan lingkungan. Contohnya saja upacara melasti, setelah upacara melasti yang secara umum dilakukan di pantai. Pantai itupun menjadi kotor karena sehabis sembahyang sarana-sarana untuk sembahyang hanya ditinggal begitu saja tanpa ada niatan untuk membuangnya ditempat yang semestinya. Selain itu bekas-bekas tempat makanan pun masih banyak yang buang begitu saja. Ketika sebuah upacara selesai pasti kita akan menjumpai sampah berserakan. Apakah ini yang disebut Palemahan? tentu saja tidak. Meski akan ada yang akan membersihkan itu, tentu baiknya kita pupuk dalam diri kita tentang makna Palemahan itu. Kita yang memakai,kita yang menggunakan dan kitalah yang membersihkannya. Apalagi adanya Reklamasi Benoa yang bisa dikatakan itu sudah keluar dari konsep ajaran Tri Hita Karana.

3. Pawongan (Manusia dengan Sesama)
Pawongan merupakan hubungan manusia dengan sesamanya. Dalam artian bisa dikatakan pawongan mempunyai makna kita harus bisa menjaga keharmonisan hubungan dengan keluarga, teman dan masyarakat. Dalam menjaga keharmonisan tentunya jauhkanlah sikap saling membeda-bedakan berdasarkan derajat, agama ataupun suku. Ingatlah kita semua sama. Sama-sama mahluk ciptaan Tuhan. Sangat miris jika melihat orang-orang sudah mulai SARA. Menganggap apa yang diyakini benar dan apa yang diyakini orang lain yang tidak sama adalah salah. Menurut pendapat kami, Tuhan menciptakan perbedaan didunia ini bukan karena membeda-bedakan ciptaannya. Tapi agar kita dapat belajar menghargai akan arti perbedaan itu. Begitu pun dengan Agama kenapa didunia ini ada agama lebih dari satu. Tentu semua itu adalah hal yang sudah direncanakan Tuhan. Cara menyebutnya berbeda,cara memujanya pun berbeda. Tapi itulah keindahan yang Tuhan ciptakan. Seperti pelangi yang tidak akan terlihat indah jika hanya ada satu warna.









KESIMPULAN
Kesimpulannya, marilah kita tanamkan konsep ajaran Tri Hita Karana dalam diri kita. Dimulai dengan selalu sujud bakti kepada Tuhan, menghargai lingkungan dan bersahabat dengan alam, serta selalu menjaga keharmonisan dengan sesama. Jauhkan diri kita dari tindakan SARA. Jalani apa yang kita yakini benar, dan hargai apa yang orang yakini juga benar. Karena sejatinya tujuan akhirnya ialah sama, yaitu dekat dengan Tuhan, Sang Pencipta.

Semoga tidak ada lagi tindakan anarkis yang mengatas namakan Tuhan, tidak ada lagi kericuhan dengan alasan membela Tuhan hanya karena apa yang diyakini itu dilecehkan. Ingatlah Tuhan tidak perlu dibela umatnya. Tuhan itu Maha Besar. Beliau adalah Sang Pencipta alam semesta ini. dan kita hanya seperti butiran debu yang begitu kecil di alam semesta ini. Cukup selalu meyakini apa yang kita yakini benar dan Tuhan akan senantiasa mengiri langkah kita dalam lindungannya.























SUBER ARTIKEL
https://inputbali.com/budaya-bali/sejarah-dan-penerapan-tri-hita-karana-yang-tidak-boleh-dilupakan
https://www-kompasiana-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/dupamarch/5ca5988a95760e5b54659332/implementasi-ajaran-tri-hita-karana-terhadap-keseimbangan-alam?amp_js_v=a3&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA%3D#aoh=15852148547650&amp_ct=1585215283085&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.kompasiana.com%2Fdupamarch%2F5ca5988a95760e5b54659332%2Fimplementasi-ajaran-tri-hita-karana-terhadap-keseimbangan-alam
http://www.babadbali.com/canangsari/trihitakarana.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar