Minggu, 05 April 2020

YADNYA SESA

MAKALAH
YADNYA SESA


NAMA : I GUSTI GEDE PURNA WIRAWAN
NIM : 191172
PRODI : PENDIDIKAN AGAMA HINDU


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 
AMLAPURA

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam ajaran Agama Hindu, Tuhan di puja sebagai yang ngiyangin. Ngiyangin berarti mengisi berbagai aspek kehidupan, tempat ruang dan waktu. Seperti : Pasar, kebun, sawah, pohon besar, batu besar, kantor, peternakan, perdagangan, kekayaan, kesehatan, kesenian, ilmu pengetahuan, kerajinan. Hampir tidak ada aspek kehidupan yang lepas dari kemahakuasaan Hyang Widhi.
Dalam pemujaan, Tuhan dikehendaki hadir oleh Pemujanya dalam hal ini umat Hindu  sehingga Hyang Widhi yang dipuja adalah Tuhan sebagai personal god, Tuhan yang berpribadi yang menjadi junjungan, dimuliakan penyembahnya. Sang Hyang Widhi dipandang sebagai 'tamu' yang dimohon kehadiran-Nya menyaksikan sembah bhakti umat. Cara menghadirkanNya baik sewaktu-waktu seperti piodalan, hari suci, purnama, tilem disebut naimitika karma. Sementara dalam keseharian disebut nitya karma seperti: tri sandya, doa, yadnya sesa.
Pada kesempatan kali ini penulis akan mencoba membahas nitya karma/ yadnya sesa, dimana penulis ingin mengetahui arti dari yadnya sesa, makna dan tujan dari yadnya sesa, sarana yang digunakan, tempat pelaksanaan yadnya sesa dan doa dalam melaksanakan yadnya sesa, 
Semoga dengan rapungnya makalah/artikel ini bisa memberikan sedikit banyaknya pengetahuan tentang yadnya sesa, penulis juga memohon maaf jika dalam penulisan ada tulisan yang tidak berkenan dan melenceng dari tema, dan penulis mengharapkan kritik dan saran dari bapak dosen dan siapapun yang membaca makalah/artikel ini agar kedepanya menjadi lebih baik lagi.

BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Yadnya Sesa atau Banten Saiban
Yadnya sesa atau banten saiban merupakan salah satu yadnya atau persembahan yang dilakukan setiap hari yang sering disebut dengan Nitya Karma. Yadnya sesa ini dilakukan setelah selesai memasak dan sebelum menikmati makanan yang telah dimasak. Melaksanakan persembahan atau yadnya merupakan kewajiban serta tugas bagi umat Hindu untuk menunaikannya. Dalam menunaikan tugas dan kewajiban tersebut hendaknya dilandasi dengan dharma dan etika yang baik serta ketulusan hati. Sebagaimana diketahui bahwa yadnya sebagai sarana untuk menghubungkan diri dengan Sang Hyang Widhi Wasa untuk memperoleh kesucian jiwa. Tidak saja kita menghubungkan diri dengan Tuhan, juga dengan manifestasi-Nya dan makhluk ciptaan-Nya termasuk alam beserta dengan isinya.. Yadnya sesa atau mebanten nasi seusai masak juga merupakan penerapan dari ajaran kesusilaan Hindu, yang menuntut umat untuk selalu bersikap tidak mementingkan diri sendiri dan mendahulukan kepentingan di luar diri. Pelaksanaan yadnya sesa juga bermakna bahwa manusia setelah selesai memasak wajib memberikan persembahan berupa makanan, karena makanan merupakan sumber kehidupan di dunia ini.
Makna dan tujuan Yadnya Sesa atau banten Saiban
Yadnya sesa atau mebanten saiban merupakan penerapan dari ajaran kesusilaan Hindu, yang menuntut umat untuk selalu bersikap anersangsya yaitu tidak mementingkan diri sendiri dan ambeg para mertha yaitu mendahulukan kepentingan di luar diri. Pelaksanaan yadnya sesa juga bermakna bahwa manusia setelah selesai memasak wajib memberikan persembahan berupa makanan, karena makanan merupakan sumber kehidupan di dunia ini.Tujuannya mesaiban yaitu sebagai wujud syukur atas apa yang di berikan Hyang Widhi kepada kita. Sebagaimana diketahui bahwa yadnya sebagai sarana untuk menghubungkan diri dengan Sang Hyang Widhi Wasa untuk memperoleh kesucian jiwa. Tidak saja kita menghubungkan diri dengan Tuhan, juga dengan manifestasi-Nya dan makhluk ciptaan-Nya termasuk alam beserta dengan isinya.

Sarana Banten Saiban
Banten saiban adalah persembahan yang paling sederhana sehingga sarana-sarananya pun sederhana. Biasanya banten saiban dihaturkan menggunakan daun pisang yang diisi nasi , garam dan lauk pauk yang disajikan sesuai dengan apa yang dimasak hari itu, tidak ada keharusan untuk menghaturkan lauk tertentu.
Yadnya Sesa (Mesaiban) yang sempurna adalah dihaturkan lalu dipercikkan       air bersih dan disertai dupa menyala sebagai saksi dari persembahan itu. Namun yang sederhana bisa dilakukan tanpa memercikkan air dan menyalakan dupa, karena wujud yadnya sesa itu sendiri dibuat sangat sederhana.

Tempat Pelaksanaan Yadnya Sesa atau banten Saiban 
Adapun tempat pelaksanaan yadnya sesa atau banten saiban adalah sebagai berikut :
Sang Hyang Widhi Wasa beserta semua manifestasinya (Sang Hyang   Siwa Raditya atau Sang Hyang Surya) suguhan ditempatkan diatas atap rumah atau di atas tempat tidur pada pelangkiran yang telah disediakan.
Sang Hyang Brahma bertempat di tungku atau tempat memasak.
Sang Hyang Wisnu bertempat di tempat menyimpan air atau bisa juga disumur.
Sang Hyang Amerta atau Dewi Sri bertempat di penyimpanan beras atau nasi.
Sang Hyang Pertiwi bertempat di halaman rumah yang juga ditujukan kehadapan bhuta-bhuti
Kehadapan Penunggun Karang bertempat di Tugu.
Kehadapan Bhatara-Bhatari dan roh suci leluhur bertempat di Merajan dan Sanggar yang lainnya.
Serta pada tempat-tempat yang lainnya yang dipandang perlu dan jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan setempat. 
Doa-doa dalam Yadnya Sesa (Doa Mesaiban)

Yadnya Sesa yang ditujukan kepada Hyang Widhi melalui Istadewata(ditempat air,dapur,beras/tempat nasi dan pelinggih/pelangkiran doanya adalah:
OM ATMA TAT TWATMA SUDHAMAM SWAHA, SWASTI SWASTI SARWA DEWA SUKHA PRADHANA YA NAMAH SWAHA.
Artinya: Om Hyang Widhi, sebagai paramatma daripada atma semoga berbahagia semua ciptaan-Mu yang berwujud Dewa.
Yadnya Sesa yang ditujukan kepada simbol-simbol Hyang Widhi yang bersifat bhuta, Yaitu Yadnya Sesa yang ditempatkan pada pertiwi/tanah doanya:
OM ATMA TAT TWATMA SUDHAMAM SWAHA, SWASTI SWASTI SARWA BHUTA,KALA,DURGHA SUKHA PRADANA YA NAMAH SWAHA.
Artinya: Om Sang Hyang Widhi, Engkaulah paramatma daripada atma, semoga berbahagia semua ciptaan-Mu yang berwujud bhuta,kala dan durgha.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi pada kesimpulannya sebuah tradisi Hindu di Bali yaitu mesaiban/mejotan merupakan sebuah tradisi yang menghaturkan atau membersembahkan apa yang dimasak atau disajikan untuk makan dipagi hari kepada Tuhan beserta manifestasi-Nya terlebih dahulu  dan barulah sisanya kita yang memakannya . Semua sebagai wujud syukur kita kepada Tuhan dan menebus dosa atas dosa membunuh hewan dan tumbuhan yang diolah menjadi makanan.


Sumber:
https://phdi.or.id/artikel/yadnya-sesa
https://inputbali.com/budaya-bali/makna-mebanten-saiban-ngejot-dalam-tradisi-hindu-bali
https://manacikapura.wordpress.com/tattwa/yadnya/yajsesa/







Tidak ada komentar:

Posting Komentar