WARIGA DAN DEWASA DALAM ILMU ASTRONOMI
NAMA KELOMPOK
Ni Ketut Suci Widyani (17.1.003)
Ni Luh Ina Trisnawati (17.1.004)
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) AGAMA HINDU AMLAPURA
TAHUN AJARAN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wariga adalah pengetahuan yang sangat terkenal dimasyarakat. Para petani mempelajari wariga untuk mencari masa bercocok tanam. Para pedagang mepelajarinya untuk mencari hari baik untuk mulai berdagang. Membuat alat perdagangan dan berbagai bentuk keberuntungan. Para pendeta (brahmana) mempalajari wariga, untuk mennentukan saat-saat berupacara. Oleh karena itu, wariga merupakan pengetahuan yang sangat popular.
Pada susunan Wedangga (batang tubuh Weda), wariga disebut dengan jyotisha, ilmu tentang cahaya dan perbintangan (jyotir). Dengan demikian, jyotisha diletakan sebagai mata dari Weda-weda. Jika orang tidak mengetahui jyotisha, mereka tidak akan bisa pergi kemana mana sebab tidak memiliki mata. Pernyataan ini menunjukan bahwa jyotisha memengang peranan penting dalam weda-weda sama seperti di Bali.
Pada bagian dari wariga terdapat juga tenung-tenung (ramalan). Ramalan tersebut ditentukan berdasarkan wewaran, wuku, dan sasih. Ramalan-ramalan berisi tentang jodoh, rejeki, dan yang lainnya. Tenung-tenung ini dibedakan menjadi 4 jenis (Arnaya:2009:10) yaitu tenung pengalihan (mengganbungkan urip wewaran), tenung palelintangan (menggunakan lintang tertentu, misalnya lintang tangis) dan tenung campuran menggunakan campuran dari tehnik yang ada.
Secara garis besar wariga sebenarnya terdiri dari bagian. Bagian-bagian tersebut adalah:
Pawintangan (ilmu tentang perbintangan)
Sasih adalah ilu tentang musim dan peredaran gerak semu matahari mengelilingi bum I.
Wuku adalah ilmu tentang ruas-ruas kumpulan bintang tertentu yang berporos dari bumi.
Wewaran adalah ilmu tentang nama-nama hari yang mana setiap hari memiliki sepuluh nama yang diwujudkan dengan eka wara sampai dasa wara.
Dedauhan adalah ilmu tentang pembagian waktu selama satu hari.
Selain perhitungan wuku dan wewaran ada juga disebut dengan penanggal dan panggelong. Masing-masing siklusnya adalah lima belas hari. Perhitungan penanggal dimulai satu hari setelah (H+1) hari tilem (bulan mati) dan panggelong dimulai satu hari setelah (H+1) hari purnama (bulan penuh). Untuk lebih jelasnya akan dibahas pada bab selanjutnya.
Rumusan Masalah
Menjelaskan pengertian wariga dan dewasa dalam ilmu astronomi?
Tujuan Penulis
Agar masyarakat mengetahui bagaimana memilih dewasa yang baik dan benar dalam melaksanakan upacara dan dalam melakukan pembangunan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian wariga dan dewasa dalam ilmu astronomi
Wariga dan dewasa adalah dua istilah yang paling umum diperhatikan oleh umat hindu khususnya di bali bila ingin mencapai kesempurnaan dan keberhasilan. Kedua ilmu itu merupakan salah satu cabang ilmu agama yang dihubungkan dengan ilmu astronomi atau Jyotisa Sastra sebagai salah satu wedangga. Walaupun kedua ilmu tersebut sebagai salah satu cabang ilmu weda, namun pendalamannya tidak banyak diketahui kecuali untuk tujuan praktis pegangan oleh para pendeta dalam memberikan petunjuk baik buruknya hari dalam hubungannya untuk melakukan usaha agar supaya berhasil dengan mengingat hari atau waktu dalam sistim sradha hindu yang dipengaruhi oleh unsur kekuatan tertentu dan planet-planet itu.
Dalam lontar yang disebut Keputusan Sunari mengatakan bahwa kata wariga berasal dari dua kata, yaitu wara yang berarti puncak/istimewa dan ga yang berarti terang. Sebagai penjelasan dikemukakan .iki uttamaning pati lawan urip, manemu marga wakasing apadadang, ike tegesing wariga. dari penjelasan ini jelas bahwa yang dimaksud dengan wariga adalah jalan untuk mendapatkan keterangan dalam usaha untuk mencapai tujuan dengan memperhatikan hidup matinya hari.
Disamping masalah itu, penentuan hari baik berdasarkan perhitungan menurut wariga disebut padewasan (dewasa). Jadi dewasa tidak lepas dari ilmu wariga dimana di dalam wariga, urip hari telah terperinci secara baku. Ini harus dipegang sebagai keyakinan kepercayaan. Dasarnya adalah percaya adan inilah agama.
Kata dewasa terdiri dari kata; de yang berarti dewa guru, wa yang berarti apadang/lapang dan sa yang berarti ayu/baik. Dengan demikian jelas bahwa dewasa adalah satu pegangan yang berhubungan dengan pemilihan hari yang tepat agar semua jalan atau perbuatan itu lapang jalannya, baik akibatnya dan tiada aral rintangan.
Masalah wariga dan dewasa mencakup pengertian pemilihan hari dan saat yang baik, ada perlu diperhatikan beberapa ketentuan yang menyangkut masalah wewaran, wuku, tanggal, sasih dan dauh dimana kedudukan masing-masing waktu itu secara relative mempunyai pengaruh didalilkan sebagai berikut:
1. Wewaran dikalahkan oleh wuku
2. Wuku dikalahkan oleh tanggal panglong
3. Tanggal panglong dikalahkan oleh sasih
4. Sasih dikalahkan oleh dauh
5. Dauh dikalahkan oleh de Ning (keheningan hati).
Untuk dapat memahami hubungan kesemuanya itu perlu mempelajari arti wewaran dan hubungannya dengan alam ghaib.
Wuku
Disamping perhitungan hari berdawarkan wara sistim kalender yang dipergunakan dalam wariga dikenal pula perhitungan atas dasar wuku (buku) dimana satu wuku memilihi umur tujuh hari, dimulai hari minggu (raditya/redite).
1 tahun kalender pawukon = 30 wuku, sehingga 1 tahun wuku = 30 x 7 hari = 210 hari.
Adapun nama-nama wukunya sebagai berikut;
Sita, landep, ukir, kilantir, taulu, gumbreg, wariga, warigadean, julungwangi, sungsang, dunggulan, kuningan, langkir, medangsia, pujut, Pahang, krulut, merakih, tambir, medangkungan, matal, uye, menial, prangbakat, bala, ugu, wayang, klawu, dukut dan watugunung.
Wewaran
Wewaran berasal dari kata wara yang dapat diartikan sebagai hari, seperti hari senin, selasa dll. Masa perputaran satu siklus tidak sama cara menghimpunnya. Siklus ini dikenal misalnya dalam sistim kalender hindu dengan istilah bilangan, sebagai berikut;
1. Eka wara; luang (tunggal)
2. Dwi wara; menga (terbuka), pepet (tertutup).
3. Tri wara; pasah, beteng, kajeng.
4. Catur wara; sri (makmur), laba (pemberian), jaya (unggul), menala (sekitar daerah).
5. Panca wara; umanis (penggerak), paing (pencipta), pon (penguasa), wage (pemelihara), kliwon (pelebur).
6. Sad wara; tungleh (tak kekal), aryang (kurus), urukung (punah), paniron (gemuk), was (kuat), maulu (membiak).
7. Sapta wara; redite (minggu), soma (senin), Anggara (selasa), budha (rabu), wrihaspati (kamis), sukra (jumat), saniscara (sabtu). Jejepan; mina (ikan), Taru (kayu), sato (binatang), patra ( tumbuhan menjalar), wong (manusia), paksi (burung).
8. Asta wara; sri (makmur), indra (indah), guru (tuntunan), yama (adil), ludra (pelebur), brahma (pencipta), kala (nilai), uma (pemelihara).
9. Sanga wara; dangu (antara terang dan gelap), jangur (antara jadi dan batal), gigis (sederhana), nohan (gembira), ogan (bingung), erangan (dendam), urungan (batal), tulus (langsung/lancar), dadi (jadi).
10. Dasa wara; pandita (bijaksana), pati (dinamis), suka (periang), duka (jiwa seni/mudah tersinggung), sri (kewanitaan), manuh (taat/menurut), manusa (sosial), eraja (kepemimpinan), dewa (berbudi luhur), raksasa (keras)
Disamping pembagian siklus yang merupakan pembagian masa dengan nama-namanya, lebih jauh tiap wewaran dianggap memiliki nilai yang dipergunakan untuk menentuk ukuran baik buruknya suatu hari. Nilai itu disebut urip atau neptu yang bersifat tetap. Karena itu nilainya harus dihafalkan.
Tanggal dan Panglong
Selain perhitungan wuku dan wewaran ada juga disebut dengan Penanggal dan panglong. Masing masing siklusnya adalah 15 hari. Perhitungan penanggal dimulai 1 hari setelah (H+1) hari Tilem (bulan Mati) dan panglong dimulai 1 hari setelah (H+1) hari purnama (bulan penuh).
Sasih
Sasih secara harafiahnya sama diartikan dengan bulan. Sama sepertinya kalender internasional, sasih juga ada sebanyak 12 sasih selama setahun, perhitungannya menggunakan perhitungan Rasi sesuai dengan tahun surya (12 rasi = 365/366 hari) dimulai dari 21 maret. adapun pembagian sasih tersebut adalah;
Kedasa = Mesa = Maret April.
Jiyestha = Wresaba = April Mei.
Sadha = Mintuna = Mei Juni.
Kasa = Rekata = Juni Juli.
Karo = Singa = Juli Agustus.
Ketiga = Kania = Agustus September.
Kapat = Tula = September Oktober.
Kelima = Mercika = Oktober November.
Kenem = Danuh = November Desember.
Kepitu = Mekara = Desember Januari.
Kewulu = Kumba = Januari Februari.
Kesanga = Mina = Februari Maret.
Dauh/dedauhan
Merupakan pembagian waktu dalam satu hari. Sehingga dedauh ini berlaku 1 hari atau satu hari dan satu malam. Berdasarkan dedauhan maka pergantian hari secara Hindu adalah mulai terbitnya matahari (5.30 WIB). Inti dauh ayu adalah saringan dari pertemuan panca dawuh dengan asthadawuh, antara lain;
1. Redite = Siang; 7.00 7.54 dan 10.18 12.42, malam; 22.18 24.42 dan 3.06 - 4.00
2. Coma = Siang; 7.54 10.18, malam; 24.42 3.06
3. Anggara = Siang; 10.00 11.30 dan 13.00 15.06, malam; 19.54 22.00 dan 23.30 - 1.00
4. Buda = Siang; 7.54 8.30 dan 11.30 12.42, malam; 22.18 23.30 dan 2.30 3.06
5. Wraspati = Siang; 5.30 7.54 dan 12.42 14.30, malam; 20.30 22.18 dan 3.06 5.30
6. Sukra = Siang; 8.30 10.18 dan 16.00 17.30, malam; 17.30 19.00 dan 24.42 2.30
7. Saniscara = Siang; 11.30 12.42, malam; 22.18 23.30
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Wariga dan dewasa adalah dua istilah yang paling umum diperhatikan oleh umat hindu khususnya di bali bila ingin mencapai kesempurnaan dan keberhasilan. Kedua ilmu itu merupakan salah satu cabang ilmu agama yang dihubungkan dengan ilmu astronomi atau Jyotisa Sastra sebagai salah satu wedangga. Walaupun kedua ilmu tersebut sebagai salah satu cabang ilmu weda, namun pendalamannya tidak banyak diketahui kecuali untuk tujuan praktis pegangan oleh para pendeta dalam memberikan petunjuk baik buruknya hari dalam hubungannya untuk melakukan usaha agar supaya berhasil dengan mengingat hari atau waktu dalam sistim sradha hindu yang dipengaruhi oleh unsur kekuatan tertentu dan planet-planet itu.
Masalah wariga dan dewasa mencakup pengertian pemilihan hari dan saat yang baik, ada perlu diperhatikan beberapa ketentuan yang menyangkut masalah wewaran, wuku, tanggal, sasih dan dauh dimana kedudukan masing-masing waktu itu secara relative mempunyai pengaruh didalilkan sebagai berikut:
1. Wewaran dikalahkan oleh wuku
2. Wuku dikalahkan oleh tanggal panglong
3. Tanggal panglong dikalahkan oleh sasih
4. Sasih dikalahkan oleh dauh
5. Dauh dikalahkan oleh de Ning (keheningan hati).
Untuk dapat memahami hubungan kesemuanya itu perlu mempelajari arti wewaran dan hubungannya dengan alam ghaib.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?safe=strict&client=firefox-b-d&sxsrf=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar