Kamis, 07 November 2019

PERANAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini menuntut semua bangsa untuk turut mengejar dan mengembangkan diri agar tidak tertinggal jauh di belakang. Dalam rangka mengejar ketertinggalan ini, bangsa Indonesia perlu melakukan perbaikan dan pengembangan diri dalam segala aspek kehidupan baik ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, hukum, dan teknologi melalui pembangunan. Pembangunan bidang pendidikan yang merupakan salah satu pembangunan aspek sosial dan budaya merupakan bagian yang sangat penting dan menjadi suatu keharusan di dalam meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM) agar memiliki kemampuan/keterampilan yang tinggi, moral dan budi pekerti yang luhur serta cerdas dan kreatif.
Dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa,
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Ini berarti, pendidikan sangat berperan dalam perkembangan diri peserta didik, karena pendidikan pada dasarnya bertujuan membangun dan mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan, dan kreativitas yang optimal. Oleh karena itu, kualitas pendidikan tentunya mempunyai peran yang sangat penting dalam mendukung pembangunan di Indonesia.  Dengan kualitas pendidikan yang bagus, sumber daya manusia (SDM) Indonesia tentunya akan mampu bersaing dengan SDM dari negara lain di era globalisasi sekarang ini.  
Perlu disadari bahwa dalam peningkatan kualitas pendidikan tidak lepas dari peran penting seorang guru. Nurkencana (2001: 14) menyatakan bahwa,        ”Tugas guru adalah mendidik dan membelajarkan peserta didik”. Di sini, guru mempunyai tugas dan tanggung jawab di dalam membantu siswa untuk memunculkan dan mengembangkan potensi diri secara maksimal. Sebagai pelaksana pendidikan, guru dituntut harus mampu mengembangkan strategi-strategi pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dan kondisi siswa di lapangan. Pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai akan membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif dan interaktif, sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Astawa (2007:1) mengemukakan bahwa, ”keberhasilan seorang guru dalam kegiatan belajar-mengajar tidak lepas dari kemampuan guru tersebut dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar”. Berdasarkan hal tersebut, peranan guru adalah membantu mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan oleh siswa dalam mengembangkan kemampuannya dan meningkatkan pengetahuannya sendiri.
Selaras dengan tuntutan kompetensi yang harus dimiliki guru (kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesi), pengembangan media merupakan salah satu kewajiban yang diemban guru untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki, pada gilirannya dapat meningkatkan eksistensinya sebagai guru yang profesional. Pemilihan media pembelajaran terkait erat dengan pengembangan silabus, yang di dalamnya terdapat standar kompetensi dan kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman belajar, metoda, evaluasi dan sumber. Selaras dengan pengembangan silabus maka materi pembelajaran yang akan dikembangkan  sudah semestinya tetap memperhatikan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar, kesesuaian dengan materi pokok yang diajarkan, mendukung pengalaman belajar, ketepatan metode dan media pembelajaran, dan sesuai dengan indikator untuk mengembangkan assesment.
Guru dituntut memberikan motivasi pada peserta didik melalui pemanfaatan media yang tidak hanya ada di dalam kelas, akan tetapi juga yang ada di luar kelas jika hal itu memungkinkan untuk dimanfaatkan. Hal yang demikian, akan mempunyai dampak positif terutama dalam membantu peserta didik dalam mencapai sasaran atau tujuan pendidikan yang diinginkan. Karena pada dasarnya, media pembelajaran menurut Arif Sardiman (1993:7) adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.  Sesuai dengan fungsinya, media pembelajaran pada dasarnya untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Oleh karena itu, di dalam proses belajar mengajar di sekolah media pembelajaran mempunyai manfaat yang sangat penting.

1.2              Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1.2.1        Apa yang dimaksud dengan media pembelajaran?
1.2.2        Bagaimana fungsi dan peranan media pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan?
1.2.3        Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan guru dalam pemilihan dan pembuatan media pembelajaran?

1.3              Tujuan Penulisan
Dari permasalahan yang dirumuskan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.3.1        Untuk mengetahui pengertian dengan media pembelajaran?
1.3.2        Untuk mengetahui fungsi dan peranan media pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan.
1.3.3        Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam pemilihan dan pembuatan media pembelajaran.





1.4              Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Teoretis
Secara teoritis, hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan wawasan dalam mengatasi permasalahan yang muncul selama pembelajaran di kelas.

1.4.2  Manfaat Praktis
Secara praktis, makalah ini diharapkan dapat merangsang penulis lainnya untuk melakukan penulisan sejenis untuk mengatasi permasalahan lain yang muncul di dalam pembelajaran.























BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Media Pembelajaran
2.1.1 Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Arif Sadiman (1993:7)  media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Sedangkan menurut Oemar Hamalik (1994:12)  media pembelajaran merupakan alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Hal ini senada dengan pendapat Rustiyah NK (dalam Zakiah Darajat 1992:80), bahwa media pembelajaran adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi edukatif antar guru dan siswa dalam proses pengajaran di sekolah. Begitu pula dengan pendapat Mudhofir (1993:81) yang mengatakan bahwa media adalah sumber belajar, secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda atau pun peristiwa yang membuat kondisi siswa untuk lebih memungkinkan memperoleh pengetahuan keterampilan atau pun sikap.
Dari definisi-definisi tentang media pembelajaran seperti yang telah dikemukakan di atas, dapatlah ditarik pengertian pokok tentang media pembelajaran, yaitu:
a.    Media pembelajaran identik dengan peragaan.
b.    Media pembelajaran merupakan suatu sarana untuk terciptanya suatu proses belajar mengajar yang dapat menunjang efektivitas keberhasilan belajar siswa.
c.    Media pembelajaran tidak hanya digunakan dalam kelas saja, akan tetapi tidak menutup kemungkinan digunakan di luar proses belajar mengajar.

2.1.2   Macam-macam Media Pembelajaran
Seiring dengan kemajuan teknologi, maka perkembangan media pembelajaran begitu cepat, di mana masing-masing media yang ada punya ciri-ciri dan kemampuan sendiri. Dari hal ini, kemudian timbul usaha-usaha penataannya yaitu pengelompokkan atau klasifikasi menurut kesamaan ciri-ciri atau karakteristiknya. Ciri-ciri umum dari media pembelajaran menurut Oemar Hamalik (1994:11-12), adalah:
1.  Media pembelajaran identik dengan pengertian peragaan yang berasal dari kata “raga”, artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat dan didengar dan yang dapat diamati melalui panca indera.
2. Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang dapat dilihat dan didengar.
3. Media pembelajaran digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam pengajaran antara guru dan siswa.
4. Media pembelajaran adalah semacam alat bantu belajar mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas.
5. Media pembelajaran merupakan suatu “perantara” (medium, media) dan digunakan dalam rangka belajar.
6.  Media pembelajaran mengandung aspek, sebagai alat dan sebagi teknik yang erat pertaliannya dengan metode belajar.
7.  Karena itu, sebagai tindakan operasional, dalam buku ini digunakan pengertian “media pembelajaran”. Dari ciri-ciri yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sarana, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka mengidentifikasikan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.
Taksomi media menurut Rudi Bretz sebagaimana dikutip oleh Arif Sadiman (1993:20) yang membagi ke dalam 8 klasifikasi, yakni:
1.      Media audio visual gerak.
2.      Media audio visual diam.
3.      Media audio semi gerak.
4.      Media visual gerak.
5.      Media visual diam.
6.      Media visual semi gerak.
7.      Media audio.
8.      Media cetak.

Sedangkan menurut Briggs, (dalam Arif Sadiman 1993:23) bahwa terdapat 13 macam media, yaitu sebagai berikut:
1.      Obyek.
2.      Model.
3.      Suara langsung.
4.      Rekaman audio.
5.      Media cetak.
6.      Pembelajaran terprogram.
7.      Papan tulis.
8.      Media transparansi.
9.      Film rangkai.
10.  Film bingkai.
11.  Film.
12.  Televisi.
13.  Gambar.
Perkembangan pendidikan yang sangat pesat, berpengaruh pada perkembangan psikologi belajar dan sistem internasional. Keadaan tersebut, mendorong dan berakibat juga pada kemajuan teknologi pembelajaran dan penambahan baru pada media pembelajaran. Pemikiran-pemikiran dan penemuan baru itu, terjadi antara lain dalam penggunaan multi media dan pusat sumber belajar. Kedua media ini, dianggap sebagai suatu kemajuan besar dan mempunyai peranan yang penting dalam bidang media pembelajaran, yang berfungsi untuk menunjang pelaksanaan sistem intruksional yang lebih efektif.
Jenis media yang termasuk dalam katagori multi media menurut Oemar Hamalik (1994:188) adalah:
a.    Gambar
b.    Slide
c.    Film strip
d.    Rekaman
e.    Transparan
f.     Video tape.
Sedangkan media yang termasuk katagori pusat sumber belajar, menurut Oemar Hamalik (1994:195), adalah suatu sistem atau perangkat materi yang sengaja disiapkan atau diciptakan dengan maksud memungkinkan atau (memberi kesempatan) siswa belajar. Sumber belajar adalah semua sumber yang dapat dipakai oleh siswa (sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan siswa lainnya) untuk memudahkan belajar. Pusat sumber adalah suatu tempat sebagai bagian dari suatu ruangan kamar sampai pada suatu kompleks bangunan yang disiapkan secara khusus dengan maksud penyimpanan dan penggunaan suatu kumpulan sumber-sumber, dalam bentuk tercetak dan tak tercetak. Belajar berdasarkan suatu sumber adalah sistem belajar yang terpusat pada siswa, diindividualisasikan dan sangat berstruktur yang menggunakan sepenuhnya sumber-sumber yang bermakna, yakni benda dan manusia, dalam rangka menciptakan  situasi belajar yang efektif. Pusat sumber belajar adalah suatu nama alternatif bagi suatu pusat pada sumber. Belajar dilakukan oleh individu. Dalam konteks pendidikan nasional, pusat sumber belajar pada hakekatnya adalah suatu institusi dalam lingkungan lembaga pendidikan yang berfungsi menyediakan dan melayani berbagai media untuk kepentingan proses belajar mengajar”.
Menurut AECT (dalam Ahmad Rohani, 1991:155-156), mengklasifikasikan tentang sumber belajar media menjadi enam macam, yaitu:
a.  Message (pesan), yaitu informasi/ajaran yang diteruskan oleh komponen lain yang dalam bentuk gagasan, fakta, arti dan data. Termasuk dalam kelompok pesan adalah semua bidang studi/mata kuliah atau bahan pengajaran yang diajarkan kepada peserta didik, dan sebagainya.
b. People (orang), yakni manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Termasuk kelompok ini misalnya guru/dosen, tutor peserta didik dan sebaginya.
c. Materials (bahan), yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat perangkat keras atau pun oleh dirinya sendiri. Berbagai program media termasuk media materials seperti transportasi, slide, film, audio, video, modul, majalah, buku dan sebagainya.
d. Device (alat), yakni (suatu perangkat keras) yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan, misalnya OHP, slide, video, tape recorder, dan sebagainya.
e. Technique (teknik), yaitu prosedur atau acuan yang dipersiapkan untuk penggunaan bahan, peralatan, orang, lingkungan untuk menyampaikan pesan. Misalnya pengajaran terprogram/modul, simulasi, demonstrasi, tanya jawab, CBSA, dan sebagainya.
f. Setting (lingkungan), yaitu situasi atau suasana sekitar di mana pesan disampaikan. Baik lingkungan fisik ruang kelas, gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, taman, lapangan, dan sebagainya. Juga lingkungan non fisik, misalnya suasana belajar itu sendiri, tenang, lelah, ramai dan sebagainya.
Media pembelajaran kalau dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, maka tidak hanya terbatas ada alat-alat audio visual saja yang dapat dilihat dan dapat didengar, melainkan sampai pada kondisi pribadi siswa dan tingkah laku guru. Secara lebih lengkap Oemar Hamalik (1994:36-37), mengklasifikasikan media pembelajaran sebagai berikut:
1. Bahan-bahan cetakan atau bacaan (supplementary materials), berupa bahan bacaan seperti: buku, komik, koran, majalah, bulletin, pamphlet dan lain-lain. Bahan-bahan ini lebih mengutamakan kegiatan bacaan dan menggunakan simbol-simbol kata atau visual.
2. Alat-alat audio-visual, alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini, terdiri atas:
a)  Media pembelajaran tanpa proyeksi, seperti papan tulis. Papan tempel, papan flannel, bagan, diagram, grafik, poster, kartun, komik, gambar.
b) Media pembelajaran tiga dimensi, alat-alat yang tergolong kepada kategori ini terdiri model benda asli, contoh, benda tiruan, diaroma, boneka, topeng, ritatun, lembar balik, peta, globe, pameran dan museum sekolah.
c) Media pembelajaran yang menggunakan teknik atau mesinal, alat-alat yang tergolong dalam kategori ini antara lain, slide, film, setrip, kaset rekaman, radio, televisi, laboratorium elektronik, perkakas oto instruktif, ruang kelas otomatis, sistem interkomunikasi dan komputer.
3.  Sumber-sumber masyarakat berupa obyek-obyek peninggalan sejarah, dokumentasi, bahan-bahan makalah dan sebagainya. Dari berbagai bidang meliputi daerah penduduk, sejarah, jenis kehidupan, mata pencaharian, industri, perbankan, perdagangan, pemerintah, kebudayaan, politik dan lain-lain. Untuk mempelajari hal tersebut, diperlukan berbagai metode yakni, karya wisata, manusia, sumber, survey, berkemah, pengambilan sosial kerja pengalaman dan lain-lain.
4. Kumpulan benda-benda (materials collection), berupa benda atau barang-barang yang dibawa dari masyarakat ke sekolah untuk dipelajari seperti, potongan kaca, potongan sendok, daun, benih, bibit, bahan kimia, dan lain-lain.
5.  Contoh-contoh kelakuan yang dicontohkan oleh guru, meliputi semua contoh kelakuan yang dipertunjukkan oleh guru sewaktu mengajar, misalnya, dengan tangan, dengan kaki, gerakan badan, mimik dan lain-lain. Peragaan yang tergolong dalam kategori ini tak mungkin kita sebutkan satu-satu, karena sangat banyak macamnya dan sangat tergantung kepada kreasi dan inisiatif pribadi guru sendiri, tetapi pada pokoknya jenis media ini hanya dapat dilihat, didengarkan, dan ditiru oleh siswa.

2.2  Pengertian Mutu Pendidikan
Pengertian mutu memiliki konotasi yang bermacam-macam tergantung orang yang memakainya. Kata mutu diambil dari bahasa latin “Qualis” yang artinya what kind of (tergantung dengan kata apa yang mengikutinya). Pengertian mutu sendiri menurut Deming ialah kesesuaian dengan kebutuhan. Sedangkan menurut Juran, mutu ialah kecocokan dengan kebutuhan. Sallis (2003) mengemukakan bahwa mutu adalah konsep yang absolut dan relatif. Mutu yang absolut adalah mutu yang mempunyai idealisme tinggi dan berstandar tinggi yang harus dipenuhi, dengan sifat produk bergengsi yang tinggi. Sedangkan mutu relatif adalah sebuah alat yang sudah ditetapkan dan harus memenuhi standar yang telah dibuat.
Definisi pendidikan menurut undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional atau Sisdiknas, pasal 1 ( ayat 1 dan 4), bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia, pengendalian diri, kecerdasan, keperibadian, serta keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan juga negara.”
Sedangkan menurut Husaini Usman (2006:7), bahwa “Peserta didik adalah anggota dari masyarakat yang berusaha mengambangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jenjang, jalur, dan jenis pendidikan.”
Mutu di bidang pendidikan meliputi 4 mutu input, proses, output, dan outcome, yaitu :
1. Input pendidikan dinyatakan bermutu apabila telah berproses.
2. Proses pendidikan bermutu jika mampu menciptakan suasana yang aktrif, kreatif dan juga menyenangkan.
3. Output dinyatakan bermutu jika hasil belajar dalam bidang akademik dan nonakademik siswa tinggi.
4. Outcome dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, gaji yang wajar, dan semua pihak mengakui kehebatannya lulusannya dan merasa puas.
Mutu dalam konteks manajemen mutu terpadu atau Total Quality Management (TQM) bukan hanya suatu gagasan, tetapi suatu filosofi dan metodologi untuk membantu lembaga dalam mengelola perubahan secara sistematik dan totalitas, melalui suatu perubahan visi, misi, nilai, serta tujuan. Di dalam dunia pendidikan untuk menilai mutu lulusan suatu sekolah dilihat dari keseuaian dalam kemampuan yang dimilikinya dengan tujuan yang telah ditetapkan di dalam kurikulum.

2.3.    Fungsi dan Peran Media Pembelajaran dalam Mningkatkan Mutu Pendidikan
2.3.1   Fungsi Media Pembelajaran
Pada dasarnya, media adalah sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Sebagai alat komunikasi, media pembelajaran menurut Oemar Hamalik (1994:54) memiliki fungsi yang luas di antaranya:
a. Fungsi edukatif media komunikasi, yakni bahwa setiap kegiatan media komunikasi mengandung sifat mendidik karena di dalamnya memberikan pengaruh pendidikan.
 b. Fungsi sosial media komunikasi, media komunikasi memberikan informasi aktual dan pengalaman dalam berbagai bidang kehidupan sosial orang.
c. Fungsi ekonomis media komunikasi, media komunikasi dapat digunakan secara intensif pada bidang-bidang pedagang dan industri.
 d. Fungsi politis media komunikasi, dalam bidang politik media komunikasi dapat berfungsi terutama politik pembangunan baik material maupun spiritual.
e.  Fungsi seni dan budaya media komunikasi, perkembangan ke bidang seni dan budaya dapat tersebar lewat media komunikasi.
Sedangkan menurut Arif Sadiman,  (1993:16-17), media pembelajaran memiliki fungsi sebagai berikut:
a.  Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
b.  Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti misalnya:
1) Obyek yang terlalu besar bisa digantikan oleh realita, gambar, film, atau model.
2) Obyek yang kecil dibantu oleh proyektor mikro, film bingkai, film atau gambar.
3) Gerak yang terlalu lamban atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau hagh speed photograpy.
4) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto atau pun secara verbal.
5) Obyek yang terlalu kompleks (missal mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram dan lain-lain.
6) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, film bingkai, gambar dan lain-lain.
c.  Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik, dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk:
1.  Menimbulkan kegairahan belajar.
2.  Memungkinkan belajar interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.
3.  Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
d. Dengan sifatnya yang unik pada tiap siswa, ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri, apalagi bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini, dapat diatasi dengan kemampuan dalam:
1)  Memberikan rangsangan yang sama.
2)  Mempersamakan pengalaman.
3)  Menimbulkan persepsi yang sama.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa fungsi media pembelajaran sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam pendidikan.

2.3.2    Peran Media Pembelajaran
Untuk mengetahui peranan media dalam pembelajaran. Kita dapat menganalisis model sistem pengembangan  pembelajaran. Dalam model pengembangan pembelajaran, interaksi guru dan siswa dengan menggunakan media dan sumber-sumber belajar siswa (media) dapat digambarkan sebagai berikut.
Pengajaran dilakukan untuk memfasilitasi pembelajaran, melalui penataan informasi dan lingkungan. Proses transmisi informasi dari suatu sumber ke suatu tujuan disebut komunikasi. Karena pembelajaran biasanya bergantung pada penyerapan informasi baru, pengajaran yang efektif tidak akan terlaksana kecuali terjadi komunikasi. Oleh karena itu kita perlu mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi sehingga media pengajaran dapat digunakan secara efektif.
Banyak model visual dan matematis telah dikembangkan untuk menjelaskan proses komunkasi. Model yang disederhanakan berguna untuk mengidentifikasi dan menganalisis tahap-tahap penting komunikasi pengajaran. Model tersebut adalah sebagai berikut: suatu pesan (misalnya ciri-ciri fisik gelombang transversal) dipilih oleh sumber informasi (guru atau siswa). Pesan itu dikirim melalui  saluran atau medium (misalnya kata-kata yang diucapkan, gambar gelombang di papan tulis, atau bahan tercetak). Pesan itu kemudian diterima siswa atau guru, merangsang pikirannya, lalu ia melakukan interpretasi terhadap pesan itu.
Model di atas berlaku juga dalam situasi saat siswa sendiri yang memilih isi pesan. Sebagai contoh, bila siswa pergi ke perpustakaan untuk memilih bahan yang akan dipelajari, pesan itu ada di dalam bahan itu, selanjutnya diterima dan diinterpretasikan siswa.
Hal penting dalam proses komunikasi, khususnya komunikasi pengajaran adalah umpan balik, yakni respon penerima terhadap pesan yang dikirim. Setelah menerima dan menginterpretasi pesan itu, penerima itu menjadi sumber dan mengirimkan pesannya sendiri kembali ke sumber aslinya, yang menjadi penerima. Kita umumnya berpikir umpan balik dalam kaitannya dengan evaluasi. Namun tersedia berbagai metode lain bagi guru untuk mengetahui bagaimana siswa menerima pelajaran. Pengamatan terhadap ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan jawaban-jawaban diskusi, di samping pekerjaan rumah dan jawaban tes harian, seluruhnya merupakan bentuk umpan balik. Guru seringkali cenderung menyalahkan siswa apabila pengajarannya kurang berhasil. Padahal masalah sebenarnya mungkin karena pengajarannya tidak dirancang dan/atau tidak disampaikan dengan baik.
Pada tahun 1964, Edgar Dale mengembangkan “kerucut pengalaman”. Kerucut pengalaman itu dimulai dari pebelajar sebagai partisipan dalam pengalaman sesungguhnya, menuju pebelajar sebagai pengamat atas suatu kejadian tak langsung (melalui beberapa medium), dan akhirnya pebelajar itu mengamati simbul-simbul yang mewakili kejadian itu (Nur, 2000).  Dale menyatakan bahwa pebelajar dapat mengambil manfaat dari kegiatan yang lebih abstrak, asalkan mereka telah membangun sejumlah pengalaman lebih konkrit untuk memaknai penyajian realitas yang lebih abstrak tersebut. Gambar 4-4 memperlihatkan kerucut pengalaman Dale tersebut, disertai rumusan Bruner di sampingnya.
Berdasarkan penjelasan di atas sangat jelas terlihat bahwa media mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut.  Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
Selain itu, media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
Peranan yang lain dari media dalam pembelajaran adalah
a) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
b) Media menghasilkan keseragaman pengamatan
c) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
d)         Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
e) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
f) Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak






2.4 Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam Pemilihan dan Pembuatan Media Pembelajaran
2.4.1  Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan Media Pembelajaran
Menurut Arif Sardiman (1993:84) ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, antara lain:
a.    Tujuan intruksional yang akan dicapai.
b.    Karakteristik siswa atau sasaran.
c.    Jenis rangsangan belajar yang diinginkan.
d.    Keadaan latar belakang atau lingkungan.
e.     Kondisi tempat.
f.    Luasnya jangkuan yang ingin dicapai.
Sedangkan menurut Oemar Hamalik (1993:6), dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu, yakni:
a.    Tujuan mengajar.
b.    Bahan pelajaran.
c.    Metode mengajar.
d.    Tersedianya alat yang dibutuhkan.
e.    Jalan pelajaran.
f.     Penilaian hasil belajar.
g.    Pribadi guru.
h.    Minat dan kemampuan siswa.
i.      Situasi pengajaran yang sedang berlangsung.
Hal ini sebagaimana ungkapan Ely (Arif Sadiman, 1994:85), bahwa pemilihan media seyogyanya tidak terlepas dari konteksnya, bahwasannya media merupakan komponen dari sistem intruksional secara keseluruhan. Karena itu, meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui, tetapi faktor-faktor lain seperti karakteristik siswa, strategi belajar mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber serta prosedur penilaiannya juga perlu dipertimbangkan, media apa saja yang ada, berapa harganya, berapa lama diperlukan untuk mendapatkannya dan format apa yang memenuhi selera pemakai (missal siswa dan guru).

2.4.2  Faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan Media Pembelajaran
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan media pembelajaran, antara lain:
a)     Penataan unsur Visual.
Prinsip-prinsip pembuatan media visual dasar atau media grafis (semua bahan ilustratif yang digunakan untuk menyampaikan pesan) yang digunakan baik untuk untuk media visual yang tidak diproyeksikan maupun diproyeksikan yaitu kesederhanaan, kesatuan, penekanan, dan keseimbangan serta dilengkapi dengan garis, bentuk, warna, tekstur, dan ruang.
b)     Kesederhanaan
Isi media sebaiknya ringkas, sederhana, dan dibatasi pada hal-hal yang penting saja. Konsep tergambar dengan jelas, tulisan jelas, sederhana, dan mudah dibaca.
c)     Kesatuan
Maksud kesatuan di sini adalah adanya hubungan antara unsur-unsur visual dalam kesatuan fungsional secara keseluruhan. Kesatuan ini dapat dinyatakan dengan unsur-unsur yang saling menunjang. Kesatuan dapat pula ditunjukkan dengan alur-alur tertentu, seperti garis, anak panah, bentuk, warna, dan sebagainya.
d)     Penekanan
Penekanan pada bagian-bagian tertentu diperlukan untuk memusatkan perhatian. Penekanan dapat ditunjukkan melalui penggunaan ukuran tertentu, warna tertentu, dan sebagainya.
e)     Keseimbangan
Ada dua macam keseimbangan, yakni keseimbangan formal (ditunjukkan dengan pembagian secara simetris) dan keseimbangan informal (ditunjukkan dengan pembagian asimetris).
Penerapan prinsip-prinsip di atas dapat lebih berhasil jika ditunjang dengan unsur-unsur visual seperti: garis, bentuk, tekstur, ruang, dan warna. Garis dalam media visual dapat menghubungkan unsur-unsur bersama dan akan membimbing siswa untuk mempelajari media dalam urutan tertentu. Bentuk yang tidak biasa dapat menimbulkan suatu perhatian khusus pada sesuatu yang divisualkan. Ruang terbuka diiringi dengan unsur-unsur visual dan kata-kata akan mencegah rasa berjejal dalam suatu media. Tekstur, memberi sentuhan rasa tertentu, dapat dipakai sebagai pengganti warna, memberi penekanan, pemisahan, atau untuk meningkatkan kesatuan. Warna merupakan unsur tambahan yang sangat penting dalam media visual, dapat memberikan penekanan, pemisahan, atau kesatuan. Akan tetapi pemilihan warna harus digunakan dengan hati-hati untuk memberikan pengaruh terbaik. Penggunaan terlalu banyak warna akan mengganggu pandangan dan dapat menimbulkan salah persepsi pada pesan yang dibawakan.
f)      Optimalkan Komponen Pemicu (Triger)
Apa yang dimaksud dengan komponen pemicu (triger)? Yang dimaksud dengan komponen pemicu dalam multimedia pembelajaran meliputi judul, tujuan pembelajaran dan appersepsi yang menarik dan menantang.
g)     Sulap Judul menjadi Lebih Menarik dan Menantang
Judul, merupakan titik awal sebagai penarik perhatian pengguna. Tapi, banyak pembuat multimedia pembelajaran yang kurang memperhatikan hal ini. Sering dijumpai, judul dinyatakan dengan kalimat yang kaku. Padahal, judul dapat dirumuskan dalam kalimat yang lebih menantang dan menarik. Coba bandingkan contoh rumusan judul berikut ini! Daripada kita menggunakan judul “TATA SURYA”, akan lebih menarik jika kita rubah menjadi “SEPERTI APAKAH KEADAAN DI LUAR ANGKASA?”
·     Daripada kita menggunakan judul “BIAYA, PENERIMAAN DAN RUGI/LABA”, tentu akan lebih menarik jika kita sulap menjadi “CARA MUDAH MENGHITUNG RUGI LABA”;atau
·     Daripada kita menggunakan judul “INTEGRAL”, akan lebih menarik jika diganti dengan “MENGHITUNG LUAS BENTU-BENTUK TIDAK BERATURAN”.
h)     Modifikasi Tujuan Pembelajaran
Beberapa kelemahan yang sering saya temui dari multimedia pembelajaran adalah (a) tidak adanya tujuan pembelajaran; dan (b) walaupun ada, tidak dinyatakan dengan redaksi yang jelas, realistis, dapat diukur dan menantang/menarik perhatian pengguna. Mengapa? Karena pengembang selalu terpaku pada rumusan kompetensi dasar atau indikator yang telah ada dalam kurikulum. Padahal, secara kreatif redaksi kompetensi dasar atau indikator dalam kurikulum dapat diperhalus dengan kalimat yang tidak hanya lebih jelas, realistis, dan dapat diukur, tapi juga menarik serta menantang.
Pengguna (user) perlu diberitahu manfaat ayang akan diperoleh dari multimedia pembelajaran. dePorter dkk, mengistilahkannya dengan istilah AMBAK (Apa Manfaatnya BAgi Ku?). Dengan rumusan tujuan yang jelas, siswa mengetahui manfaat dan arah yang jelas saat menggunakan media tersebut. Perlu diperhatikan bahwa media pembelajaran juga berkaitan dengan kerangka waktu. Dengan tujuan yang jelas, maka pencapaian tujuan dapat disesuaikan dengan kerangka waktu yang ada dan relevan dengan kebutuhan pengguna. Demikian pula dengan manfaat dari media pembelajaran harus memberikan peluang bagi pengguna untuk ‘merasakan’ kegunaan lain selain sebagai media pembelajaran pokok. Oleh karena itu kalimat-kalimat ajakan dan sapaan psikologis yang dapat memberikan ikatan emosional (engagement) bagi pengguna menjadi perlu, sehingga memunculkan interaktifitas yang tinggi dari multimedia tersebut. Coba bandingkan contoh rumusan tujuan pembelajaran berikut!
“Setelah mempelajari media ini, siswa akan dapat menjelaskan terjadinya jantung koroner.”
Dengan tidak mengurangi makna inti, rumusan tujuan pembelajaran tersebut dapat kita sulap sedikit menjadi:
“Dalam waktu 15 menit, Anda (Kamu) akan mampu menjelaskan hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya jantung koroner dengan baik.”
i)       Berikan Appersepsi yang Kontekstual
Kotentektual memiliki makna, mengaitkan apa yang telah diketahui atau dialami pengguna dengan apa yang akan dipelajari dalam multimedia pembelajaran. Kontekstualitas dalam apersepsi menjadi penting, karena kita mencoba ‘menarik’ mereka ke dunia yang kita ciptakan dalam media, melalui hal-hal yang dianggap paling ‘akrab’ dengan pengguna. Disinilah diperlukan kalimat atau narasi penghubung dari ‘dua dunia’ yang mungkin berbeda. Dengan menyatukan kedua dunia ini, maka pengguna ‘merasa diajak’ berkomunikasi dengan media kita. Jika perlu gunakan, bahasa yang ‘menantang’ dan sedikit ‘memprovokasi’ dalam artian positif. Mari kita perhatikan contoh appersepsi berikut: “Selamat datang dalam software pembelajaran fisika. Dalam software pembelajaran ini, kamu akan mempelajari tentang impuls, momentum dst…..”
(Catatan: contoh kalimat atau narasi seperti ini biasanya muncul sebagai kalimat pembuka)
Tentunya akan lebih baik jika dibuat lebih kontekstual dengan materi yang akan dibahas dalam multimedia tersebut. Perhatikan contoh yang satu ini:
”Anda tentu pernah bermain bola basket. Bagaimana bola basket dapat memantul dengan sempurna? Begitu pula halnya dengan bola volley atau bola sepak. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Topik ini akan membahas tuntas pertanyaan tersebut. … dst.”
(Catatan: Appersepsi seperti ini bisa dalam bentuk teks atau divisualisasikan dalam bentuk narasi (audio), animasi plus narasi, atau bahkan video)


















BAB III
SIMPULAN

            Dari pemaparan di atas,  maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yakni:
3.1    Media pembelajaran merupakan suatu sarana untuk terciptanya suatu proses belajar mengajar yang dapat menunjang efektivitas keberhasilan belajar siswa.
3.2  Media pembelajaran tidak hanya digunakan dalam kelas saja, akan tetapi tidak menutup kemungkinan digunakan di luar proses belajar mengajar.
3.3   Macam-macam media pembelajaran dapat dikelompokkan dalam 1) Media audio visual gerak; 2) Media audio visual diam; 3) Media audio semi gerak.; 4) Media visual gerak; 5) Media visual diam; 6) Media visual semi gerak; 7) Media audio; 8) Media cetak.
3.4   Media dalam pembelajaran memiliki fungsi dan peran yang sangat penting, diantaranya media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik; 
3.5   Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, antara lain: 1) Tujuan intruksional yang akan dicapai; 2) Karakteristik siswa atau sasaran; 3) Jenis rangsangan belajar yang diinginkan; 4) Keadaan latar belakang atau lingkungan; 5) Kondisi tempat; 6) Luasnya jangkuan yang ingin dicapai.
3.6  Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan media pembelajaran, antara lain: 1) Penataan unsur Visual; 2) Kesederhanaan; 3) Kesatuan; 4) Penekanan; 5) Keseimbangan; 6) Optimalkan Komponen Pemicu (Triger), 8) Sulap Judul menjadi Lebih Menarik dan Menantang; 9) Modifikasi Tujuan Pembelajaran; 10) Berikan Appersepsi yang Kontekstual








DAFTAR PUSTAKA

Darajat, Zakiah 1992. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik, Oemar 1994. Media Pendidikan, Bandung: Citra Adtya Bakti
Mudhofir, 1993 Teknologi Intruksional, Bandung: Remaja Rosda Karya
Podjiastuti, Sri. 2000. Media Pembelajaran. Surabaya: Unipress.
Rohani, Ahmad 1991 Pengelolaan Pelajaran, Jakarta: Rineka Cipta
Sadiman, Arif 1993. Media Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sudjana, Nana 1995. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo





Tidak ada komentar:

Posting Komentar