Oleh : Ni Nyoman Wahyuni
Npm
: 191048
Pendahuluan
Makalah ini saya buat berdasarkan dari hasil wawancara
dari tetangga disekitar rumah.di sini saya mencoba membuat makalah mengenai
galungan yang memperkuat budaya manyama braya.intinya di dalam setiap kita
melakukan kegiatan keagamaan selalu
mengikuti konsep norma yang mengatur kehidupan dalam peradaban, sejak jaman
dikenalnya kebudayaan yang terkenal dengan konsep Tri Hita Karana yang masih
bertahan hingga kini walaupun berada dalam konsep konsep perubahan social yang
selalu berdinamika sebagai salah satu ciri atau karakter peradaban.
Setiap 210 hari sesuai dengan kalender Hindu di Bali
tepatnya pada hari Buda kliwon Wuku Dungulan,umat hindu merayakan hari
kemenangan dharma melawan adharma. Hari raya ini dikenal dengan nama Galungan
yang prosesi pelaksanaannya berkaitan dengan tumpek wariga.pada saat tumpek
wariga segala jenis tanaman diberikan sesaji dan didoakan agar pada saat
galungan mampu memberikan hasil, daun, bunga dan buah yang dapat
dimanfaatkan.berkaitan dengan hal tersebut maka perayaaan Tumpek Wariga
memberikan pemahaman tentang bentuk pengendalian diri dan kesadaran umat dalam melestarikan
alam lingkungannya.
Dari tahapan pengendalian diri dan kesadaran tersebut
dapat terbina rasa saling menghargai,menghormati dan menyanyangi berlandaskan
konsep TRI HITA KARANA, Umat hindu diharapkan mampu menjaga hubungan yang
harmonis dengan tuhan<parahyangan> . Hubungan yang harmonis dengan sesame
umat manuisia <pawongan> dan hubungan yang harmonis dengan alam
lingkungan <palemahan>
Dalam proses persiapan perayaan galungan dan bhuana
alit melalui perayaan hari raya sugian jawa dan sugian bali.perayaan sugian
jawa sebagai bentuk penyucian bhuana agung atau alam semesta agar senantiasa
harmonis mampu menjadi wadah kehiupan bagi seluruh mahluk dalam suasana yang
damai dan tentram.perayaan sugian bali sebagai bentuk penyucian bhuana alit atau manusia dan mahluk hidup lainnya,agar mampu hidup
secara harmonis dalam suasana yang damai dan tentram sebagai persiapan untuk
merayakan kemenangan dhrama yang merupakan kemenangan seluruh kehidupan yang
ada.
Perayaan hari raya galungan dimulai dari reite paing
wuku dungulan yang disebut dengan hari panyekeban.pada hari ini segala jenis
buah buahan biasanya pisang disekep<disimpan>agar cepat matang dan dapat
dipersembahkan pada hari raya galungan.buah buahan yang diperoleh ada yang
berasal dari hasil kebun ada juga dari hasil membeli.diharapkan bila
membeli buah berasal dari umat sedarma sebagai wujud menyama braya ,karena
dengan buahnya dibeli maka mereka mendapatkan rejeki yang biasa dipergunakan
untuk merayakan galungan.disamping itu sebagai wujud memelihara rasa menyame
braye.bila memiliki hasil panen buah yang melimpah di kebun sendiri disamping
diperjual belikan dapat juga didarmakan kepada sanak keluarga,tetangga dan juga
teman maupun sahabat.denganemikian maka rasa menyama braya dapat terpelihara dengan
baik sebagai upaya menciptakan kehidupan yang harmonis. Selanjutnya,pada hari
some pon wuku dunggulan disebut sebagi hari penyajaan ngalungan. Pada hari ini umat hindu disibukkan dengan aktifitas membuat
jajan sebagai sarana banten yang dihaturkan saat galugan.dalama aktifitas
pembuatan jajan ini diharapkan terwujud rasa menyame braya yaitu pembuatan
jajan dilakukan dengan sanak keluarga dan dikerjakan secara bersama sama untuk
memupuk rasa sagilik saguluk salumglumg
sabayantaka.
Setelah hari penyajaan keesokan harinya yaitu hari
angara wage wuku dungulan dilakukan kegiatan pemotongan hewan <panampahan> .Pada hari ini umat hindu
membuat aneka jenis makanan khas bali seperti lawar, sate, jukut ares, marus
tum dan pemotongan hewan dilakukan
dengan cara mepatungan <gotong royong> untuk membeli hewan yang akan
dipotong <di tampah> dan juga proses pemotongan dan pembagian dagingnya
dilakukan secara bersama sama dan merata.dari kegiatan ini akan terpelihara
rasa manyama braya diantara umat begitu juga saat mengolah daging menjadi
makanan di sana ,memasak tertanam nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan dari proses mengolah memasak
dan juga adanya kegiatan makan bersama sebagai ungkapan syukur dan juga
kebersamaan. setelahkegiatan tersebut, maka pada saatsore harinya dilakukan
kegiatan memasang penjor yang dapat juga dilakukan secara bersama sama dengan
rasa manyama braya.
Puncak kegiatan perayaan hari raya galungan dilakukan
pada hari budha kliwon wuku dungulan.pada hari ini umat hindu mempersembahkan
sesaji <banten> dan melakukan persembahyangan sebagai wujud sradha dan
bakti di sanggah kemulan atau merajan. pura paibon kahyangan tiga dan juga pura
yang ada di sekitar wilayah tempat tinggal.perayaan ini sebagai ungkapan syukur
atas segala anugrah yang telah diberikan dan juga wujud dari kemenangan dharma
melawan adharma.pemaknaan yang lebih mendalam adalah bagaimana umat hindu mampu
menang melawan sifat sifat individualistik,materialistic dan kapitalis yang mulai merongrong dan
menguasai di zaman skarang.bahkan rasa kebersamaan dalam wujud menyame beraya
sudah mulai luntur,begitu juga paras paros di antara umat sudah mulai
menipis.sepatutnya perayaan galungan
inilah dijadikan sebagai momen untuk membangun kembali rasa manyama braya yang
sudah mulai luntur seiring berjalannya waktu.
Tatanan
kehidupan yang berlandaskan filsafat tri hita karana bukan hanya sebatas
wacana,tetapi mampu wujudkan dan diimplementasikan dalam perayaan galungan
ini.Rasa sradha dan bakti kepada ida sang yang whidi wasa smakin ditingkatkan
untuk mewujudkan sukerta tata prahyangan.Rasa paras paros,pakede
pakenyem,sagilik saguluk salunglung sabayantaka berlandaskan rasa menyama braya
dengan sanak keluarga,tetangga,teman sahabat semakin dipererat untuk mewujudkan
sukerta tata pawongan
Daftar Pustaka
Dari hasil wawancara bersama warga disekitar rumah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar