PROSESI
UPAKARA DAN YADNYA BAGI UMAT HINDU
NAMA :
I WAYAN SUJANA
NPM : 19.01.054
PRODI : AGAMA HINDU SEMESTER : II (DUA)
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN AGAMA HINDU AMLAPURA
TAHUN
2020
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Atas asung kertha wara nugraha Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, maka tersusunlah makalah yang sederhana ini dengan judul
Prosesi Upacara Dan Yadnya dalam bentuk yang ruang lingkupnya kecil.
Terbuatnya makalah ini merupakan tugas
seorang mahasiswa untuk bisa menyampaikan bagaimana prosesi atau proses yadnya itu dilakukan. Karena penyusunan
makalah ini, sekiranya banyak sekali faedahnya, baik bagi penyusun sendiri,
masyarakat, maupun para siswa. Disamping itu penyusunan makalah ini dipandang
perlu untuk membantu masyarakat dalam
upaya melestarikan adat, budaya dan agama untuk menuju Ajeg Bali yang kita
cintai.
Akhirnya “ tak
ada gading yang tak retak”, dan tak ada sesuatu yang tak bercacat.
Demikian pula halnya
dengan isi makalah ini tentu masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak demi penyempurnaan makalah ini, sangat
penyusun harapkan. Semoga kita semua terlindungi oleh Ida Sang Hyang Widhi
Wasa.
Om Shanti, Shanti, Shanti Om
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.....................................................................................................
|
i
|
DAFTAR
ISI....................................................................................................................
|
ii
|
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................
|
1
|
A.
Latar Belakang
................................................................................................
|
1
|
B.
Tujuan..............................................................................................................
|
1
|
C.
Rumusan Masalah
...........................................................................................
|
1
|
D.
Manfaat
...........................................................................................................
|
2
|
BAB
II PEMBAHASAN .................................................................................................
|
3
|
A.
Pengertian Yadnya
..........................................................................................
|
3
|
B.
Tujuan Yadnya
................................................................................................
|
3
|
C.
Bahan-bahan Sajen Untuk Yadnya
.................................................................
|
3
|
D.
Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Waktu Membuat Upakara ................
|
4
|
E.
Tingkatan Yadnya
...........................................................................................
|
4
|
F.
Membuat Sarana
Yadnya.................................................................................
|
5
|
1.
Arti
Banten...........................................................................................
|
5
|
2.
Tujuan Membuat
Banten......................................................................
|
6
|
3.
Macam-macam Canang
.......................................................................
|
6
|
BAB
III PENUTUP
.........................................................................................................
|
10
|
A.
Kesimpulan
.....................................................................................................
|
10
|
B.
Saran-saran
......................................................................................................
|
10
|
DAFTAR PUSTAKA
......................................................................................................
|
11
|
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pulau Bali terkenal dengan nama pulau
Dewata dan Seribu Pura. Terkenal pula dengan adat istiadatnya yang unik dan
menarik. Hal seperti ini membuat pulau Bali memancarkan karisma, aura, dan
taksu yang luar biasa. Terkait dengan hal itu, maka tidak heranlah, jika banyak
wisatawan dari mancanegara datang kepulau dewata ini.
Dengan adanya kunjungan wisatawan yang
datang ke pulau Bali, sudah tentu banyak pula adat dan budaya yang
diperlihatkan kepada kita. Untuk menjaga dan melestarikan sebagai pewaris
kebudayaan itu, kita harus waspada dan pandai-pandai memfilter untuk tidak mudah
terpengaruh. Salah satu cara yang dianggap paling baik adalah dengan
melestarikan kebudayaan Bali dengan terus meningkatkan pengetahuan kita
dibidang agama, khususnya yadnya.
B. Tujuan
Perumusan tujuan yang jelas akan
memberikan arah yang tepat kepada sasaran yang akan ditulis ata disusun. Oleh
karena itu, penyusunan karya tulis harus mempunyai tujuan yang ingin dicapai.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
tujuan penyusunan makalah atau karya tulis ini dapat dirumuskan sebagai berikut
:
1.
Untuk memberikan masukan kepada
pembaca berupa gambaran yang konkret tentang yadnya serta bagaimana cara melaksanakannya.
2.
Untuk melestarikan budaya
dan adat istiadat agama hindu.
3.
Untuk mengembangkan nilai-nilai kebudayaan dibidang yadnya.
4.
Untuk menambah perbendaharaan, perpustakaan pribadi
/ umum.
5.
Untuk membantu pemerintah dalam
upaya meningkatkan serta memantapkan Ajeg Bali.
C. Rumusan Masalah
a.
Pengertian yadnya
b.
Tujuan yadnya
c.
Bahan-bahan sajen untuk yadnya
d.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu membuat upacara
e.
Tingkatan yadnya
f.
Membuat sarana yadnya
1.
Arti banten
2.
Tujuan membuat banten
3.
Macam-macam canang
D. Manfaat
Maka dapat diuraikan fungsi dan manfaat dari
pelaksanaan yadnya adalah :
a.
Sarana untuk mengamalkan weda
b.
Sarana untuk meningkatkan kualitas
diri dalam memahami arti pentingnya yadnya dilakukan
c.
Sebagai sarana untuk penyucian secara lahir maupun batin.
d.
Sebagai sarana untuk terhubung kepada Ida Sang Hyang
Widhi Wasa.
e.
Sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa terimakasih.
BAB II
PEMBAHASAN YADNYA
A.
Pengertian Yadnya
Kata yadnya berasal dari bahasa
sansekerta, diuraikan dari kata “yaj” berarti memuja, mempersembahkan, korban,
kemudian penulisan yajna di Indonesiakan menjadi yadnya.
Dalam Atharwa Weda XVII.3 dinyatakan
bentuk yadnya yang paling tinggi adalah pengorbanan lahir dan bathin. Maka dari
itu semangat patriotism yang diajarkan dalam Bhagawad gita, Mahabharata,
Ramayana sangat tepat bagi kesatria
adalah beryadnya di medan perang. Semua yang terkandung di kitab tersebut
mengandung makna seorang ksatria harus membela tanah airnya. Menegakan
kebenaran dan keadilan.
Maka yadnya iu
adalah sebagai amalan agama yang mengandung pengertian :
a.
Merupakan system persembahan dalam bentuk memuja
Tuhan Yang Maha Esa.
b.
Merupakan prinsip berkorban
agarumat bersedia, rela, dan menyadari bahwa berkorban itu sebagai pemelihara
kelangsungan hidup bahagia.
c.
Merupakan system untuk menjaga keseimbangan alam
untuk hidup dan sesama.
B. Tujuan Yadnya
Maka tujuan orang untuk melaksanakan yadnya
adalah sebagai berikut :
a.
Sebagai tanda terima kasih kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas anugerahNya terhadap umat manusia.
b.
Memohon kepada Tuhan agar roh-roh
leluhur dapat dikurangi dosa-dosa yang pernah dibuatnya.
c.
Memohon kepada Tuhan agar belaiu
memberikan pengaruh-pengaruh baik, sehingga kesempurnaan dan kesucian Lahir dan
Bathin dapat terwujud pada diri pribadi orang.
d.
Sebagai sarana untuk mengembangkan
serta memelihara kehidupan agar terwujud kehidupan yang sejahtera dan bahagia
atau kelepasan yakni menyatu dengan sang pencipta.
e.
Untuk membebaskan diri dari
unsur-unsur jahat yang sering menggangu pikiran manusia terjerumus kelembah penderitaan.
Dengan melaksanakan yadnyalah tujuan
diatas akan tercapai, sehingga orang mendapat ketentraman, semangat, dan gairah
mengayuh bahtera kehidupan menuju kehidupan yang sejahtera dan bahagia sesuai harapan.
C. Bahan-Bahan Sesajen Untuk Yadnya
Bahan upakara, banten, sesajen yang
biasanya digunakan untuk keperluan yadnya terdiri dari :
a.
Bunga, yaitu : bunga cempaka, kaca
piring, gemitir, jepun dan lain-lain keuali bunga tulud nyuh.
b.
Daun, yaitu : daun kelapa (janur), daun pisang, daun
sirih dan lain-lain.
c.
Buah-buahan, seperti : pisang ,
salak, mangga, jeruk, sentul, anggur , dan lain-lain. Disamping itu digunakan
juga kelapa , kemiri, beras,dan kacang-kacangan.
d.
Makanan, berupa nasi, lauk pauk, berjenis-jenis
jajan atau kue, dan sebagainya.
D. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Waktu Membuat Upakara
a.
Desa; Tempat
Membuat upakara kita harus menyesuaikan diri dengan
bahan-bahan yang tersedia di tempat bersangkutan. Oleh karena itu, anggapan
tidak beryadnya karena bahan untuk keperluan yadnya tidak tersedialengkap itu
tidak benar.
b.
Kala; waktu
Selain kita memperhatikan harikebaktian dan juga hari baik
seperti purnama, tilem, galungan dan sebagainya.juga harus memperhatikan
kesempatan. Misalnya kita akan membuat upakara yang benar, tetapi karena waktu
pendek.maka kita cukup membuat upakara yang kecil namun tidak megurangi makna
dan tujuan yadnya itu sendiri.
c.
Patra; keadaan
Keadaan harus menjadi perhitungan. Orang tidak dapat
dipaksa untuk membuat yadnya yang besar atau yang kecil. Atau bila mana orang
yang mempunyai kemampuan lebih dapat membuat yadnya yang lebih besar , dan yang
miskin atau kurang mampucukup membuat yadnya
dalam tingkatan atau skala lebih kecil. Menjadi melarat karena yadnya itu tidak baik, maka yang terpenting
ialah yadnya berdasarkan bakti kepada
Tuhan, karena pada bakti itulah letak nilainya
kita melakukan yadnya.
E. Tingkatan Yadnya
Kelahiran ini adalah kesempatan untuk
memperbaiki karma-karma yang telah diperbuat pada kehidupan yang lampau. Untuk
itu Tuhan memberikan rezeki hidup. Menurut petunjuk ajaran agama rezeki itu
supaya digunakan :
a.
Untuk melaksanakan
dharma
b.
Untuk memenuhi kama atau kesenangan yang bersifat positif
c.
Untuk melaksanakan kegiatan usaha
dalam bidang artha agar artha itu bertambah- tambah.
Dalam mendapatkan aartha dharmalah landasannya. Bila tidak, celaka yang
diperoleh.
Dalam kita
Sarasamuscaya menyebutkan :
Yartha dharmena te tabhya Ye dhamena dhigastu tan , Dharmam wai
cacwatam loke Na jahya darthakam saya
Apan ikang artha, yan dharma luiring karjananya,ya ika
labha nrgaranya, paramartha ning aminggih sukha sang tumaniraken ika, kuneng
yan adharma luiring karjanganya, kacmata ika, sininggahan de sang sajjana,
matangnya haywa anasar sangkeng dharma, yan tangarjana.
(sarasamuscaya,
263)
Sebab uang itu, jika dharma landasan memperolehnya, laba
atau untung namanya; sungguh-sungguh mengalami kesenangan orang yang beroleh;
akan tetapi jika uang itu diperoleh dengan jalan adharma atau tidak baik,
merupakan noda uang itu. Janganlah bertindak menyalahi dharma, jika anda
berusaha menuntut sesuatu.
Kutipan diatas menjelaskan bahwa artha
yang diperoleh berdasarkan dharma disebut labha. Labha itu diperoleh
berdasarkan karma orang. Karma pada setiap orang berbeda-beda, maka labha yang
diperoleh berbeda-beda pula. Bertitik tolak dari perbedaan kemampuan material
ini menyebabkan adanya tingkatan-tingkatan yadnya. Adapun tingkatan-tingkatan
yadnya itu adalah :
a.
Kanista
Kanista artinya
yang terkecil.
Yadnya
yang tingkatannya kanista untuk mereka yang penghasilannya rendah. Kanista
terdiri dari : utamaning kanista, madyaning kanista, kanistaning kanista.
b.
Madya
Madya artinya
menengah atau sedang
Yadnya
yang tingkatannya madya untuk mereka yang penghasilannya sedang-sedang saja,
maka yadnya inilah yang sesuai.
Madya terdiri dari
: utamaning madya, madyaning madya, kanistaning madya.
c.
Uttama
Uttama artinya
tertinggi
Yadnya
yang tingkatannya uttama cocok untuk orang yang berpenghasilan besar. Uttama
terdiri dari : utamaning uttama, madyaning uttama, kanistaning uttama.
Ketiga tingkatan yadnya itu hanyalah
berbeda dalam kuantitas, namun tidak berbeda dalam kualitas, karena sama-sama
dipersembahkan atas dasar bakti. Seorang miskin menyuguhkan segelas teh tanpa
jajan kepada tamunya. Tamupun puas menerimanya, karena suguhan itu didasarkan
atas rasa hormat kepadanya. Seorang yang kaya menyuguhkan minuman yang sama
kepada tamunya. Namun tamunya tidak puas karena tidak seyogyanya orang yang
kaya berlaku demikian kepada tamunya. Walaupun kuantitas suguhan itu
sama,kulitasnya berbeda. Demikian pula halnya dalam beryadnya. Orang yang kaya
hendaknya jangan beryadnya yang kanista, sedang yang miskin jangan memaksakan
diri beryadnya yang uttama.
F. Membuat Sarana Yadnya
1.
Arti Banten
a.
Banten sebagai wujud korban suci dalam beryadnya
b.
Banten merupakan cetusan hati
nurani umat sebagai wujud jalinan cinta kasih antara umat dengan penciptanya.
c.
Banten sebagai sarana konsentrasi umat didalam
memuja keagungan beliau
d.
Banten sebagai lukisan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
dalam wujud abstrak
e.
Banten merupakan piranti pendidikan bagi umat dalam memuja Tuhannya.
2.
Tujuan Membuat Banten
Tujuan membuat banten adalah sebagai perwujudan yadnya untuk dapat diserapnya isi jagat
yang dirangkai dalam satu kesatuan berbentuk banten untuk dipersembahkan kehadapan
Tuhan Yang Maha Esa.
3.
Macam-Macam Canang Canang terdiri
dari :
a.
Canang Genten
Pada canang genten ditulis symbol manifestasi Sang Hyang
Widhi dalam wujud Tri Murti. Menurut lontar prakerti bahan, bentuk dan
penggunaan canang ini adalah :
1.
Ceper bentuknya segi empat adalah lambing suastika
2.
Reringgitan atau ukiran pada banten (canang genten)
3.
Plawa melambangkan ketenangan dan kesucian
4.
Porosan terbentuk dari tiga materi/
bahan melambangkan tri murti. Bahan porosan itu adalah :
~ Pinang/ buah melambangkan
Batara Brahma
~ Sirih/ base melambangkan Batara
Wisnu
~ Kapur/ pamor melambangkan Batara Siwa
5.
Tali porosan melambangkan persatuan pikiran
6.
Bunga melambagkan keagungan , keindahan, dan kesucian
7.
Pandan harum/ pandan wangi
menyebarkan bau harum sebagai pendorong menumbuhkan suasana religious, maka
harumnya dupa dan canang, lain dengan harumunya minyak bau pewangi/ parfum yang
dipergunakan untuk kegairahan dalam pergaulan
sehari-hari.
Pada intinya penggunaan canang genten ini adalah sarana
untuk mohon ketenangan diri dari Ida Sang Hyang Widhi.
a.
Cara membuat canang genten :
-
Menyiapkan bahan seperti busung
(janur) , bunga, plawa, pinang, sirih, kapur, semat dan pisau.
-
Mewudjudkan bentuk-bentuk seperti :
·
Membuat ceper, bentuknya segi empat 10 cm
·
Membuat porosan yang terbuat dari
busung, pinang, sirih, kapur dibuat sedemikian rupa.
·
Mengisi irisan pandan harum
·
Membuatwadah lengis
-
Mewujudkan atau nanding banten / cannang genten
·
Atasnya ceper
·
Dilengkapi plawa
·
Dipasang porosan
·
Dilengkapi pandan
harum
·
Dilengkapi dengan
bunga
b.
Canang Sari
Canang sari terdiri
atas dua bagian yaitu :
-
Bagian bawah berbentuk ceper berisi plawa, porosan,
dan wadah uras
-
Bagian atas berbentuk sampingan
jari yang sering disebut urasari sebagai tempat beras kuning, sesari pandan
harum dan bunga-bunga.
Jadi canang sari alasnya sama dengan alas canang genten
hanya ditambah dengan sampingan sari. Penggunaan canang sari adalah untuk
memohon keselamatan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
c. Cang Lenga Wangi
Burat Wangi
Canang
ini pada dasarnya sama dengan canang genten hanya ditambah isinya yaitu :
·
Lenga Wangi, ada yang dibuat
berwarna hitam dan putih. Lenga wangi
yang hitam dibuat dari campuran minyak kelapa dengan arang yang dibuat dari
bunga kering. Lenga wangi putih dibuat dari campuran minyak kelapa, menyan atau
malem yang terbuat pada lebah.
·
Burat wangi , dibuat dari campuran
akar-akaran .kulit kayu yang harum seperti kayu cendana dan majegau.
Lontar yadnya prakerti menjelaskan arti dan lambing dari
bahan canang lenga wangi burat wangi diatas.
·
Menyan, melambangkan manifestasi Tuhan dengan wujud Ciwa
·
Majegau, melambangkan manifestasi Tuhan dalam wujud
Sada Ciwa
·
Cendana , melambangkan manifestasi Tuhan dalam wujud
Parama Ciwa
d.
Canang Gantal
Canang
gantal sama dengan canang genten, hanya saja canang gantal ditambah porosan
yang berisi 7 buah lekesan yang diikat menjadi satu.
Lekesan adalah
sirih utuh yang dipilih membentuk satu jalinan. Canang gantal digunakan untuk
nedunang Ida Bhatara.
e.
Canang Tubugan
Canang tubugan ini digunakan untuk pemujaan Sang Hyang
Ardha Nari Swari. Canang tubugan alasnya menggunakan canang genten. Isinya
ditambah dengan base tubugan. Base tubugan dibuat dari dua base lekesan,
porosan dan disilang lalu diikat jadi kesatuan.
f. Canang Pengrawos
Canang
pengrawos susunannya sebagai berikut :
·
Alasnya menggunakan taledan.
Dipinggir taledan dihiasi dengan gerigi (plekir) yang dibuat dari busung (janur)
·
Diatas taledan berisi empat buat
kojong, masing-masing kojong berisi pamor (kapur), gambir, pinang, dan seseban
(tembakan). Ditengah diatara masing- masing kojong diletakan daun sirih 20 lembar
·
Diatas taledan yang telah diatur
seperti diatas dipasang lagi taledan berisi 2 buah tangkih. Tangkih yang satu
berisi beras yang sudah dicuci dan dicampur bunga. Kemudian tangkih yang
satunya lagi diisi air cendana dan minyak wangi yang dilengkapi dengan bunga,
dan boreh miyik. Boreh miyik dibuat dari beras dan kunir yang dilumatkan.
Canang
pengrawos ini digunakan dalam persembahan ketika mengadakan sngkep (rapat)
banjar atau pertemuan-pertemuan resmi lainnya yang bersifat adat agama.
g. Canang Meraka
Alas
canang ini adalah ceper yang berisi tebu sasangan, buah-buahan, sampiyan berisi
plawa, porosan wadah uras dan bunga.
h.
Canang Payasan
Canang
payasan ini dipergunakan untuk menghias pada saat odalan (puja wali) canang
payasan ini dibuat dengan cara seperti berikut
:
Alasnya tangkih,
diatasnya diisi jajan, dilengkapi dengan hiasan dari busung disertai plawa,
porosan dan smpian uras.
i.
Canang Nyahnyah Gringsing
Canang nyahnyah gringsing ini dipergunakan dalam upacara
perkawinan. Cara membuatnya :
Alas banten sebuah ceper. Diatas ceper diisi kiping biu
(pisang) mas. Kiping bahannya dari tepung beras yang digoreng; kemudian
dilengkapi dengan biu mas. Nyahnyah gringsing dialasi tangkih, dibungkus dengan
kraras yaitu daun pisang yang sudah tua dan kering, dilengkapi dengan porosan,
wadah uras dan bunga.nyahnyah grinsing bahannya dari ketan dan injin yang dinyahnyah.
j.
Canang Pebersihan /
Pangresikan
Kegunaan canang pabersihan / pangresikan adalah untuk
pembersihan Bhatara- Bhatari yang disembahyangi atau yang nodia/ dihaturkan
saat rerahinan dan juga pada saat odalan.
Cara membuat
canang pabersihan adalah :
Canang ini menggunakan alas dari ceper diisi 7 buah
tangkih. Masing-masing tangkih diisi :
1.
Tangkih diisi sisig. Sisig dibuat dari beras
digoreng atau jaja begina dibakar
2.
Tangkih diisi ambuh. Ambuh dibuat dari kembang
sepatu ( bunga pucuk)
3.
Tangkih diisi kelosok kuning. Kelosok
kuning dibuat dari tepung dicampur kunir
4.
Tangkih diisi kelosok putih.bahannya dari tepung beras
5.
Tangkih diisi tepung tawar. Dibuat dari tepung
beras, kunir dan daun dapdap
6.
Tangkih diisi minyak kelapa
7.
Tangkih diisi dengan bunga
Setelah semua diisi, barulah diatasnya
ditaruh canang payasan.
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Yadnya adalah korban suci secara tulus
iklas. Dasar kita melakukan yadnya karena Tuhan meciptakan alam dan isinya
dengan jalan yadnya. Dari yadnya Tuhan menimbulkan Rna pada yang diciptakannya
itu. Manusia menyadari hal tersebut, maka manusiaoun berbuat yadnya, agar
hutang tersebut terbayar.
Maka hikmah dan pengertian dengan
saling beryadnya yang dilakukan di dunia ini, untuk menjaga kelangsungan hidup
yang seimbang, harmonis, dan menuju bahagia sehingga kesempurnaan secara lahir
dan batin niscaya akan tercapai.
B. Saran
Pulau Bali adalah pulau dewata dengan
penduduknya mayoritas pemeluk agama hindu. Dengan kebudayaan dan tradisinya
yang sangat kental untuk tetap kita jaga dan lestarikan. Dan yadnya
dilaksanakan secara berkelanjutan.
Berdasarkan hal itu maka dipandang
perlu kiranya untuk dapat memetik hikmah yang terkandung didalamnya. Agar
didalam masyarakat dapat berfungsi secara baik dan berfaedah bagi umat.
Masukan dan kritik yang membangun tetap
kami harapkan, karena makalah ini jauh dari sempurna. Semoga karya tulis ini
mempunyai daya guna bagi masyarakat terutama umat hindu yang cinta damai.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen
Bimas Hindu Budha, hari raya/ rerahinan bagi umat Hindu.Departemen Agama RI.
Dwija Warsa Nawa Sandi, Ida Pandita Nabe Sri
Bhagawan.2003.upakara,upakara
dan yadnya. Pudja.2005.bhagawadgita.surabaya:paramita
Titib I made.1996.veda sabda suci.surabaya:paramita
Widyamartaya.Al dan
sudianti veronica.1997.dasar-dasar menulis karya ilmiah.jakarta