Adat, Tradisi, Agama, Budaya Hindu Bali

Kamis, 07 November 2019

FILSAFAT INFERENSI


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Berpikir merupakan aktivitas manusia untuk menemukan pengetahuan yang benar, sedang kebenaran itu tidaklah persis sama pada setiap individu. Maka setiap jalan pikiran manusia mempunyai kriteria kebenaran yang berfungsi sebagai landasan proses penemuan kebenaran tersebut, dan setiap penalaran mempunyai kriteria kebenaranya masing-masing.
Aktivitas berpikir sebagai penalaran manusia mempunyai ciri utama sebagai suatu pola berpikir yang secara luas disebut logika. Dalam mempelajari pola berpikir yang luas dalam logika itulah dibutuhkan terlebih dahulu tentang apa itu logika dan ruang lingkupnya karena hal ini akan membantu dasar pemikiran yang berdasarkan penalaran yang logis dan kritis. selain berguna bagi sarana ilmu, penalaran yang logis dan kritis ini juga yang nantinya akan mambantu pemahaman bagi semua ilmu, karena penalaran yang logis, kritis, dan sistematis inilah ang menjadi salah satu syarat  sifat ilmiah.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1   Apa pengertian logika ?
2   Apa saja objek logika ?
3   Apa saja kegunaan dan manfaat logika ?
4   Bagaimana pembagian logika ?
5   Apa hukum dasar logika?
6   Apa itu logika inferensi ?
7   Apa saja pembagian logika inferensi ?

 
BAB II
PEMBAHASAN

PENGERTIAN LOGIKA
Secara etimologi, Logika berasal dari perkataan Yunani yaitu logike (kata sifat) dan logos (kata benda), yang berarti “pikiran atau perkataan sebagai pernyataan dari pikiran, alasan atau uraian”. Dengan demikian, logika merupakan pekerjaan akal pikiran manusia dalam bernalar untuk menghasilkan kebenaran atau penyimpulan yang benar. Sebagai ilmu, disebut logica scientia yang berarti ilmu logika, namun sekarang ini hanya lazim disebut dengan logika saja. Jadi, logika adalah suatu ilmu pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan norma-norma penyimpulan yang dipandang dari aspek yang benar (sahih).


 Pengertian logika menurut para ahli :
William Alston, mendefinisikan logika sebagai Logic is the study of inference, more precisely the attempt to devise criteria for separating valid from invalid inferencesw (logika adalah studi tentang penyimpulan, secara lebih cermat usaha untuk menetapkan ukuran-ukuran guna memisahkan penyimpulan  yang sah dan yang tidak sah).
Sheldon Lachman, mengemukakan: Logic is the systematic discipline concerned with the organization and development of the formal rules, the normative prosedures and the criteria of valid inference (logika adalah cabang ilmu yang sistematis mengenai penyusunan dan pengemebangan dari aturan formal, prosedur normatif, dan ukuran-ukuran bagi penyimpulan yang sah).
Jan Hendrik Rapar, (1996:10) “Logika adalah cabang filsafat  yang mempelajari, menyusun, mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-aturan formal, prosedur-prosedur serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan  demi mencapai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional”.
Ir. Poedjawijatna, logika adalah filsafat budi (manusia) yang mempelajari teknik berpikir untuk mengetahui bagaimana manusia berpikir dengan semestinya.
Hasbullah Bakry, logika adalah ilmu pengetahuan yang mengatur penelitian hokum-hukum akal manusia sehingga menyebabkan pikirannya dapat mencapai kebenaran.
OBJEK LOGIKA
Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek yang dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal. Objek material dari sesuatu adalah hal yang diselidiki dari sesuatu itu, mencakup yang konkret dan yang abstrak. Objek formal adalah sudut pandang dari objek itu disorot sebagai pembeda dengan objek lainnya.
Berpikir adalah objek material logika. Yang dimaksudkan  berpikir di sini adalah kegiatan pikiran, akal budi manusia. Dengan berpikir manusia mengolah dan mengerjakannya ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan serta menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya. Dalam logika berpikir dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatannya. Oleh karena itu, berpikir lurus dan tepat merupakan objek formal logika.

MANFAAT LOGIKA
Setidaknya ada empat kegunaan dengan belajar logika, yaitu:
membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tertib, metodis, dan koheren;
meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif
menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri
meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kekeliruan serta kesesatan.


PEMBAGIAN LOGIKA
Logika makna luas dan logika makna sempit
Menurut John C Cooley, The Liang Gie membagi logika dalam arti yang luas  dan dalam arti yang sempit. Dalam arti yang sempit, istilah dimaksud dipakai seperti dengan logika deduktif atau logika formal, sedangkan arti yang lebih luas, pemakaiannya mencakup kesimpulan dari berbagai bukti dan bagaimana system-sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi pula pembahasan mengenai logika itu sendiri.
Dalam arti luas, logika juga dapat dipakai untuk menyebut tiga cabang filsafat sekaligus, seperti yang pernah dilakukan oleh piper dan ward berikut ini.
Asas paling umum mengenai pembentukan pengertian, inferensi, dan tatanan (logika formal atau logika simbolis)
Sifat dasar dan syarat pengetahuan, terutama hubungan antara budi dengan objek yang diketahui, ukuran kebenaran, dan kaidah-kaidah pembuktian (epistemology).
Metode-metode untuk mendapatkan pengetahuan dalam penyelidikan ilmiah (metodologi)

Logika deduktif dan logika induktif
Logika deduktif adalah ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan kesimpulan sebagai keharusan dari pangkal pikirnya sehiingga bersifat betul menurut bentuknya saja. Dari logika jenis ini yang terutama ditelaah yaitu bentuk dari bekerjanya akal, keruntutannya, serta kesesuaiannya dengan langkah-langkah san aturan yang berlaku sehingga penalaran yang terjadi adalah tepat dan sah.
Logika induktif merpakan suagam atu ragam logika yang mempelajari asas penalaran yang betul dari sejumlah sesuatu yang khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi.penalaran yang demikian ini digolongkan sebagai induksi. Induksi adalah bentuk penalaran atau penyimpulan yang berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah hal kecil, atau anggota suatu himpunan.

Logika formal dan logika material
Mellone menyatakan bahwa logika deduktif disebut juga logika formal, sedangkan logika induktif kadang-kadang disebut logika material. Pernyataan ini tidak sepenuhnya tepat karena menurut Fisk, logika formal hanyalah suatu bagian dari logika deduktif, yakni bagian yang bertalian dengan perbincangan-perbincangan yang sah menurut bentuknya bukan menurut isinya. (The Liang Gie, 1980).
Logika formal mempelajari asas, aturan atau hokum-hukum yang berpikir yang harus ditaati, agar orang dapat berpikir dengan benar dan mencapai kebenaran. Logika material mempelajari langsung pekerjaan akal, serta menilai hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan kenyataan praktis yang sesungguhnya. Logika material mempelajari sumber-sumber dan asalnya pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan akhirnya merumuskan metode ilmu pengetahua itu.

Logika formal dinamakan orang dengan logika minor, sedangkan logika material dinamakan orang logika mayor. Apa yang sekarang disebut logika formal adalah ilmu yang mengandung kumpulan kaidah-kaidah cara berpikir untuk mencapai kebenaran.

Logika murni dan logika terapan
Logika murni merupakan suatu pengetahuan mengenai asas dan aturan logika yan berlaku umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan tanpa mempersoalkan arti khusus dalam sesuatu cabang ilmu dari istilah yang dipakai dalam pernyataan dimaksud.
Logika terpaan adalah pengetahuan logika yang diterapkan dalam setiap cabang ilmu, bidang filsafat, dan juga dalam pembicaraan yang mempergunakan bahasa sehari-hari.

 Logika filsafati dan logika matematik
Logika filsafati dapat digolongkan sebagai suatu ragam atau bagian logika yang masih berhubungan erat dengan pembahasan dalam bidang filsafat,  misalnya logika kewajiban dengan etika atau logika arti dengan metafisika.
Adapun logika matematik merupakan suatu ragam logika yang menelaah penalaran yang benar dengan menggunakan metode matematik serta bentuk lambing yang khusus dan cermat untuk menghindarkan makna ganda atau kekaburan yang terdapat dalam bahasa biasa. (The Liang Gie dan Suhartoyo Hardjosatoto, dan Endang Daruni Asdi, 1980, hlm. 35-46)

HUKUM DASAR LOGIKA
Ada tiga hukum dasar dalam logika, diantaranya :
Hukum Identitas.
Hukum ini dapat disebutkan dengan berbagai cara seperti: “sesuatu adalah selalu sama dengan atau identik dengan dirinya, dalam Aljabar: A sama dengan A.” Pemikiran esensial dalam hukum tersebut adalah seperti berikut. Dengan mengatakan bahwa sesuatu itu sama dengan dirinya, maka dalam segala kondisi tertentu sesuatu itu tetap sama dan tak berubah. Keberadaannya absolut. Kesimpulan tersebut secara logis patuh pada hukum identitas: Jika A  selalu sama dengan A, maka ia tidak pernah sama dengan bukan A (Non-A).

Hukum kontradiksi.
Hukum kontradiksi menyatakan bahwa A adalah bukan Non-A. Itu tidak lebih dari sebuah rumusan negatif dari pernyataan posistif, yang dituntun oleh hukum pertama logika formal. Jika A adalah A, maka menurut pemikiran formal, A tidak dapat menjadi Non-A. Jadi hukum kedua dari logika formal, yakni hukum kontradiksi, membentuk tambahan esensial pada hukum pertama. Beberapa contoh: manusia tidak dapat menjadi bukan manusia; demokrasi tidak dapat menjadi tidak demokratik; buruh-upahan tidak dapat menjadi bukan buruh-upahan.
Hukum kontradiksi menunjukkan pemisahan perbedaan antara esensi materi dengan fikiran. Jika A selalu sama dengan dirinya maka ia tidak mungkin berbeda dengan dirinya.

Hukum tiada jalan tengah. (the law of excluded middle).
Menurut hukum tersebut segala sesuatu hanya memiliki salah satu karakteristik tertentu. Jika A sama dengan A, maka ia tidak dapat sama dengan Non-A. A tidak dapat menjadi bagian dari dua kelas yang bertentangan pada waktu yang bersamaan. Dimana pun dua hal yang berlawanan tersebut akan saling bertentangan, keduanya tidak dapat dikatakan benar atau salah. A adalah bukan B; dan B adalah bukan A. Kebenaran dari sebuah pernyataan selalu menunjukkan kesalahan (berdasarkan lawan pertentangannya) dan sebaliknya. Hukum yang ketiga tersebut adalah sebuah kombinasi dari dua hukum pertama dan berkembang secara logis.

PENGERTIAN LOGIKA INFERENSI
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, logika berarti jalan berfikir yang masuk akal sedangkan inferensi berarti simpulan atau kesimpulan (Depdiknas:2001:433-681). Menurut istilah Logika inferensi berarti berfikir dengan akal yang sehat untuk memperoleh simpulan. Sebagai ilustrasi ketika kita berhadapan dengan sebuah persoalan yang memerlukan jalan keluar (pemecahan) maka persoalan tersebut kita fikirkan dengan menggunakan akal yang sehat untuk memperoleh pemecahan dari persoalan tersebut.

PEMBAGIAN LOGIKA INFERENSI
Logika Formil
Yang dimaksud logika formil kategorik adalah logika aristoteles beserta modifikasi-modifikasi yang bertujuan menyempurnakan logika Aristoteles. Pada waktu itu orang masih berpendapat bahwa Aristoteles telah mengadakan eksplorasi secara tuntas seluruh masalah logika. Pada waktu itu yang dikerjakan orang hanyalah sekedar membuat perbaikan-perbaikan, atau penghapusan yang tidak perlu, atau membuat rumusan-rumusan untuk memperjelas konsep-konsep logika dari Aristoteles. Menurut Emmanuel khant perbaikan dan penjelasan tersebut lebih banyak menunjukkan usaha agar logika aristoteles menjadi lebih tampan (elegant), bukan agar tampil lebih kokoh (solid).

Logika Matematika Aksiomatik
Pemikiran tradisional kuno lainnya dapat kita jumpai pula pada Euclides dan Archimedes. Tesis yang diteriam adalah bahwa struktur ilmu yang lengkap semestinya tampil dalam pernyataan dalam system deduktif. Euclides dan Archimedes mengorganisasikan kebenaran theoreen mengikuti kebenaran asumtif aksiomanya. Mereka membuktikan bahwa aksioma dan definisi sudut dan segitiga, merupakan konsekwensi dari jumlah sudut dari suatu segitiga sama besar dengan jumlah dua sudut siku-siku.

Logika Matematik Probabilistik
Logika matematik juga sering disebut logika simbolik. Perintis logika matematik ini antara lain adalah de Morgan, Boole dan Leibniz. Libsniz menunjukkan kalkulus universal; de Morga mengurun pada teori relasi ; sedangkan Boole membuktikan bahwa matematika juga aplikatif untuk study tentang relasi antar jenis dan antar proposisi. Logika matematika mencakup telaah deduktif dan telaah induktif.

Logika Linguistik
Disebut logika linguistic karena proposisi-proposisi yang digunakan untuk membuat inferensi didasarkan pada struktur tata bahasa. Libniz selain menjadi perintis logika matematik sekaligus menjadi perintis logika bahasa. Analisisnya di dasarkan pada fungsi kata-kata yang digunakan, dan teaah dari sudut tata bahasanya. Sehingga telaah ini disebut telaah strukturalis atau analisis sintaktikal.

Logika Kualitatif
Logika kualitatif dalam makalah ini, penulis pilahkan menjadi dua yaitu ; logika kualitatif grounded, yang diberangkatkan dari phenomenology Husserl dengan menggunakan definisi tipe E ; dan kedua logika kualitatif deduktif yang diberangkatkan dari realisme Popper, yang juga menggunakan definisi tipe E.

Logika Paradigmatif
Dalam telaah substantive mengenai kebenaran structural paradigmatic telah penulis kemukakan pendapat Lichtenberg bahwa dia temukan adanya struktur paradigmatic yang sekaligus menjangkau banyak domain disiplin ilmu. Karena itu mengembangkan model logika guna membuat inferensi atas struktur paradigmatic yang menjangkau banyak domain disiplin ilmu.

Inferensi fungsional – operasional.
Bertolak dari perlunya berpadu antara idea dengan value dalam aksi, maka inferensi logic yang hendak dicapai oleh pemikiran pragmatic adalah inferensi pragmatic : yaitu berpadunya idea dan value dalam aksi, maka inferensi logic yang hendak dicapai oleh pemikiran pragmatic adalah inferensi pragmatic ; yaitu berpadunya idea dan value menjadi aksi pada satu sisi sesuai dengan fungsinya, efektif operasinya, dan pada sisi lain ; conform bentuknya dan koheren dari sisi valuenya.










BAB III

PENUTUP

 KESIMPULAN
Berdasarkan dari pembahasan materi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa logika adalah landasan utama untuk menguasai filsafat & ilmu pengetahuan serta sarana penghubung antara filsafat & ilmu. Logika merumuskan serta menerapkan hukum – hukum dan patokan – patokan yang harus ditaati agar seseorang dapat berpikir benar, efisien, sistematis, dan teratur. Dengan demikian ada dua obyek penyelidikan Ilmu Logika Pertama, Pemikiran sebagai obyek material juga dikenal dengan nama Logika Material dan yang kedua, patokan-patokan atau hukum – hukum berpikir benar sebagai obyek formalnya, yang disebut logika formal. Pemikiran yang benar dapat dibedakan menjadi dua bentuk berbeda secara radikal yakni dari cara berpikir umum ke khusus (deduktif) yaitu cara berpikir yang dipergunakan dalam logika formal yang mempelajari dasar – dasar persesuaian (tidak adanya pertentangan) dalam pemikiran dengan menggunakan hukum – hukum, rumus – rumus, patokan – patokan berpikir benar, dan dari cara berpikir khusus ke umum (induktif) yaitu cara berpikir yang dipergunakan dalam logika material yang mempelajari dasar – dasar persesuaian pikiran dengan kenyataan (penyesuaian idealita dengan realita). Logika inferensi berarti berfikir dengan akal yang sehat untuk memperoleh simpulan. Logika inferensi dibagi menjadi 7 bagian yaitu: logika formil, logika matematika aksiomatik, logika matematika probabilistik, logika linguistik, logika kualitatif, logika paradigmatif, inferensi fungsional-operasional.



DAFTAR PUSTAKA

Poedjawijatna. 1984. Logika Filsafat Berpikir. Jakarta: Bina Akasara.
Drs. Surajiyo, Drs Sugeng Astanto, dan Dra Sri Andiani. 2005. Dasar-Dasar Logika. Jakarta: Bumi Aksara.
http://juniarwibisana.blogspot.co.id/2015/03/makalah-pengertian-dan-ruang-lingkup.html
http://sociologiagamauin.blogspot.co.id/2015/09/makalah-tujuan-kegunaan-manfaat-dan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar