MAKALAH MATA KULIAH TRI HITA KARANA
NAMA KELOMPOK :
I WAYAN JULLY SUANTARA (212022)
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA BALI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
AGAMA HINDU AMLAPURA
2022/2023
KATA PENGATAR
Om Swastyastu
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan berkah dan rahmatNya bagi kelancaran pembuatan makalah Desain Evaluasi Pembelajaran
Makalah ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak/ibu dosen yang sudah membimbing dan kepada sumber yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi materi maupun teknik penulisannya, mengingat terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Amlapura, 5 Juni 2023
I Wayan Jully Suantara
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 2
Daftar Isi… 3
BAB 1 Pendahuluan 4
Latar Belakang… 4
Rumusan Masalah… 4
1.3 Tujuan......................................................................................................5
BAB 2 Pembahasan 5
2.1 Pengertian Tri Hita Karana............................................................................5
2.2 Bagian bagian Tri Hita Karana......................................................................6
2.3 Tri Hita Karana dalam kehidupan sehari hari................................................7
2.4 Tri Hita Karana kaitannya dengan Panca Maha Bhuta..................................9
2.5 Tri Hita Karana kaitannya dengan Nyepi......................................................9
BAB 3 Penurtup...............................................................................................10
3.1 Kesimpulan..................................................................................................10
3.2 Saran............................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep kosmologi Tri Hita Karana merupakan falsafah hidup tangguh. Falsafah tersebut memiliki konsep yang dapat melestarikan keanekaragaman budaya dan lingkungan di tengah hantaman globalisasi. Pada dasarnya hakikat ajaran tri hita karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini. Ketiga hubungan itu meliputi hubungan dengan ke Tuhanan, hubungan dengan sesama manusia, dan hubungan dengan alam sekeliling, dan hubungan dengan sesama manusia yang saling terkait satu sama lain. Setiap hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Prinsip pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan mengekang dari pada segala tindakan berakses buruk. Hidupnya akan seimbang, tenteram, dan damai. Hubungan antara manusia dengan alam lingkungan perlu terjalin secara harmonis, bilamana keharmonisan tersebut di rusak oleh tangan-tangan jahil, bukan mustahil alam akan murka dan memusuhinya. Oleh karena itu keberadaan sumber daya manusia menjadi penentu terhadap kondisi lingkungan hidupnya, baik secara individu maupun secara kolektif melalui suatu sistem kelembagaan seperti Desa Adat. Untuk itulah perlu adanya tuntutan tentang kesimbangan hidup syang disebut Tri Hita Karana. Ajaran ini begitu terkenal di Indonesia, khususnya bagi umat Hindu di Bali. Dan konsepnya pun begitu ideal.
1.2 Rumusan Masalah
a. Jelaskan pengertian Tri Hita Karana?
b. Jelaskan konsep dasar tri hita karana dalam hubungan manusia dengan Tuhan?
c. Jelaskan konsep dasar tri hita karana dalam hubungan manusia dengan lingkungan?
d. Jelaskan konsep dasar tri hita karana dalam hubungan manusia dengan manusia?
1.3. Tujuan
a. Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh pebimbing Pendidikan Agama Hindu.
b. Untuk menambah wawasan tentang Tri Hita Karana.
c. Untuk mengetahui cara menerapkan Tri Hita Karana dalm kehidupan sehari-hari.
d. Untuk mengetahui sebab akibat hubunga dari Tri Hita Karana.
e. Untuk membangun rasa ingin tahu lebih mendalam mengenai Tri Hita Karana.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 . Pengertian Tri Hita Karana
Istilah Tri Hita Karana pertama kali muncul pada tanggal 11 November 1966, pada waktu diselenggarakan Konferensi Daerah l Badan Perjuangan Umat Hindu Bali bertempat di Perguruan Dwijendra Denpasar. Konferensi tersebut diadakan berlandaskan kesadaran umat Hindu akan dharmanya untuk berperan serta dalam pembangunan bangsa menuju masyarakat sejahtera, adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Kemudian istilah Tri Hita Karana ini berkembang, meluas, dan memasyarakat.
Kata Tri Hita Karana berasal dari bahasa Sanskerta, dimana kata Tri artinya tiga, Hita artinya sejahtra atau bahagia dan Karana artinya sebab atau penyebab. Jadi Tri Hita Karana artinya tiga hubungan yang harmonis yang menyebabkan kebahagiaan bagi umat manusia. Untuk itu ketiga hal tersebut harus dijaga dan dilestarikan agar dapat mencapai hubungan yang harmonis. Sebagaimana dimuat dalam ajaran Agama Hindu bahwa ” kebahagiaan dan kesejahteraan ” adalah tujuan yang ingin dicapai dalam hidup manusia, baik kebahagiaan atau kesejahteraan fisik atau lahir yang disebut ” Jagadhita ” maupun kebahagiaan rohani dan batiniah yang disebut ”Moksa ” Dalam ajaran Tri Hita Karana yang artinya tiga penyebab kebahagiaan. Menurut Wiana (2004) bahwa hakekat Tri Hita Karana adalah sikap hidup yang seimbang antara memuja Tuhan dengan mengabdi pada sesama manusia serta mengembangkan kasih sayang pada alam lingkungan. Ajaran tentang kesimbangan hidup sangat penting artinya dalam kehidupan manusia, baik untuk menata kehidupan sekarang maupun untuk menata kehidupan yang akan datang. Ajaran keseimbangan hidup menuntun manusia agar memperoleh kehidupan yang aman, damai dan sejahtera.
2.2 Bagian-Bagian Tri Hita Karana
Secara leksikal Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan. (Tri = tiga, Hita = sejahtera, Karana = penyebab). Pada hakikatnya Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara:
a) Manusia dengan Tuhannya ( Prahyangan)
Kata Parahyangan berasal dari bahasa sansekerta, dari kata ”Hyang”, yang berarti Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Jadi, kata parahyangan berarti hubungan yang harmonis dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dengan demikian kita harus menjalin hubungan yang harmonis dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dengan cara menjalankan perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA.
b) Manusia dengan alam lingkungannya ( Palemahan)
Kata palemahan berasal dari bahasa sansekerta, dari kata ”Lemah”, yang berarti lingkungan sekitar/alam semesta. Jadi, kata palemahan berarti hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan sekitar/alam semesta. Dengan demikian selain menjalin hubungan yang harmonis dengan Tuhan dan sesama manusia kita juga harus menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekitar/alam semesta dengan cara menjaga lingkungan sekitar dari kerusakan.
c) Manusia dengan sesamanya ( Pawongan).
Kata Pawongan berasal dari bahasa sansekerta, dari kata ”Wong”, yang berarti orang atau manusia. Jadi, kata pawongan berarti hubungan yang harmonis antara manusia dengan sesama manusia. Dengan demikian kita harus menjalin hubungan yang harmonis dengan sesama manusia, dengan cara saling menghormati dan saling menghargai satu sama lain.
Untuk bisa mencapai kebahagiaan yang dimaksud, kita sebagai umat manusia perlu mengusahakan hubungan yang harmonis ( saling menguntungkan ) dengan ketiga hal tersebut diatas. Karena melalui hubungan yang harmonis terhadap ketiga hal tersebut diatas, akan tercipta kebahagiaan dalam hidup setiap umat manussia. Oleh sebab itu dapat dikatakan hubungan harmonis dengan ketiga hal tersebut diatas adalah suatu yang harus dijalin dalamhidup setiap umat manusia. Jika tidak, manusia akan semakin jauh dari tujuan yang dicita-citakan atau sebaliknya ia akan menemukan kesengsaraan.
2.3. Tri Hita Karana Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Tri Hita Karana dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dengan cara sebagai berikut:
1. Parahyangan
Parahyangan merupakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Cara menjalin hubungan yang harmonis dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa adalah sebagai berikut:
a. Sembahyang Tri Sandya 3 kali sehari
b. Bertirta yatra
c. Menyanyikan kidung suci
d. Membaca, memahami dan menjalankan isi kitab suci Veda
e. Mebanten setiap hari raya nityakarma maupun naimitika karma
f. Beryajna secara tulus ikhlas (nitya yajna maupun naimitika yajna)
g. Melakukan tapa/semadhi
h. Membersihkan tempat suci
i. Tidak meminum minuman keras
j. Tidak mencuri
k. Tidak membunuh
l. Dan lain-lain sebagainya.
2. Pawongan
Pawongan merupakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan sesama manusia. Cara menjalin hubungan yang harmonis dengan sesama manusia adalah sebagai berikut:
a. Saling menghormati satu sama lain
b. Saling menghargai satu sama lain
c. Sopan santun
d. Ramah tamah
e. Gotong royong(saling membantu)
f. Kasih sayang yang tulus
g. Berani berkorban demi teman
h. Tidak iri hati dengan orang lain
i. Tidak dengki dengan orang lain
j. Dan lain-lain sebagainya
3. Palemahan
Palemahan merupakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan sekitar/alam semesta. Cara menjalin hubungan yang harmonis denganlingkungan sekitar/alam semesta adalah sebagai berikut:
a. Rajin membersihkan kamar tidur saat bangun tidur
b. Membersihkan kamar mandi
c. Membersihkan halaman rumah(depan,samping maupun belakang rumah)
d. Membuang sampah pada tempatnya
e. Menjaga kebersihan taman
f. Menjaga kebersiahan sekolah maupun kampus
g. Merawat tanaman(menyiram, memupuk,dan menjaga keindahan tanaman)
h. Melakukan penghijauan
i. Tidak menebang hutan sembarangan
j. Dan sebagainya.
Jika semua itu sudah dilakukan, astungkara akan tercipta hubungan yang harmonis dalam kehidupan ini. Serta akan terwujudnya kehidupan yang damai, tentram, aman dan sejahtera. Dengan demikian sangatlah penting menjalin hubungan yang harmonis kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, kepada sesama manusia serta dengan alam semesta.
2.4 Tri Hita Karana Kaitannya Dengan Panca Mahabhuta
Dalam Lontar “Buana Kosa” disebutkan bahwa tubuh manusia diciptakan oleh Yang Maha Esa dari unsur-unsur alam semesta yang disebut panca mahabhuta, yaitu: pertiwi, apah, bayu, teja, dan akasa. Oleh karena itu pengertian panca mahabhuta ada dua, yakni panca mahabhuta yang berbentuk tubuh manusia disebut buana alit, dan panca mahabhuta yang berbentuk alam semesta disebut buana agung.
Analogi pemikiran Mpu Kuturan adalah: tubuh manusia sebagai stana sanghyang atma (Brahman) adalah sakral dan wajib dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian maka alam semesta juga wajib dijaga dan dipelihara, karena tubuh manusia (buana alit) adalah juga alam semesta (buana agung).
2.5. Tri Hita Karana Kaitannya Dengan Nyepi
Nyepi yang dilaksanakan oleh pemeluk Hindu-Bali setiap penanggal ping pisan sasih kadasa (tanggal satu bulan ke-10 menurut kalender Saka-Bali) dalam rangka merayakan tahun baru Saka, adalah salah satu pelaksanaan Tri Hita Karana. Sehari sebelum Nyepi dilaksanakan upacara tawur kasanga (bhuta yadnya pada akhir bulan ke-9). Bhuta Yadnya dalam kaitan ini berarti “korban yang diadakan untuk memohon keseimbangan dan keharmonisan alam”. Pada saat Nyepi, umat Hindu-Bali melaksanakan catur berata (empat pantangan), yaitu:
1. Amati karya (tidak bekerja);
2. Amati gni (tidak menyalakan api atau membakar sesuatu);
3. Amati lelungaan (tidak bepergian); dan
4. Amati lelanguan (tidak menghibur diri atau bersenang-senang).
Dengan demikian, aplikasi Tri Hita Karana dalam perayaan Nyepi terlihat dengan jelas, baik dari aspek pahrayangan, pawongan, maupun palemahan:
a. Aspek parhyangan terlihat di saat Nyepi, umat Hindu-Bali melakukan samadi, dan bersembahyang memuja kebesaran Ida Sanghyang Widhi.
b. Aspek pawongan terlihat adanya kegiatan dharma santih, yakni saling berkunjung dan bermaaf-maafan.
c. Aspek palemahan terlihat dari tujuan tawur kesanga seperti yang diuraikan di atas, dan dengan adanya catur berata, manusia tidak mengotori udara dengan gas-gas buangan hasil pembakaran atau dikenal dengan istilah emisi gas rumah kaca.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat saya simpulkan bahwa sangatlah penting untuk kita mempelajari konsep Hubungan yang harmonis(Tri Hita Karana) dalam kehidupan ini. Karena dengan menjalin hubungan yang harmonis dalam kehidupan ini merupakan dasar untuk mencapai kehidupan yang damai, tentram, aman dan sejahtera.
Dengan mengetahui konsep Tri Hita Karana, kita jadi lebih paham dan mengerti tentang konsep ini. Sehingga kita akan berusaha untuk mengamalkan dan menjalankan konsep Tri Hita Karana sebagai mana mestinya untuk mencapai kebahagiaan lahir dan bhatin baik secara skala dan niskala.
3.2 Saran
Kami berharap kepada seluruh umat hindu yang ada khususnya mahasiswa agar menjaga hubungan harmonis dengan Ide Shang Yang Widhi karena dari situlah kita mampumengimbangi kesadaran kita sebagai umat manusia sadar akan kepentingan kita, dengansesama dan lingkungan kita.Beliau mengajarkan pada umatnya agar mengindahkan ciptaannya sehinggaterjadi keselarasan hidup yang ingin dicapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar