Senin, 23 Mei 2022

MAKALAH STUDI AGAMA-AGAMA ( AGAMA BUDDHA )

 MAKALAH

STUDI AGAMA-AGAMA ( AGAMA BUDDHA )

https://drive.google.com/file/d/14Rnr-2aAXWFWttmwKt-NX_k8imUdEus4/view?usp=drivesdk


Disusun oleh kelompok 3 :


1. Ni Luh Astini ( 211009 )

2. Ni Luh Darniati           ( 211022 )

3. Ni Komang Ayu Widiastiti ( 211028 )

4.  Ni Luh Ade Cahya Pratiwi ( 211034 )

5. I Gede Suardika ( 211037 )

6. Ni Luh Novi Wahyuni           ( 211052 )

7. Ni Made Surya Pramesuari ( 211054 )

8. I Wayan Merta Suardana ( 211111 )

9. I Wayan Putu Suartana ( 211121 )


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 

AGAMA HINDU AMLAPURA

2022

KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.Yang sudah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga kami bisa menyusun tugas makalah Studi Agama-Agama ini dengan baik dan tepat waktu. Seperti yang sudah kami rencanakan.

Makalah ini disusun berdasarkan tugas dan proses pembelajaran yang telah dititpkan kepada kelompok kami. Makalah ini disusun dengan menghadapi berbagai kendala, namun dengan penuh kerja keras kami bisa menyelesaikannya.

Makalah ini memuat tentang “Agama Buddha”. Tema yang akan dibahas di makalah ini dipilihkan oleh Dosen pengampu mata kuliah Studi Agama-Agama kami.

Kami selaku penyusun makalah mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu yang telah banyak membantu dalam menyelasaikan makalah ini. Semoga makalah yang kami buat ini dapat memenuhin tugas yang diberikan dan membantu bagi para pembaca. Meski makalah ini masih mempunyai kekurangan, kami selaku penyusun mohon kritik dan sarannya, Terima Kasih.





Amlapura, 15 Mei 2022


                                                                                                                      

Penyusun 







DAFTAR ISI



COVER i

KATA PENGANTAR ii

BAB 1 PENDAHULUAN 4

1.1 Latar Belakang 4

1.2 Rumusan Masalah 5

1.3 Tujuan 5

BAB II PEMBAHASAN 6

2.1 Sejarah Perkembangan Agama Budha Di Indonesia 6

2.2 Jejak Sejarah Agama Buddha di Indonesia 7

2.3 Pokok – Pokok Ajaran Agama Budha 8

2.4 Golongan-Golongan Ajaran Agama Budha 12

BAB III PENUTUP 14

3.1       Kesimpulan 14

3.2       Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16














BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang


Indonesia mengakui adanya 6 agama utama di Indonesia yaitu Islam, Katolik, Kristen, Buddha, Hindu dan Kong Hu Cu. Dalam kehidupan ini tentu seseorang membutuhkan agama. Untuk memperoleh keyakinan ataupun pengetahuan tentang suatu agama, dapat dilakukan melalui penelaahan terhadap informasi yang ada. Selain itu, suatu informasi agama tersebut juga dapat digunakan sebagai pembanding antar satu agama dengan agama lainnya, yakni yang salah satunya adalah mengenai agama Buddha. Dalam pengetahuan yang secara tepat, maka untuk umat Buddha sangat dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari sedangkan bagi umat non Buddha dapat mengenal ajaran Buddha di dalam meningkatkan nilai-nilai toleransi keberagamaan.

 Generasi saat ini mungkin sudah lupa dengan sejarah perjalanan Bangsa Indonesia, terutama mengenai agama Buddha masih sedikit. Agama Buddha secara kultural telah memberikan warna yang khas dalam kehidupan sosial bangsa Indonesia. Banyak sekali jejak sejarah dari agama Buddha yang bisa ditemukan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat baik dalam budaya maupun peradaban bangsa Indonesia. Diantaranya yakni Candi Borobudur yang sudah terkenal sampai keseluruh dunia. Agama Buddha sendiri merupakan suatu agama yang lahir dan berkembang sekitar 6 abad sebelum Masehi. Agama ini muncul berkaitan dengan situasi sebagai reaksi terhadap sistem upacara agama Hindu yang terlampau kaku. Dari latar belakang munculnya, agama Buddha mempunyai kaitan erat dengan agama Hindu. Sebagai agama, ajaran Buddha tidak bertolak dari Tuhan dan hubungan-Nya dengan alam dan seluruh isinya.

Berdasarkan paparan tersebut makalah ini akan mencoba membahas mengenai hal-hal yang terkait dengan sejarah perkembangan munculnya agama Buddha di Indonesia, jejak-jejak sejarahnya, pokok-pokok ajaran yang terdapat di dalam agama Buddha, serta golongan-golongan yang ada di dalam agama Budha tersebut.



Rumusan Masalah


Bagaimana sejarah perkembangan agama buddha di Indonesia?

Apa saja jejak sejarah dari Agama Buddha yang ada di Indonesia?

Apa saja pokok-pokok ajaran agama buddha?

Apa saja golongan-golongan dari ajaran agama budha?



Tujuan


Untuk mengetahui sejarah munculnya agama buddha di Indonesia.

Untuk mengetahui jejak sejarah dari Agama Buddha yang ada di Indonesia.

Untuk mengetahuin pokok-pokok ajaran agama budha.

Untuk mengetahui golongan-golongan ajaran agama budha.
















BAB II

PEMBAHASAN


Sejarah Perkembangan Agama Budha Di Indonesia


Secara kronologis, agama Hindu lebih dahulu muncul dari pada agama Buddha. Tempat lahir keduanya adalah India. Siapa yang menyebarluaskan agama Buddha ke Indonesia juga tidak diketahui namanya yang jelas. Buddhisme muncul di India bagian Utara pada abad ke-6 SM dan berdasar pada ajaran Siddhartha Gautama yang setelah pencerahan-Nya diberi julukan Buddha. Di Indonesia agama Buddha mulai diperkenalkan pada abad ke V Masehi oleh para pedagang yang berasal dari India. Hal ini dapat dimengerti karena memang perdagangan antara negara-negara Asia Selatan dan Asia Timur telah ada sejak dahulu kala (abad Permulaan). Hubungan itu terjalin melalui dua jalur, yaitu jalur darat melalui Tibet (Kaiber Pass) dan jalur laut melalui selat Malaka. Itu berarti bahwa para pelaut (pedagang)  itu dapat menyinggahi tempat-tempat di selat Malaka, atau tempat-tempat di sepanjang jalur laut tersebut. Kalau diperhatikan bahwa pusat-pusat kerajaan Buddha yang mula-mula ada di muara sungai atau di tepi pantai maka hal itu dapat meyakinkan. Kerajaan Sriwijaya berpusat di Palembang di tepi sungai Musi, yang menjadi pusat perdagangan pula. Bahkan negara Sriwijaya dalam sejarah dikenal sebagai negara maritim yang sempat menguasai seluruh nusantara bahkan pernah sampai ke wilayah Siam, India Selatan, Sailan. 

Di samping peranan kaum pedagang, peranan para pelajar Indonesia yang dikirim untuk belajar agama Buddha ke India tentu tidak bisa diabaikan. Balaputradewa yang memerintah di Sriwijaya banyak mengirim para pemuda untuk belajar agama Budha di Nalanda. Dari catatan sejarah Indonesia kuno dapat diketahui bahwa sesudah tahun 396 M Gunawarman putra raja dari Kasmir datang ke Jawa memperkenalkan agama Budha dan pada tahun 424 M ia meninggalkan Jawa menuju Cina. Ajaran Budha yang dibawanya adalah Budha Hinayana ditandai dengan diterjemahkannya kitab Mulasawadanikaya. Kehidupan Budha Hinayana di Jawa Tengah berlangsung sampai munculnya dinasti Sailendra di Jawa Tengah yang menganut Budha Mahayana, ditandai dengan keterangan prasasti Plumpungan tahun 760 M dan prasasti Kalasan tahun 778 M. Munculnya Budha Mahayana di Jawa Tengah berasal dari Sriwijaya (Sumatra) yang telah memeluk Budha Mahayana tahun 605 S (683 M). Bukti-bukti kebesaran pengaruh Budha di Jawa Tengah masih terlihat dari peninggalan-peninggalan berupa Candi Mendut, Pawon, dan Borobudur.

Kemunduran Agama Buddha di Jawa dimulai dengan kemerosotan kekuasaan wangsa Sailendra yang beragama Buddha di Jawa Tengah. ketika Sriwijaya mulai merosot dan Wangsa Sailendra digantikan kembali oleh Mataram yang beragama Hindu. Namun hal ini bukan berarti agama Buddha hilang atau punah, seperti yang terjdadi di Majapahit yang beragama Hindu, agama Buddha terus hidup berdampingan, bahkan dalam hal tertentu mengalami Sinkretis. Kebangkitan agama Buddha di Indonesia itu sendiri erat kaitannya dengan rasa kesadaran historis akan kejayaan agama Buddha pada masa lampau yang tercermin pada monumen Borobudur, kesadaran terhadap agama Buddha sebagai suatu ajaran dan pegangan hidup, serta missi untuk menyebarkan dan mengukuhkan eksistensi agama Buddha secara sekaligus.

Jejak Sejarah Agama Buddha di Indonesia


Candi

Peninggalan sejarah berupa candi yang bercorak Buddha antara lain sebagai berikut:

Candi Borobudur, candi Pawon, dan candi Mendut di Magelang, Jawa Tengah, merupakan peninggalan sejarah Kerajaan Mataram Kuno.

Candi Kalasan di Desa Kalasan, terletak di Yogyakarta merupakan peninggalan sejarah Kerajaan Mataram Kuno.

Candi Gedhongsongo di Semarang, Jawa Tengah.

Candi Muara Takus, di Bangkinang, Riau.

Candi Biaro Bahal, di Padang Sidempuan, Sumatra Utara, dan Candi Tinggi, di Batanghari, Jambi.

Prasasti

Prasasti peninggalan sejarah yang bercorak agama Buddha antara lain sebagai berikut:

Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang, Sumatra Selatan.

Prasasti Talang Tuwo dan Telaga Batu, di Palembang, Sumatra Selatan.

Prasasti Karang Berahi, di Jambi Hulu, Jambi.

Karya Sastra

Peninggalan sejarah yang bercorak agama Buddha berupa karya sastra antara lain sebagai berikut:

Sang Hyang Kamahayanikan, ditulis oleh Mpu Sendok.

Buddhacarita, ditulis oleh Aswasaga.

Jatakamala, ditulis oleh Aryasura.

Tradisi

Peninggalan sejarah yang berupa tradisi atau kebiasaan, atau adat istiadat yang bercorak Buddha adalah sebagai berikut: 

Ullambana, yaitu hari untuk menghormati leluhur atau seorang yang telah meninggal dunia.

Asadha, yaitu hari untuk memperingati pembabaran Dharma yang pertama kali.

Penyalaan api dari Mrapen, Grobogan Jawa Tengah. Penyalaan api tersebut dilakukan oleh masyarakat bersama para biksu. Biksu adalah pendeta pria agama Buddha. 

Pokok – Pokok Ajaran Agama Budha


Profil Sang Budha

Budha sebenarnya bukan nama orang, melainkan sebutan untuk menamakan orang yang telah mencapai bodhi, yaitu orang yang telah mendapatkan wahyu dan karena itu sadar akan makna hidupnya dan terbuka nyata jalannya untuk melepaskan diri dari ikatan karma. Adapun Budha yang dikenal dari sejarah sebagai orang yang mendirikan agama Budha, mula-mula ia adalah seorang pangeran bernama Sidharta, putra raja Sudhodana dari kerajaan suku Sakya. Sidartha dilahirkan 563 SM di kerajaan Sakya dengan ibukotanya Kapilawastu. Ia adalah putra tunggal Raja Sudhodana dan Mahamaya. Kelahirannya diketahui atas mimpi yang terjadi pada suatu malam yaitu bertemu dengan seekor gajah putih keperakan dan sangat indah memasuki rahim dari sisinya. Para Brahmana dipanggil untuk menafsirkan mimpi Mahamaya tersebut yang kemudian diramalkan bahwa anak yang akan dilahirkan akan menjadi raja dunia (Cakrawarti) atau menjadi seorang Budha. Sudhodana segera mengadakan segala macam persiapan untuk menghalangi jangan sampai kemungkinan kedua itu terjadi, oleh karena Sidhartalah calon  penggantinya sebagai raja.





Tiga Kerangka Dasar Agama Buddha

Tiga kerangka dasar agama Buddha ini merupakan suatu kesatuan yang bulat dan utuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya yakni meliputi ajaran tentang Sradha(Saddha), Sila dan Bhakti. 

Saddha (Sradha)

Selaku umat Buddha kita wajib mempunyai keyakinan atau iman yang di dalam agama Buddha disebut Sradha (Saddha) yang berarti keyakinan, kepercayaan yang dimiliki oleh umat Buddha, berdasarkan atas pengertian yang benar, bukan kepercayaan yang membuta yang tidak berdasarkan atas pengertian yang benar. Sebagai umat beragama Buddha, kita wajib memiliki enam keyakinan yang disebut Sad-Saddha:

Keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Keyakinan terhadap Tri Ratna/Ti Ratana.

Keyakinan terhadap adanya Bodhisattva, Arahat dan Buddha.

Keyakinan terhadap adanya Hukum Kesunyataan.

Keyakinan terhadap Kitab Suci.

Keyakinan terhadap Nirvana/Nibba

Sila

Sila adalah perbuatan yang baik, yang dilakukan melalui pikiran, ucapan dan badan jasmani, yang tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Jadi sebagai umat Buddha kita harusnya dapat menghayati dengan hati nurani kita tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa, Tri Ratna, adanya para Bodhisattva, Arahat dan Para Buddha, tentang adanya Hukum Kesunyataan dan tentang kebenaran dari Kitab Suci agama Buddha serta tentang adanya Nirvana/Nibbana. Disamping itu kita berkewajiban untuk selalu berusaha untuk dapat melaksanakan Sila, yakni Berkata, Berbuat dan Berpenghidupan yang benar dan mempunyai rasa sujud dan Bhakti kepada yang wajib kita hormati dan kita sujudi, yang kita lakukan melalui kebaktian, baik di Vihara, Cetiya, maupun ditempat lainnya.

Bhakti

Kerangka dasar yang ketiga adalah Bhakti. Bhakti artinya ritual, puja bhakti, sembahyang. Semua agama memiliki tata puja bakti dan tata upacara.



Tempat Suci dan Hari Raya Agama Budha

Dalam agama Budha tempat suci yang di pakai oleh umat penganutnya adalah wihara, cetya dan candi. Tempat ini digunakan untuk tempat ibadah kepada Tuhan yang maha kuasa atau sang Hyang Adi Budha salah satu sebutan untuk tuhan dalam agama buddha.

Tempat Suci Agama Buddha

Tempat Suci Agama Buddha ada tiga macam yaitu :

Wihara adalah rumah ibadah / tempat suci yang dilengkapi dengan  :

Dharmasala ialah ruangan rapat dan tempat untuk melaksanakan ceramah-ceramah, pendidikan dan penerangan-penerangan agama Buddha.

Upasathagara ialah tempat untuk melaksanakan kegiatan sangha, seperti pentahbisan bhikku, penyelesaian kesalahan, upacara & khatina dan lain-lain.

Kuti ialah merupakan tempat tinggal para Bhikku (bhikkuni)

Cetya adalah tempat suci yang bentuknya lebih kecil dari vihara.

Candi adalah tempat kebhaktian umat Buddha, yang kelengkapannya sama dengan vihara namun bentuk bangunannya lebih spesifik seperti candi Borobudur, Mendut, kilasan dan sebagainya

b Hari Raya Agama Buddha

Terdapat empat hari raya utama dalam agama Buddha. Namun satu-satunya yang dikenal luas masyarakat adalah Hari Raya Trisuci Waisak, sekaligus satu-satunya hari raya umat Buddha yang dijadikan hari libur nasional Indonesia setiap tahunnya.

Hari raya Waisak

Penganut Buddha merayakan Hari Waisak yang merupakan peringatan 3 peristiwa. Yaitu, hari kelahiran Pangeran Siddharta (nama sebelum menjadi Buddha), hari pencapaian Penerangan Sempurna Pertapa Gautama, dan hari Sang Buddha wafat atau mencapai Nibbana/Nirwana. Hari Waisak juga dikenal dengan nama Visakah Puja atau Buddha Purnima di India, Vesak di Malaysia dan Singapura, Visakha Bucha di Thailand, dan Vesak di Sri Lanka. Nama ini diambil dari bahasa Pali "Wesakha", yang pada gilirannya juga terkait dengan "Waishakha" dari bahasa Sanskerta.

Kathina

Hari raya Kathina merupakan upacara persembahan jubah kepada Sangha setelah menjalani Vassa. Jadi setelah masa Vassa berakhir, umat Buddha memasuki masa Kathina atau bulan Kathina. Dalam kesempatan tersebut, selain memberikan persembahan jubah Kathina, umat Buddha juga berdana kebutuhan pokok para Bhikkhu, perlengkapan vihara, dan berdana untuk perkembangan dan kemajuan agama Buddha.

Asadha

Kebaktian untuk memperingati Hari besar Asadha disebut Asadha Puja / Asalha Puja. Hari raya Asadha, diperingati 2 (dua) bulan setelah Hari Raya Waisak, guna memperingati peristiwa di mana Buddha membabarkan Dharma untuk pertama kalinya kepada 5 orang pertapa (Panca Vagiya) di Taman Rusa Isipatana, pada tahun 588 Sebelum Masehi. Kelima pertapa tersebut adalah Kondanna, Bhadiya, Vappa, Mahanama dan Asajji.

Magha Puja

Hari Besar Magha Puja memperingati disabdakannya Ovadha Patimokha, Inti Agama Buddha dan Etika Pokok para Bhikkhu. Sabda Sang Buddha di hadapan 1.250 Arahat yang kesemuanya arahat tersebut ditabiskan sendiri oleh Sang Buddha (Ehi Bhikkhu:Bhikkhu yang ditasbihkan sendiri oleh sang Buddha), yang kehadirannya itu tanpa diundang dan tanpa ada perjanjian satu dengan yang lain terlebih dahulu, Sabda Sang Buddha bertempat di Vihara Veluvana, Rajagaha.

Kitab Suci Agama Budha

Ajaran agama Buddha bersumber pada kitab Tripitaka, yang artinya tiga keranjang atau tiga kelompok. Kitab ini merupakan kumpulan khotbah, keterangan, perumpamaan, dan percakapan yang pernah dilakukan Sang Buddha dengan para siswa dan pengikutnya. Dengan demikian isi kitab tersebut semuanya tidak berasal dari kata-kata Sang Buddha itu sendiri, melainkan juga kata-kata dan komentar dari siswanya. Kitab tersebut terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu: 

Sutta Pitaka, berisi khutbah-khutbah atau ajaran Buddha kepada pengikutnya.

Vinaya Pitaka, berisi peraturan-peraturan yang mengatur kehidupan Sangha dan para Penganutnya . 

Abhidharma Pitaka, berisi uraian filsafat tentang manusia, hidup dan mati serta sebab musababnya.



 Golongan-Golongan Ajaran Agama Budha


Golongan-Golongan yang terdapat di Agama Budha meliputi:

Golongan/Aliran Hinayana

Aliran Hinayana adalah aliran ortodoks yang mempertahankan keaslian ajaran agama Buddha. Mereka tidak menyembah Tuhan, melainkan cukup mengamalkan ajaran moral yang diajarkan oleh gurunya. Aliran ini juga menitik beratkan pada kelepasan individual, artinya tiap-tiap orang berusaha melepaskan dirinya masing-masing dari penderitaan hidup. Dalam pokok ajarannya Hinayana mewujudkan suatu perkembangan yang logis dari dasar-dasar yang terdapat di dalam kitab-kitab kanonik. Jika ajaran itu diikhtisarkan secara umum, dapat dirumuskan sebagai berikut:

Segala sesuatu bersifat fana serta hanya berada untuk sesaat saja.

Dharma-dharma itu adalah kenyataan atau realitas yang kecil dan pendek, yang berkelompok sebagai sebab-akibat.

Tujuan hidup ialah mencapai nirwana, tempat kesadaran ditiadakan.

 Cita-cita tertinggi adalah menjadai “Arhat”, yaitu orang yang sudah berhenti keinginannya, ketidaktahuannya, dan sebagainya, dan oleh karenanya tidak ditaklukkan lagi pada kelahiran kembali. Di dalam aliran Hinayana ada dua aliran pokok, yaitu Therawada yang sekarang berkembang di Langka, Birma, dan Siam (Muangthai) serta Sarwastiwada yang berpusan di Mathura, Gandhara dan Kasmir. 

Golongan/ Aliran Mahayana

Aliran Mahayana adalah aliran yang mengadakan pembaharuan terhadap ajaran agama Buddha yang asli. Ciri yang menonjol pada aliran ini adalah timbunya acara penyembahan kepada Tuhan dalam agama Buddha. Menurut teologi Mahayana, yang disebut Buddha itu bukan hanya Buddha Gautama saja, melainkan ada empat orang lagi yang disebut dengan Buddha sebagai guru dunia, antara lain:

Kakusanddha.

 Konagammana.

 Kassapa yang datang sebelum Buddha Gautama.

Maitreya, yang kelak akan datang setelah Buddha Gautama.

Adapun dalam aliran Mahayana, ada dua kata yang seolah-olah menjadi kunci bagi ajaran Mahayana, antara lain:

Boddhisattwa

Secara harifiyah, Boddhisattwa berarti orang yang hakikat atau tabiatnya adalah “Boddhi” (hikmat) yang sempurna. Seseorang berusaha mengambil keputusan untuk mempergunakan segala aktivitasnya sekarang dan kelak guna keselamatan dunia. Karena kasih pada dunia, maka segala kebijakannya dipergunakan untuk menolong orang lain. Di dalam perjalanan hidupnya yang panjang itu seorang Boddhisattwa tidak akan dilahirkan kembali ke dalam tempat penyiksaan atau dalam keadaan yang tidak menyenangkan di dunia. Demikian juga seorang Boddhisattwa tidak diharuskan menyangkal dunia ini. Ia menerima keadaan seperti adanya. Ia boleh beristri, memiliki kemewahan, dan kekuasaan.

Sunyata

Secara harfiah, Sunyata artinya kekosongan atau tidak ada yang mendiaminya. Dalam hal ini dimaksudkan segala sesuatu adalah kosong, oleh karenanya tidak ada yang dapat diinginkan atau dicari. Bukan hanya dunia yang kosong, meliankan juga Nirwana dan Dharma yang kosong. Kebenaran yang tertinggi adalah kosong, oleh karenanya tidak dapat dijadikan sasaran kepercayaan. Itulah beberapa ajaran Mahayana. Dalam aliran ini mengalami perpecahan menjadi banyak aliran. Tiap aliran menekankan salah satu dari banyak jalan untuk mendapatkan kelepasan. Pada kira-kira tahun 150 didirikan aliran Modhyamika oleh Negarjuna, yang mengajarkan bahwa kelepasan dapat dicapai dengan melaksanakan hikmat, dalam arti merenungkan Sunyata (kekosongan). Pada kira-kira tahun 400, aliran Yogacara didirikan oleh falsafah Samkhya. Sesudah tahun 500 agama Budha dipengaruhi oleh aliran Tantra. Cabang aliran ini berkembang di Nepal, Tibet, Jepang, Jawa, dan Sumatra.


            






BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Buddhisme muncul di India bagian Utara pada abad ke-6 SM dan berdasar pada ajaran Siddhartha Gautama yang setelah pencerahan-Nya diberi julukan Buddha. Budha sebenarnya bukan nama orang, melainkan sebutan untuk menamakan orang yang telah mencapai bodhi, yaitu orang yang telah mendapatkan wahyu dan karena itu sadar akan makna hidupnya dan terbuka nyata jalannya untuk melepaskan diri dari ikatan karma.  Di Indonesia agama Buddha mulai diperkenalkan pada abad ke V Masehi oleh para pedagang yang berasal dari India. Di samping peranan kaum pedagang, peranan para pelajar Indonesia yang dikirim untuk belajar agama Buddha ke India di tidak bisa diabaikan. Balaputradewa yang memerintah di Sriwijaya banyak mengirim para pemuda untuk belajar agama Budha di Nalanda. 

Agama Buddha secara kultural telah memberikan warna yang khas dalam kehidupan sosial bangsa Indonesia. Banyak sekali jejak sejarah dari agama Buddha yang bisa ditemukan seperti candi, prasasti, karya sastra, dan tradisi yang bercorak Buddha. Pelajaran tentang pokok-pokok agama Buddha memuat hal-hal yang mendasar yakni profil sang Buddha Gautama dan termuat dalam kitab suci Tri Pitaka, tempat suci serta hari raya agama Buddha. Ajaran pokok lainnya yang sangat penting dan harus dipahami, dihayati, dan diupayakan pengamalannya oleh para penganut agama Buddha adalah Tiga Kerangka Dasar Agama Buddha yang meliputi: Sadha (keyakinan/keimanan), Sila (Etika), Bhakti (sembahyang/kebaktian). Tiga kerangka dasar agama Buddha ini merupakan suatu kesatuan yang bulat dan utuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya 

Sedangkan golongan-golongan agama Budhda dibagi menjadi dua aliran/golongan yaitu golongan Hinayana dan golongan Mahayana. Golongan Hinayana adalah golongan ortodoks yang mempertahanlan keaslian ajaran agama Buddha. Golongan Mahayana adalah golongan yang mengadakan pembaharuan terhadap ajaran agama Buddha yang asli.






3.2 Saran

Sebagai manusia yang beragama serta hidup dalam situasi yang multi agama, kita harus tahu akan bagaimana perbadaan agama serta sejarah pada tiap-tiap agama. Dengan hal tersebut kita akan tambah keimanan dan juga akan kaya tentang pengetahuan tentang agama yang ada di sekitar kita. Dengan hal tersebut tentu kita  juga berharap berusaha untuk ikut andil atau pelaku sejarah perkembangan agama.





DAFTAR PUSTAKA


Ang, Hendri. (2008). " Kerangka Dasar Agama Buddha".                                          http://soul-blade.blogspot.com/2008/08/kerangka-dasar-agama-buddha.html?m=1    diakses tanggal 17 Mei 2022

Busro. (2017). " Agama Buddha Di Indonesia: Sejarah, Kemunduran Dan Kebangkitan". https://osf.io/2znbx/download/?version=1&displayName=KEMUNDURAN%20DAN%20KEBANGKITAN%20AGAMA%20BUDDHA%20DI%20INDONESIA-2017-12-28T06%3A56%3A01.270Z.pdf diakses pada tanggal 15 Mei 2022

Fadillah, Nurul, dkk. (2017). "Sejarah Agama Budha dan Pakar Agamanya". https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://muhammadrofiq1995.files.wordpress.com/2017/04/makalah-budha-dan-penyebarannya1.pdf&ved=2ahUKEwir_Kio2eD3AhWF7XMBHfUCBhwQFnoECAUQAQ&usg=AOvVaw0br4CrtVE1-EuQShWij1g8 diakses tanggal 15 Mei 2022

Kurniawan. (2021). "Sejarah Agama Buddha di Dunia". https://www.superprof.co.id/blog/mengenal-agama-budha/#:~:text=Meskipun%20agama%20Buddha%20tidak%20setua,mulai%20mengajar%20di%20sekitar%20Benares diakses pada tanggal 15 Mei 2022

Mandala, Eka. (2015). "Peninggalan Sejarah Bercorak Buddha". https://www.pinhome.id/blog/peninggalan-sejarah-bercorak-buddha/ diakses tanggal 17 Mei 2022

Wikipedia. (2022). "Agama Buddha". https://id.m.wikipedia.org/wiki/Agama_Buddha diakses pada tanggal 15 Mei 2022

Zaman, Kamilus. (2014). "Agama Budha". http://kamiluszaman.blogspot.com/2014/12/agama-budha.html?m=1 diakses tanggal  15 Mei 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar