Selasa, 31 Maret 2020

PROSESI UPAKARA DAN YADNYA BAGI UMAT HINDU



PROSESI UPAKARA DAN YADNYA BAGI UMAT HINDU
  



NAMA                : I WAYAN SUJANA
NPM                   : 19.01.054
PRODI               : AGAMA HINDU SEMESTER                             : II (DUA)





SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN AGAMA HINDU AMLAPURA
TAHUN 2020

KATA PENGANTAR


Om Swastyastu,

Atas asung kertha wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, maka tersusunlah makalah yang sederhana ini dengan judul Prosesi Upacara Dan Yadnya dalam bentuk yang ruang lingkupnya kecil.
Terbuatnya makalah ini merupakan tugas seorang mahasiswa untuk bisa menyampaikan bagaimana prosesi atau proses yadnya itu dilakukan. Karena penyusunan makalah ini, sekiranya banyak sekali faedahnya, baik bagi penyusun sendiri, masyarakat, maupun para siswa. Disamping itu penyusunan makalah ini dipandang perlu untuk  membantu masyarakat dalam upaya melestarikan adat, budaya dan agama untuk menuju Ajeg Bali yang kita cintai.
Akhirnya “ tak ada gading yang tak retak”, dan tak ada sesuatu yang tak bercacat.
Demikian pula halnya dengan isi makalah ini tentu masih banyak kekurangannya.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi penyempurnaan makalah ini, sangat penyusun harapkan. Semoga kita semua terlindungi oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Om Shanti, Shanti, Shanti Om

DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .....................................................................................................
i
DAFTAR ISI....................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
1
A. Latar Belakang ................................................................................................
1
B. Tujuan..............................................................................................................
1
C. Rumusan Masalah ...........................................................................................
1
D. Manfaat ...........................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................
3
A. Pengertian Yadnya ..........................................................................................
3
B. Tujuan Yadnya ................................................................................................
3
C. Bahan-bahan Sajen Untuk Yadnya .................................................................
3
D. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Waktu Membuat Upakara ................
4
E. Tingkatan Yadnya ...........................................................................................
4
F. Membuat Sarana Yadnya.................................................................................
5
1. Arti Banten...........................................................................................
5
2. Tujuan Membuat Banten......................................................................
6
3. Macam-macam Canang .......................................................................
6
BAB III PENUTUP .........................................................................................................
10
A. Kesimpulan .....................................................................................................
10
B. Saran-saran ......................................................................................................
10
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................
11

BAB I PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang

Pulau Bali terkenal dengan nama pulau Dewata dan Seribu Pura. Terkenal pula dengan adat istiadatnya yang unik dan menarik. Hal seperti ini membuat pulau Bali memancarkan karisma, aura, dan taksu yang luar biasa. Terkait dengan hal itu, maka tidak heranlah, jika banyak wisatawan dari mancanegara datang kepulau dewata ini.
Dengan adanya kunjungan wisatawan yang datang ke pulau Bali, sudah tentu banyak pula adat dan budaya yang diperlihatkan kepada kita. Untuk menjaga dan melestarikan sebagai pewaris kebudayaan itu, kita harus waspada dan pandai-pandai memfilter untuk tidak mudah terpengaruh. Salah satu cara yang dianggap paling baik adalah dengan melestarikan kebudayaan Bali dengan terus meningkatkan pengetahuan kita dibidang agama, khususnya yadnya.

B.       Tujuan


Perumusan tujuan yang jelas akan memberikan arah yang tepat kepada sasaran yang akan ditulis ata disusun. Oleh karena itu, penyusunan karya tulis harus mempunyai tujuan yang ingin dicapai.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penyusunan makalah atau karya tulis ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.                 Untuk memberikan masukan kepada pembaca berupa gambaran yang konkret tentang yadnya serta bagaimana cara melaksanakannya.
2.                 Untuk melestarikan budaya dan adat istiadat agama hindu.
3.                 Untuk mengembangkan nilai-nilai kebudayaan dibidang yadnya.
4.                 Untuk menambah perbendaharaan, perpustakaan pribadi / umum.
5.                 Untuk membantu pemerintah dalam upaya meningkatkan serta memantapkan Ajeg Bali.

C.       Rumusan Masalah


a.                  Pengertian yadnya
b.                 Tujuan yadnya
c.                  Bahan-bahan sajen untuk yadnya
d.                 Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu membuat upacara
e.                  Tingkatan yadnya
f.                   Membuat sarana yadnya
1.        Arti banten
2.        Tujuan membuat banten
3.        Macam-macam canang

D.       Manfaat


Maka dapat diuraikan fungsi dan manfaat dari pelaksanaan yadnya adalah :

a.        Sarana untuk mengamalkan weda
b.        Sarana untuk meningkatkan kualitas diri dalam memahami arti pentingnya yadnya dilakukan
c.        Sebagai sarana untuk penyucian secara lahir maupun batin.
d.        Sebagai sarana untuk terhubung kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
e.        Sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa terimakasih.

BAB II 
PEMBAHASAN YADNYA

A.   Pengertian Yadnya

Kata yadnya berasal dari bahasa sansekerta, diuraikan dari kata “yaj” berarti memuja, mempersembahkan, korban, kemudian penulisan yajna di Indonesiakan menjadi yadnya.
Dalam Atharwa Weda XVII.3 dinyatakan bentuk yadnya yang paling tinggi adalah pengorbanan lahir dan bathin. Maka dari itu semangat patriotism yang diajarkan dalam Bhagawad gita, Mahabharata, Ramayana sangat tepat bagi kesatria adalah beryadnya di medan perang. Semua yang terkandung di kitab tersebut mengandung makna seorang ksatria harus membela tanah airnya. Menegakan kebenaran dan keadilan.
Maka yadnya iu adalah sebagai amalan agama yang mengandung pengertian :

a.                  Merupakan system persembahan dalam bentuk memuja Tuhan Yang Maha Esa.
b.                 Merupakan prinsip berkorban agarumat bersedia, rela, dan menyadari bahwa berkorban itu sebagai pemelihara kelangsungan hidup bahagia.
c.                  Merupakan system untuk menjaga keseimbangan alam untuk hidup dan sesama.

B.   Tujuan Yadnya


Maka tujuan orang untuk melaksanakan yadnya adalah sebagai berikut :

a.                  Sebagai tanda terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerahNya terhadap umat manusia.
b.                 Memohon kepada Tuhan agar roh-roh leluhur dapat dikurangi dosa-dosa yang pernah dibuatnya.
c.                  Memohon kepada Tuhan agar belaiu memberikan pengaruh-pengaruh baik, sehingga kesempurnaan dan kesucian Lahir dan Bathin dapat terwujud pada diri pribadi orang.
d.                 Sebagai sarana untuk mengembangkan serta memelihara kehidupan agar terwujud kehidupan yang sejahtera dan bahagia atau kelepasan yakni menyatu dengan sang pencipta.
e.                  Untuk membebaskan diri dari unsur-unsur jahat yang sering menggangu pikiran manusia terjerumus kelembah penderitaan.
Dengan melaksanakan yadnyalah tujuan diatas akan tercapai, sehingga orang mendapat ketentraman, semangat, dan gairah mengayuh bahtera kehidupan menuju kehidupan yang sejahtera dan bahagia sesuai harapan.

C.   Bahan-Bahan Sesajen Untuk Yadnya


Bahan upakara, banten, sesajen yang biasanya digunakan untuk keperluan yadnya terdiri dari :

a.                  Bunga, yaitu : bunga cempaka, kaca piring, gemitir, jepun dan lain-lain keuali bunga tulud nyuh.
b.                 Daun, yaitu : daun kelapa (janur), daun pisang, daun sirih dan lain-lain.
c.                  Buah-buahan, seperti : pisang , salak, mangga, jeruk, sentul, anggur , dan lain-lain. Disamping itu digunakan juga kelapa , kemiri, beras,dan kacang-kacangan.
d.                 Makanan, berupa nasi, lauk pauk, berjenis-jenis jajan atau kue, dan sebagainya.

D.   Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Waktu Membuat Upakara


a.                  Desa; Tempat
Membuat upakara kita harus menyesuaikan diri dengan bahan-bahan yang tersedia di tempat bersangkutan. Oleh karena itu, anggapan tidak beryadnya karena bahan untuk keperluan yadnya tidak tersedialengkap itu tidak benar.
b.                 Kala; waktu
Selain kita memperhatikan harikebaktian dan juga hari baik seperti purnama, tilem, galungan dan sebagainya.juga harus memperhatikan kesempatan. Misalnya kita akan membuat upakara yang benar, tetapi karena waktu pendek.maka kita cukup membuat upakara yang kecil namun tidak megurangi makna dan tujuan yadnya itu sendiri.
c.                  Patra; keadaan
Keadaan harus menjadi perhitungan. Orang tidak dapat dipaksa untuk membuat yadnya yang besar atau yang kecil. Atau bila mana orang yang mempunyai kemampuan lebih dapat membuat yadnya yang lebih besar , dan yang miskin atau kurang mampucukup membuat yadnya dalam tingkatan atau skala lebih kecil. Menjadi melarat karena yadnya itu tidak baik, maka yang terpenting ialah yadnya berdasarkan bakti kepada Tuhan, karena pada bakti itulah letak nilainya kita melakukan yadnya.

E.   Tingkatan Yadnya


Kelahiran ini adalah kesempatan untuk memperbaiki karma-karma yang telah diperbuat pada kehidupan yang lampau. Untuk itu Tuhan memberikan rezeki hidup. Menurut petunjuk ajaran agama rezeki itu supaya digunakan :
a.                  Untuk melaksanakan dharma
b.                 Untuk memenuhi kama atau kesenangan yang bersifat positif
c.                  Untuk melaksanakan kegiatan usaha dalam bidang artha agar artha itu bertambah- tambah.
Dalam mendapatkan aartha dharmalah landasannya. Bila tidak, celaka yang diperoleh.
Dalam kita Sarasamuscaya menyebutkan :

Yartha dharmena te tabhya Ye dhamena dhigastu tan , Dharmam wai cacwatam loke Na jahya darthakam saya

Apan ikang artha, yan dharma luiring karjananya,ya ika labha nrgaranya, paramartha ning aminggih sukha sang tumaniraken ika, kuneng yan adharma luiring karjanganya, kacmata ika, sininggahan de sang sajjana, matangnya haywa anasar sangkeng dharma, yan tangarjana.
(sarasamuscaya, 263)

Sebab uang itu, jika dharma landasan memperolehnya, laba atau untung namanya; sungguh-sungguh mengalami kesenangan orang yang beroleh; akan tetapi jika uang itu diperoleh dengan jalan adharma atau tidak baik, merupakan noda uang itu. Janganlah bertindak menyalahi dharma, jika anda berusaha menuntut sesuatu.
Kutipan diatas menjelaskan bahwa artha yang diperoleh berdasarkan dharma disebut labha. Labha itu diperoleh berdasarkan karma orang. Karma pada setiap orang berbeda-beda, maka labha yang diperoleh berbeda-beda pula. Bertitik tolak dari perbedaan kemampuan material ini menyebabkan adanya tingkatan-tingkatan yadnya. Adapun tingkatan-tingkatan yadnya itu adalah :
a.        Kanista
Kanista artinya yang terkecil.
Yadnya yang tingkatannya kanista untuk mereka yang penghasilannya rendah. Kanista terdiri dari : utamaning kanista, madyaning kanista, kanistaning kanista.
b.        Madya
Madya artinya menengah atau sedang
Yadnya yang tingkatannya madya untuk mereka yang penghasilannya sedang-sedang saja, maka yadnya inilah yang sesuai.
Madya terdiri dari : utamaning madya, madyaning madya, kanistaning madya.
c.        Uttama
Uttama artinya tertinggi
Yadnya yang tingkatannya uttama cocok untuk orang yang berpenghasilan besar. Uttama terdiri dari : utamaning uttama, madyaning uttama, kanistaning uttama.
Ketiga tingkatan yadnya itu hanyalah berbeda dalam kuantitas, namun tidak berbeda dalam kualitas, karena sama-sama dipersembahkan atas dasar bakti. Seorang miskin menyuguhkan segelas teh tanpa jajan kepada tamunya. Tamupun puas menerimanya, karena suguhan itu didasarkan atas rasa hormat kepadanya. Seorang yang kaya menyuguhkan minuman yang sama kepada tamunya. Namun tamunya tidak puas karena tidak seyogyanya orang yang kaya berlaku demikian kepada tamunya. Walaupun kuantitas suguhan itu sama,kulitasnya berbeda. Demikian pula halnya dalam beryadnya. Orang yang kaya hendaknya jangan beryadnya yang kanista, sedang yang miskin jangan memaksakan diri beryadnya yang uttama.

F.   Membuat Sarana Yadnya


1.        Arti Banten
a.                  Banten sebagai wujud korban suci dalam beryadnya

b.                 Banten merupakan cetusan hati nurani umat sebagai wujud jalinan cinta kasih antara umat dengan penciptanya.
c.                  Banten sebagai sarana konsentrasi umat didalam memuja keagungan beliau
d.                 Banten sebagai lukisan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam wujud abstrak
e.                  Banten merupakan piranti pendidikan bagi umat dalam memuja Tuhannya.
2.        Tujuan Membuat Banten

Tujuan membuat banten adalah sebagai perwujudan yadnya untuk dapat diserapnya isi jagat yang dirangkai dalam satu kesatuan berbentuk banten untuk dipersembahkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa.
3.        Macam-Macam Canang Canang terdiri dari :
a.                  Canang Genten
Pada canang genten ditulis symbol manifestasi Sang Hyang Widhi dalam wujud Tri Murti. Menurut lontar prakerti bahan, bentuk dan penggunaan canang ini adalah :
1.                 Ceper bentuknya segi empat adalah lambing suastika
2.                 Reringgitan atau ukiran pada banten (canang genten)
3.                 Plawa melambangkan ketenangan dan kesucian
4.                 Porosan terbentuk dari tiga materi/ bahan melambangkan tri murti. Bahan porosan itu adalah :
~    Pinang/ buah melambangkan Batara Brahma
~    Sirih/ base melambangkan Batara Wisnu
~    Kapur/ pamor melambangkan Batara Siwa
5.                 Tali porosan melambangkan persatuan pikiran
6.                 Bunga melambagkan keagungan , keindahan, dan kesucian
7.                 Pandan harum/ pandan wangi menyebarkan bau harum sebagai pendorong menumbuhkan suasana religious, maka harumnya dupa dan canang, lain dengan harumunya minyak bau pewangi/ parfum yang dipergunakan untuk kegairahan dalam pergaulan sehari-hari.
Pada intinya penggunaan canang genten ini adalah sarana untuk mohon ketenangan diri dari Ida Sang Hyang Widhi.
a.       Cara membuat canang genten :
-        Menyiapkan bahan seperti busung (janur) , bunga, plawa, pinang, sirih, kapur, semat dan pisau.
-        Mewudjudkan bentuk-bentuk seperti :
·         Membuat ceper, bentuknya segi empat 10 cm
·         Membuat porosan yang terbuat dari busung, pinang, sirih, kapur dibuat sedemikian rupa.
·         Mengisi irisan pandan harum
·         Membuatwadah lengis

-        Mewujudkan atau nanding banten / cannang genten
·         Atasnya ceper
·         Dilengkapi plawa
·         Dipasang porosan
·         Dilengkapi pandan harum
·         Dilengkapi dengan bunga

b.      Canang Sari
Canang sari terdiri atas dua bagian yaitu :
-        Bagian bawah berbentuk ceper berisi plawa, porosan, dan wadah uras
-        Bagian atas berbentuk sampingan jari yang sering disebut urasari sebagai tempat beras kuning, sesari pandan harum dan bunga-bunga.
Jadi canang sari alasnya sama dengan alas canang genten hanya ditambah dengan sampingan sari. Penggunaan canang sari adalah untuk memohon keselamatan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
c.       Cang Lenga Wangi Burat Wangi
Canang ini pada dasarnya sama dengan canang genten hanya ditambah isinya yaitu :
·         Lenga Wangi, ada yang dibuat berwarna hitam dan putih. Lenga wangi yang hitam dibuat dari campuran minyak kelapa dengan arang yang dibuat dari bunga kering. Lenga wangi putih dibuat dari campuran minyak kelapa, menyan atau malem yang terbuat pada lebah.
·         Burat wangi , dibuat dari campuran akar-akaran .kulit kayu yang harum seperti kayu cendana dan majegau.
Lontar yadnya prakerti menjelaskan arti dan lambing dari bahan canang lenga wangi burat wangi diatas.
·         Menyan, melambangkan manifestasi Tuhan dengan wujud Ciwa
·         Majegau, melambangkan manifestasi Tuhan dalam wujud Sada Ciwa
·         Cendana , melambangkan manifestasi Tuhan dalam wujud Parama Ciwa

d.      Canang Gantal
Canang gantal sama dengan canang genten, hanya saja canang gantal ditambah porosan yang berisi 7 buah lekesan yang diikat menjadi satu.
Lekesan adalah sirih utuh yang dipilih membentuk satu jalinan. Canang gantal digunakan untuk nedunang Ida Bhatara.

e.       Canang Tubugan
Canang tubugan ini digunakan untuk pemujaan Sang Hyang Ardha Nari Swari. Canang tubugan alasnya menggunakan canang genten. Isinya ditambah dengan base tubugan. Base tubugan dibuat dari dua base lekesan, porosan dan disilang lalu diikat jadi kesatuan.

f.       Canang Pengrawos
Canang pengrawos susunannya sebagai berikut :
·         Alasnya menggunakan taledan. Dipinggir taledan dihiasi dengan gerigi (plekir) yang dibuat dari busung (janur)
·         Diatas taledan berisi empat buat kojong, masing-masing kojong berisi pamor (kapur), gambir, pinang, dan seseban (tembakan). Ditengah diatara masing- masing kojong diletakan daun sirih 20 lembar
·         Diatas taledan yang telah diatur seperti diatas dipasang lagi taledan berisi 2 buah tangkih. Tangkih yang satu berisi beras yang sudah dicuci dan dicampur bunga. Kemudian tangkih yang satunya lagi diisi air cendana dan minyak wangi yang dilengkapi dengan bunga, dan boreh miyik. Boreh miyik dibuat dari beras dan kunir yang dilumatkan.
Canang pengrawos ini digunakan dalam persembahan ketika mengadakan sngkep (rapat) banjar atau pertemuan-pertemuan resmi lainnya yang bersifat adat agama.
g.      Canang Meraka
Alas canang ini adalah ceper yang berisi tebu sasangan, buah-buahan, sampiyan berisi plawa, porosan wadah uras dan bunga.

h.      Canang Payasan
Canang payasan ini dipergunakan untuk menghias pada saat odalan (puja wali) canang payasan ini dibuat dengan cara seperti berikut :
Alasnya tangkih, diatasnya diisi jajan, dilengkapi dengan hiasan dari busung disertai plawa, porosan dan smpian uras.

i.        Canang Nyahnyah Gringsing
Canang nyahnyah gringsing ini dipergunakan dalam upacara perkawinan. Cara membuatnya :
Alas banten sebuah ceper. Diatas ceper diisi kiping biu (pisang) mas. Kiping bahannya dari tepung beras yang digoreng; kemudian dilengkapi dengan biu mas. Nyahnyah gringsing dialasi tangkih, dibungkus dengan kraras yaitu daun pisang yang sudah tua dan kering, dilengkapi dengan porosan, wadah uras dan bunga.nyahnyah grinsing bahannya dari ketan dan injin yang dinyahnyah.

j.        Canang Pebersihan / Pangresikan
Kegunaan canang pabersihan / pangresikan adalah untuk pembersihan Bhatara- Bhatari yang disembahyangi atau yang nodia/ dihaturkan saat rerahinan dan juga pada saat odalan.
Cara membuat canang pabersihan adalah :
Canang ini menggunakan alas dari ceper diisi 7 buah tangkih. Masing-masing tangkih diisi :
1.        Tangkih diisi sisig. Sisig dibuat dari beras digoreng atau jaja begina dibakar
2.        Tangkih diisi ambuh. Ambuh dibuat dari kembang sepatu ( bunga pucuk)

3.        Tangkih diisi kelosok kuning. Kelosok kuning dibuat dari tepung dicampur kunir
4.        Tangkih diisi kelosok putih.bahannya dari tepung beras
5.        Tangkih diisi tepung tawar. Dibuat dari tepung beras, kunir dan daun dapdap
6.        Tangkih diisi minyak kelapa
7.        Tangkih diisi dengan bunga

Setelah semua diisi, barulah diatasnya ditaruh canang payasan.

                                          BAB III PENUTUP

A.   Kesimpulan

Yadnya adalah korban suci secara tulus iklas. Dasar kita melakukan yadnya karena Tuhan meciptakan alam dan isinya dengan jalan yadnya. Dari yadnya Tuhan menimbulkan Rna pada yang diciptakannya itu. Manusia menyadari hal tersebut, maka manusiaoun berbuat yadnya, agar hutang tersebut terbayar.
Maka hikmah dan pengertian dengan saling beryadnya yang dilakukan di dunia ini, untuk menjaga kelangsungan hidup yang seimbang, harmonis, dan menuju bahagia sehingga kesempurnaan secara lahir dan batin niscaya akan tercapai.


B.   Saran


Pulau Bali adalah pulau dewata dengan penduduknya mayoritas pemeluk agama hindu. Dengan kebudayaan dan tradisinya yang sangat kental untuk tetap kita jaga dan lestarikan. Dan yadnya dilaksanakan secara berkelanjutan.
Berdasarkan hal itu maka dipandang perlu kiranya untuk dapat memetik hikmah yang terkandung didalamnya. Agar didalam masyarakat dapat berfungsi secara baik dan berfaedah bagi umat.
Masukan dan kritik yang membangun tetap kami harapkan, karena makalah ini jauh dari sempurna. Semoga karya tulis ini mempunyai daya guna bagi masyarakat terutama umat hindu yang cinta damai.

DAFTAR PUSTAKA



Dirjen Bimas Hindu Budha, hari raya/ rerahinan bagi umat Hindu.Departemen Agama RI. Dwija Warsa Nawa Sandi, Ida Pandita Nabe Sri
Bhagawan.2003.upakara,upakara dan yadnya. Pudja.2005.bhagawadgita.surabaya:paramita
Titib I made.1996.veda sabda suci.surabaya:paramita

Widyamartaya.Al dan sudianti veronica.1997.dasar-dasar menulis karya ilmiah.jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar