TIRTA YATRA
OLEH :
Nama : NI LUH TRISNAWATI
NPM
: 19.1.021
Prodi
: Agama Hindu (Reguler)
STKIP AGAMA HINDU
AMLAPURA
2O2O
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Dalam
Agama Hindu ada empat jalan untuk mencapai atau menuju Tuhan yaitu yang disebut
dengan Catur Marga atau disebut juga Catur Marga Yoga yang terdiri dari :
§ Jnana
Yoga yakni cara mencapai atau menyatukan diri dengan Tuhan dengan mengabdikan
ilmu pengetahuan untuk kebaikan orang banyak
§ Raja
Yoga yakni cara mencapai atau menyatukan diri dengan Tuhan dengan melakukan
brata ,tapa, yoga dan semadhi
§ Karma
Yoga yakni cara mencapai atau menyatukan diri dengan Tuhan dengan melakukan
perbuatan-perbuatan mulia dan bermanfaat tanpa pamrih
§ Bhakti
Yoga yakni cara mencapai atau menyatukan diri dengan Tuhan dengan melakukan
kebaikan dan sujud bhakti yang tulus dan terus-menerus
Walaupun
ada empat cara tetapi tidak ada yang lebih tinggi maupun yang lebih rendah
semuanya baik dan utama tergantung pada bakat atau kemampuan masing-masing.
Jalan yang satu berhubungan erat dengan yang lainnya, semuanya akan mencapai
tujuannya asal dilakukan dengan tulus ikhlas, ketekunan, kesujudan, keteguhan
iman dan tanpa pamrih. Tanpa pamrih adalah melakukan perbuatan-perbuatan atas
dasar kesucian dengan penuh keikhlasan demi kesejahteraan umum dengan tidak
mengharapkan hasilnya untuk kepentingan diri sendiri.
Jika
seseorang mempunyai perasaan yang halus dan mempunyai ketekunan dalam memuja
Tuhan maka Bhakti Yoga yang patut ditempuh. Perwujudan Bhakti Yoga adalah
melakukan yadnya dan pemujaan atau persembahyangana secara tekun dan
terus-menerus. Salah satunya adalah melakukan tirtayatra.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Tirta Yatra
Tirtayatra
berasal dari bahasa Sansekerta, Tirta dan Yatra. Tirta artinya pemandian,
sungai, kesucian, air, toya atau air suci, sungai yang suci. Secara kenyataan
pengertian tirta mengarah ke wujud air. Sedangkan Yatra berarti perjalanan
suci. Jadi Tirtayatra adalah perjalanan suci untuk mendapatkan atau memperoleh
air suci.
Tirtayatra
dalam bahasa sehari-hari di Bali dipahami dengan tangkil atau sembahyang ke
pura-pura. Tirtayatra tertulis dalam Kitab Sarasamuscaya 279 yaitu keutamaan
tirtayatra itu amat suci, lebih utama dari pensucian dengan yadnya, tirtayatra
dapat dilakukan oleh orang miskin. Artinya tirtayatra tidak memandang orang
dalam status apapun baik kaya atau miskin asal didasarkan melalui pelaksanaan
bhakti yang tulus ikhlas, tekun, sungguh-sungguh dan nilai kesucian atau
kualitas kesucian tirtayatra lebih utama daripada membuat upacara banten,
walaupun upacara itu tingkatannya utama. Hal ini juga sangat sesuai dengan
pesan kebenaran yang pernah disampaikan oleh Guru Sejati Kundalini yaitu Bapak
I Putu Ngurah Ardika, S.Sn bahwa melakukan perjalanan suci atau matirtayatra
lebih utama nilainya daripada melakukan upacara yadnya. Maka dari itu
rajin-rajinlah melaksanakan tirtayatra atau menyucikan diri dengan melaksanakan
sembahyang, karena sembahyang adalah tuntunan wajib bagi umat manusia,
apapun agamanya, keyakinan dan kepercayaannya.
Tirtayatra sebenarnya sudah banyak
dilakukan oleh umat sejak dulu, sejalan dengan kemajuan dan meningkatnya
kesejahteraan maka tempat suci yang dikunjungi semakin luas. Umat semakin
menyadari bahwa tirtayatra adalah sebuah yadnya yang paling mudah dilakukan
karena dapat dilakukan oleh siapa saja.
Perjalanan
suci atau tirtayatra bukanlah perjalanan biasa untuk bersembahyang, namun
didalamnya termuat pengendalian diri dan pengekangan diri. Dalam kegiatan
tirtayatra terjadi suatu interaksi yang positif diantara para pelaku
tirtayatra. Tirtayatra akan mendekatkan antara umat satu dengan yang umat
lainnya karena dalam perjalanan akan terjadi suatu komunikasi sosial, suka
duka, canda ria dan interaksi lainnya. Tirtayatra juga mendekatkan antara umat
dengan tempat suci atau pura dalam pengertian si pelaku tirtayatra akan
mengetahui lebih dekat dan lebih dalam mengenai situasi, lokasi, sejarah serta
nilai kesucian dan kebenaran yang terkandung pada tempat suci yang dikunjungi. Tirtayatra
juga mendekatkan antara manusia dengan Sang Pencipta melalui pemujaan yang
dilakukan di tempat suci yang dikunjungi. Dengan adanya kedekatan-kedekatan
tersebut akan semakin menambah kekaguman akan kemahakuasaan Tuhan dan
meningkatkan rasa bahkti kehadapan-Nya.
Tirtayatra
adalah sebuah kegiatan suci dalam rangka penyucian diri secara lahir bathin,
dimana di dalamnya terkandung unsur-unsur seperti :
Yatra atau
perjalanan suci dalam suasana pengendalian diri, upawasa(puasa), japa
(melantunkan mantra tertentu), dalam hal ini adalah proses tapa sebagai sebuah
proses Raja Yoga.
Pemujaan dengan
sujud bhakti dan pemusatan pikiran (Bhakti Yoga) yang apabila dilakukan secara
rutin dan tekun akan menghapus kebodohan serta akan memberikan pencerahan yang
merupkan proses Jnana Yoga.
Parahyangan atau
pura atau tempat suci sebagai tempat untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa
atau manifestasiNya.
Tirta atau air
suci sebagai simbul waranugraha dan pancaran sinar suci Tuhan.
Dana punia atau
pemberian sedekah sebagai ujian atau tapa dalam melepaskan keterikatan jiwa ini
dengan benda-benda duniawi.
Sehingga dengan
demikian tirtayatra yang dilakukan dengan tekun dan teratur serta
sungguh-sungguh dengan penuh kesetiaan, konsentrasi dan kecintaan adalah
merupakan pengejawantahan dari Catur Marga. Tirtayatra adalah jalan yang
sederhana namun utama. Tirtayatra adalah investasi yang sudah pasti mendapatkan
kebaikan.
Tirtayatra
akan meningkatkan keyakinan atau srada dari umat terhadap kebenaran dan
kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dengan bertirtayatra sebenarnya
manusia telah menjaga ketiga aspek keharmonisan hidup di dunia yakni Tri Hita
Karana yakni aspek pawongan, palemahan dan parahyangan.
Dengan
bertirtayatra mengarahkan badan dan jiwa kepada kesehatan, ketentraman,
kedisplinan, kebijaksanaan, keharmonisan, kehormatan, kesucian, kebenaran dan
terakhir kemanunggalan dengan Hyang Pencipta. Melalui tirtayatra manusia menuju
pada penebusan dosa, pembebasan keterikatan, mencapai hidup yakni Mokshartam
Jagadhita ya ca iti Dharma.
Bertirtayatra
akan mendapatkan pancaran kesucian pikiran, perkataan dan perbuatan (Tri Kaya
Parisudha). Dalam hal ini akan terlatih dalam pengendalian diri dalam kesucian,
aura kesucian ini akan terpancar pada orang-orang yang ada di dekatnya, ataupun
pada lingkungan tempat mereka tinggal.
Tirtayatra
menumbuhkan kepekaan sosial, meningkatkan gairah seni dan keselarasan jiwa.
Dengan cara sederhana ini kita memuja mohon restu dan anugrah kesucian. Semakin
sering dan tekun dilakukan maka semakin terbuka jalan menuju penyatuan
dengan Sang Hyang Sangkan Paraning Dumadi.
Ketika
kelak nanti Sang Jiwa telah meninggalkan badan kasar ini maka teman sejati yang
akan mengantar adalah subha dan asubha karma atau catatan tentang perbuatan
baik dan perbuatan buruk yang dilakukan selama diberi kesempatan di dunia ini.
Kebajikan-kebajikan spiritual yang telah diperbuat di dunia ini yang mengantar
sang jiwa menuju alam yang lebih mulia dan sebaliknya kegiatan buruk akan
mengantar sang jiwa menuju alam yang lebih redah.
Makna Tirta Yatra
Makna
tirta yatra dari aspek spiritual adalah sebagai salah satu sarana untuk
meningkatkan keyakinan umat Hindu terhadap agamanya.Sedangkan jika ditinjau
dari aspek sosial,makna tirta yatra adalah menumbuhkan kesadaran keumatan diantara
umat Hindu
Tirta
yatra memiliki makna sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Ida Sang
Hyang Widhi Wasa,meningkatkan keimanan serta kesucian rohani.Dalam melaksanakan
tirta yatra patutlah didasari dengan pikiran yang jernih serta suci.Tidaklah patut
bagi seseorang yang melaksanakan tirta yatra memiliki pikiran yang kotor.Untuk
menghindari hal tersebut kita diwajibkan agar mengendalikan diri dan mengekang
hawa nafsu.Dengan tirta yatra kita dapat memperluas cakrawala.
Tujuan
Tirta Yatra
Tujuan dari pelaksanan tirta yatra
terdapat dalam beberapa sloka,seperti sloka di bawah ini:
§ Ø Reg
Weda I.23.23
Bunyinya:
APO ADYANV ACARISAM RASENA SAM AGASMAHI,
PAYASVAN AGNA A GAHI SAM PRAYAYA SAM AYUSA
Artinya :
Sekarang kami menerjunkan diri kedalam
air, kami menyatu dengan kekuatan yang menjadikan air ini, semoga kesucian yang
tersembunyi dalam air ini menyucikan dan memberikan kekuatan suci kepada kami.
§ Ø Reg
Weda X.17.10
Bunyinya :
APO ASMAN MATARAH SUNDHAYANTU GHRTENA NO
GHRTAPVAH PUNANTU VISVAM HI RIPRAM PRAVAHANTI DEVIR UD ID ABHYAH SUCIR A PUTA
EMI
Artinya :
Semoga air suci ini menyucikan kami,
bercahaya gemerlapan; semogalah pembersih ini membersihkan kami dengan air
suci; semoga air suci ini mengusir segala kecemaran; sungguh kami bangkit
memperoleh kesucian dari padanya.
§ Ø Sarasamuscaya 277
Bunyinya :
AKRODHANASCA RAJENDRA SATYA, SILO
DRDHAWRATAH, ATMOPAMASCA BHUTESU SA, TIRTHAPHALAMASNUTE
Artinya :
Orang yang berprilaku tidak marah, teguh
pada brata, kasih sayang terhadap sesama mahluk, akan mendapat pahala dari
perjalanannya mendapatkan tirta suci.
§ Ø Sarasamuscaya 279
Bunyinya :
SADA DARIDRAIRAPI HI SAKYAM PRAPTUM
NARADHIPA TIRTHABHIGAMANAM PUNYAM YAJNERAPI WISISYATE
Artinya :
Keutamaan tirtha yatra itu amat
suci, lebih utama daripada pensucian dengan yadnya yang lain dan dapat
dilakukan oleh yang tidak punya harta.
Berdasarkan
Sloka-sloka dari kitab suci yang telah disebutkan di atas,tujuan tirta yatra
yaitu :
§ Meningkatkan
kesucian pribadi dan memperkuat keimanan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa
dengan memperluas cakrawala memandang keagungan-Nya sehingga
manusia semakin teguh mengamalkan ajaran Dharma.
§ Menghayati
nilai-nilai sejarah dari objek suci yang dikunjungi.
§ Mengimbangi
dosa dengan perbuatan dharma.Istilah mengimbangi dosa digunakan karena menurut
kepercayaan Hindu,dosa seseorang akan melekat pada atman sebagai karmawasana
sesuai dengan ketentuan hukum karma phala.
PENUTUP
Kesimpulan
Tirta
yatra merupakan yadnya agung yang sangat mulia.Tirta yatra berarti suatu
perjalanan suci mengunjungi tempat-tempat suci,perjalanan suci untuk menyucikan
diri,perjalanan suci untuk bertemu dengan orang-orang suci, perjalanan suci
untuk penyucian diri dari dosa-dosa.Dalam melaksanakan tirta yatra patutlah
didasari dengan pikiran yang jernih serta suci.Tidaklah patut bagi seseorang
yang melaksanakan tirta yatra memiliki pikiran yang kotor.Untuk menghindari hal
tersebut kita diwajibkan agar mengendalikan diri dan mengekang hawa nafsu.
Tujuan
dari Tirta Yatra itu sendiri yaitu untuk Meningkatkan kesucian pribadi serta
memperkuat keimanan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa,menghayati nilai-nilai
sejarah dari objek suci yang dikunjungi,dan mengimbangi dosa dengan
perbuatan-perbuatan dharma.
Lampiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar