Adat, Tradisi, Agama, Budaya Hindu Bali

Jumat, 03 April 2020

“BUDAYA DALAM AGAMA HINDU”


MAKALAH
“BUDAYA DALAM AGAMA HINDU”

Oleh :
NI MADE AYU FEBRIANTI
NPM. 19.1.049
PRODI : PENDIDIKAN AGAMA HINDU (SMST II)

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU
STKIP AGAMA HINDU AMLAPURA
TAHUN 2020

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “BUDAYA DALAM AGAMA HINDU” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Study Agama-Agama.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh dari buku panduan dan internet yang berkaitan dengan Budaya dalam Agama Hindu, serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan Budaya, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Study Agama-Agama atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini. kami harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Budaya dalam Agama Hindu. 
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Amlapura, 27 Maret 2020


Penulis,



LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan, manusia tidak pernah lepas dari budaya dan adat istiadat. Keberadaan budaya amatlah penting, karena berfungsi sebagai identitas dan ciri khas. Budaya merupakan segala hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Segala bentuk cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh suatu masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi adalah hal – hal yang muncul karena budi dan akal manusia. Budaya merupakan pola hidup menyeluruh yang bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Budaya terbentuk dari beberapa unsur yang rumit, diantaranya sistem agama, adat istiadat, karya seni, dan lain sebagainya. Dianggap sebagai unsur yang rumit karena unsur – unsur tersebutlah yang menimbulkan keanekaragaman budaya sehingga budaya di daerah yang satu berbeda dengan budaya yang ada di daerah lain walaupun masih dalam satu Negara. Perbedaan budaya tersebut yang kemudian menjadi sebuah identitas bagi daerah – daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk mengenali dan mengingat ciri khas masing – masing daerah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai banyak keanekaragaman budaya yang sangat menarik dan unik. Dalam era modernisasi sekarang ini, tidak sedikit penduduk Indonesia yang menganut budaya asing dan melupakan budaya sendiri. Perkembangan teknologi dan masuknya budaya barat ke Indonesia, tanpa disadari secara perlahan telah menghancurkan kebudayaan daerah. Rendahnya 2 pengetahuan menyebabkan akulturasi kebudayaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung didalam kebudayaan daerah. Masuknya kebudayaan barat tanpa disaring oleh masyarakat dan diterima secara mentah/apa adanya, mengakibatkan terjadinya degredasi yang sangat luar biasa terhadap kebudayaan asli. Budaya Indonesia secara perlahan mulai punah, berbagai budaya barat yang menghantarkan kita untuk hidup modern yang meninggalkan segala hal yang tradisional, hal ini memicu orang bersifat antara lain sebagai sikap individualis dan matrealistis. Berkurangnya nilai budaya dalam diri hendaknya perlu perhatian khusus untuk menjaga segala budaya yang kita miliki. Salah satu penyebabnya karena saat ini kebudayaan daerah hanya dikenalkan lewat buku bacaan sehingga kurang menarik minat untuk mempelajarinya. Sedangkan kualitas buku-buku bacaan tentang pengenalan budaya daerah yang baik belum tentu menarik minat untuk membacanya. Salah satu upaya dalam menanamkan kecintaan terhadap budaya asli kita adalah memberikan pembelajaran budaya Indonesia melalui sistem berbasis multimedia yang terkomputerisasi. Dengan multimedia pengenalan tentang kebudayaan Indonesia akan lebih menarik, interaktif dan praktis.

1.2  RUMUSAN MASALAH
Apakah yang dimaksud dengan Budaya?
Apa Peran Agama dalam Kebudayaan?
Bagaimana Hubungan Antara Agama dan Kebudayan Hindu?
Apa saja  Kebudayaan yang ada dalam Agama Hindu?

TUJUAN MAKALAH
Mahasiswa mampu memahami dan memaknai arti dari Budaya.
Mahasiswa mengetahui apa peran Agama dalam Kebudayaan.
Mahasisiwa dapat mengetahui Hubungan antara Agama dan Kebudayaan Hindu.
Mahasiswa dapat mengetahui apa saja Kebudayaan yang ada dalam Agama Hindu.

BAB II
PEMBAHASAN

BUDAYA
Budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh sekelompok orang, dan diwariskan turun temurun untuk generasi ke generasi. Budaya terdiri dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, bahasa, adat istiadat, bangunan, alat, pakaian, dan karya seni. Bahasa, serta budaya, merupakan bagian integral dari manusia yang banyak orang cenderung menganggap itu diwariskan secara genetik. Ketika seseorang mencoba untuk berkomunikasi dengan orang-orang dari budaya yang berbeda, dan menyesuaikan perbedaan, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah gaya hidup holistik. budaya juga bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya bantuan menentukan perilaku komunikatif. Unsur penyebaran sosial budaya, dan mencakup banyak kegiatan sosial manusia. Berikut ini terdapat beberapa pengertian budaya menurut para ahli, terdiri atas: 
E. B Taylor dalam Soekanto (1996:55)
Memberikan definisi mengenai kebudayaan ialah: “kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan kepercyaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat”.
Selo Soemardjan dan Soelaeman Somardi dalam Soekanto (1996:55)
Merumuskan “kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.

Koentjaraningrat
Dari asal arti tersebut yaitu “colere”  kemudian “culture”  diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam (Koentjaraningrat dalam Soekanto, 1969: 55).
Linton
Budaya adalah keseluruhan sikap & pola perilaku serta pengetahuan yang merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan & dimilik oleh suatu anggota masyarakat tertentu.
KBBI
Budaya adalah sebuah pemikiran, adat istiadat atau akal budi. Secara tata bahasa, arti dari kebudayaan diturunkan dari kata budaya dimana cenderung menunjuk kepada cara pikir manusia.
Effat Al-Syarqawi
Mendefinisikan bahwa pengertian budaya dari pandangan agama islam,  adalah khzanah sejarah sekelompok masyarakat yang tercermin didalam kesaksian & berbagai nilai yang menggariskan bahwa suatu kehidupan harus mempunyai makna dan tujuan rohaniahnya

PERAN AGAMA DALAM KEBUDAYAAN
Masyarakat indonesia sebagian besar adalah masyarakat yang beragama islam. Agama biasanya selalu dikaitkan dengan kebudayaan. Padahal agama dan kebudayaan mempunyai tempatnya sendiri sendiri. Masyarakat selalu keliru bagaimana menempatkan posisi agama dan posisi budaya dalam suatu kehidupan masyarakat. Walaupun agama dan kebudayaan merupakan suatu hal yang saling berkaitan dan tidak bisa berdiri sendiri, dan keduanya saling mempengaruhi satu sama lain.
 Agama sebagai pedoman hidup manusia yang diciptakan oleh Tuhan, dalam menjalani hidupnya. Sedangkan kebudayaan adalah sebagai kebiasaan tata cara hidup manusia yang diciptakan oleh manusia itu sendiri dari hasil daya cipta, rasa dan karsanya yang diberikan oleh Tuhan. Sajak awal perkembangan agama-agama di Indonesia telah menerima akomodasi budaya, contohnya agama islam, dimana islam sebagai agama faktual banyak memberikan norma-norma atau aturan tentang kehidupan dibandingkan dengan agama-agama lain. Masyarakat indonesia sebagian besar adalah masyarakat yang beragama islam. Kiranya cukup jelas bagi kita bahwa ada hubungan yang konkret antara budaya dan agama bagi pelaku yang sama. Sebab baik budaya maupun agama merupakan ekspresi suasana hatinya yang lebih mendalam. Meskipun tampak serupa antara “agama” dan “budaya” dalam perspektif antropologi, kita dapat tetap membedakan keduanya. Amaladoss melihat hubungan antara agama dan budaya dengan mengatakan bahwa agama merupakan unsur terdalam dari budaya, sementara budaya merupakan bentuk ekspresif dari agama tersebut. 


HUBUNGAN ANTARA AGAMA DAN KEBUDAYAN HINDU
Agama merupakan kepercayaan kepada Tuhan serta segala sesuatu yang bersangkut-paut dengan itu. Dengan demikian sembahyang, beryadnya, melakukan kewajiban kepada sesama manusia adalah merupakan hal yang termasuk ke dalam Agama. Walaupun kita tidak cepat percaya kepada sesuatu, tetapi percaya itu merupakan hal yang juga diperlukan di dalam hidup. Orang yang tidak memiliki kepercayaan pada sesuatu, akan selalu dalam keadaan, ragu, tidak aman, curiga dan tidak mempunyai pegangan yang pasti. Percaya merupakan suatu sikap yang perlu ditumbuhkan di dalam diridan kita berharap bahwa apa yang kita percayai itu memang benar seperti apa yang kita duga. Karena agama itu adalah kepercayaan, maka dengan agama kita akan merasa aman dalam hidup ini dan karena memiliki rasa aman, kita akan merasakan ketetapan hati dalam menghadapi sesuatu. Dengan memiliki suatu agama, orang merasa memiliki suatu pegangan iman tertentu yang menambatkan ia pada suatu tempat berpegang yang kokoh. Tempat itu tiada lain dari pada Tuhan itu sendiri. Yang menjadi sumber semua ketenteraman dan semangat hidup ini mengalir. 
KepadaNya lah kita memasrahkan diri, karena tiada tempat lain dari padanya tempat kita kembali. Selanjutnya, manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari budayanya sendiri, dalam arti manusia itu harus berperan dalam suatu proses kebudayaan. Kebudayaan tidak lain daripada hasil proses tindakan atau perlakuan akibat hubungan manusia dengan manusia dan alam lingkungannya sehingga dapat beradaptasi secara seimbang dan serasi. Pada suatu sisi, kebudayaan itu tidak bisa dipisahkan dengan kekuatan dan kemampuan berpikir untuk terciptanya kreasi termasuk kemampuan kerja dan mengolah kemampuan untuk mengembangkan dan beradaptasi dengan budaya lain. Menurut para ahli Antropologi, suatu kebudayaan sedikit-dikitnya mempunyai tiga wujud, yaitu: pertama adalah dalam wujud gagasan, pikiran, konsep dan sebagainya yang berbentuk abstrak; kedua dalam bentuk aktifitas yaitu berupa tingkah laku berpola, perilaku, upacara-upacara serta ritus-ritus yang wujudnya lebih konkrit. Dan yang ketiga, yakni dalam bentuk benda yang bisa merupakan hasil tingkah laku dan karya para pemangku kebudayaan yang bersangkutan dan oleh para ahli disebut dengan kebudayaan fisik. Lebih jauh dilihat maka kebudayaan itu setidak-tidaknya mempunyai tujuh unsur yang universal, ketujuh unsur yang universal tersebut terdapat pada semua kebudayaan yang ada di sentra dunia ini, baik yang kecil, terisolasi dan sederhana, maupun yang besar, komplek dan maju. Ketujuh unsur yang dimaksud adalah; bahasa, sistem teknologi, sistem ekonomi, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi dan kesenian. Ketujuh unsur tersebut juga terdapat pada kebudayaan Indonesia dan kebudayaan daerah yang ada. Agama dan Budaya dalam Hindu.  Agama Hindu merupakan agama yang diyakini oleh masyarakat Hindu, yang bersumber dari Ida Sang Hyang Widi Wasa. Weda merupakan kitab suci agama Hindu yang diwahyukan melalui pendengaran rohani para Maha Rsi. Oleh karena itu Weda juga disebut dengan kitab suci SRUTI. Umat Hindu yakin dan percaya bahwa dunia dan segala isinya diciptakan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena Cinta Kasih Beliau. Cinta Kasih Tuhan untuk menciptakan sekalian makhluk sering juga disebut dengan YADNYA. Dalam kitab Yajur Weda XXIII,62 disebutkan: “Ayam yajno Bhuvanasya” yang artinya Yadnya adalah pusat terciptanya alam semesta. Penciptaan adalah karya spiritual dari Yang Maha Esa dan sebagai kridanya memperlihatkan kemulianNya. Weda sebagai kitab suci agama Hindu diyakini kebenarannya dan menjadi pedoman hidup Umat Hindu, sebagai sumber bimbingan dan informasi yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari ataupun untuk waktu-waktui tertentu. Diyakini sebagai kitab suci karena sifat isinya dan yang menurunkannya adalah Ida Sang Hyang Widhi Wasa itu sendiri. Weda mengalir dan memberikan vitalitas terhadap kitab-kitab Hindu pada masa berikutnya. Dari kitab suci Weda lah mengalir nilai-nilai keyakinan itu pada kitab-kitab seperti; Smerti, Itihasa, Puruna, kitab Agama, Tantra, Darsana, dan Tattwa-tattwa yang diwarisi oleh umat Hindu sampai saat ini.
Weda mengandung ajaran yang memberikan keselamatan di dunia dan setelah itu. Weda menuntun tindakan umat manusia sejak ada dalam kandungan sampai selanjutnya. Weda tidak terbatas pada tuntunan hidup individu, masyarakat, kelompok manusia, tetapi ia menuntun seluruh hidup dan kehidupan seluruh makhluk hidup. Budaya dalam Pandangan Agama Hindu
Dalam kenyataan hidup bermasyarakat maka antara adat/budaya dan agama sering kelihatan kabur dan bahkan sering tidak dimengerti dengan baik. Tidak jarang suatu adat-budaya yang dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat dianggap merupakan suatu kegiatan keagamaan, ataupun sebaliknya, suatu kegiatan keagamaan dianggap adalah kegiatan budaya. Sesungguhnya antara budaya dan agama terdapat segi-segi persamaannya tetapi lebih banyak segi-segi perbedaannya. Segi persamaannya dapat dilihat dalam hal bahwa kedua norma tersebut sama-sama mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat agar tercipta suasana ketentraman dan kedamaian. Tetapi disamping adanya segi persamaan, terdapat juga segi-segi perbedaan. Segi perbedaan itu akan tampak jika dilihat dari segi berlakunya, dimana perwujudan adat-budaya tergantung pada tempat, waktu, serta keadaan (desa, kala, dan patra), sedangkan agama bersifat universal. Kalau diperhatikan, maka agama dengan ajarannya itu mengatur rohani manusia agar tercapai kesempurnaan hidup. Sedangkan adat budaya lebih tampak pengaturannya dalam bentuk perbuatan lahiriah yaitu mengatur bagaiman sebaiknya manusia itu bersikap, bertindak atau bertingkah laku dalam hubungannya dengan manusia lainnya serta lingkungannya, agar tercipta suatu suasana yang rukun damai dan sejahtera.
Dalam agama Hindu, antara agama dan adat-budaya terjalin hubungan yang selaras/erat antara satu dengan yang lainnya dan saling mempengaruhi. Karenanya tidak jarang dalam pelaksanaan agama disesuaikan dengan keadaan setempat. Penyesuaian ini dapat dibenarkan dan dapat memperkuat budaya setempat, sehingga menjadikan kesesuaian “adat-agama” ataupun’budaya-agama’, artinya penyelenggaraan agama yang disesuaikan dengan budaya setempat. Demikianlah terdapat didalam agama Hindu, perbedaan pelaksanaan agama Hindu pada suatu daerah tertentu terlihat berbeda dengan daerah yang lainnya. Perbedaan itu bukanlah berarti agamanya yang berbeda. Agama Hindu di India adalah sama dengan agama Hindu yang ada di Indonesia, namun kuliynya yang akan tampak berbeda. Sedangkan budaya agama adalah suatu penghayatan terhadap keberadaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam bentuk kegiatan budaya. Sejak munculnya agama Hindu, usaha memvisualisasikan ajaran agama Hindu kepada umat manusia telah berlangsung dengan baik. Para rohaniawan Hindu, para pandita, orang-orang suci mengapresiasikan ajaran yang terdapat dalam kitab suci Weda kedalam berbagai bentuk simbol budaya. Usaha ini telah terlaksana dari zaman ke zaman. Ajaran yang sangat luhur ini diwujudkan dan disesuaikan dengan desa, kala, dan patra pada waktu itu. Kalau dilihat dari fakta sejarah, wujud budaya agama itu dari zaman ke zaman mengalami perubahan bentuk, namun tetap memiliki konsep yang konsisten. Artinya, prinsip-prinsip ajaran agama itu tidak pernah berubah yakni bertujuan menghayati Ida Sang Hyang Widi Wasa. 

2.4 KEBUDAYAAN YANG ADA DALAM AGAMA HINDU
Mengingat bahwa kebudayaan  merupakan hasil daya cipta , rasa, karsa manusia, maka dalam kehidupan sehari- hari kita akan menjumpai berbagai bentuk dan wujud kebudayaan. Jadi kebudayaan tidak hanya berkisar antara kesenian saja namun juga terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, konsep (ide dan gagasan), adat istiadat, bahasa, cerita, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Dimana semua hal yang termasuk dalam kebudayaan tersebut dijiwai oleh Agama. Kebudayaan Hindu yang bernafaskan agama tertanam sangat kuat dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat di Bali. Setiap bagian dari kebudayaan Hindu merupakan ekspresi dari ajaran Agama Hindu. Dan untuk lebih jelasnya kalau bagian dari kebudayaan Hindu merupakan ekspresi dari ajaran Hindu dapat di aplikasikan dalam berbagai contoh : 
Berbusana ke pura : pakaian di Bali di bagi menjadi dua  yaitu pakaian untuk pria dan pakaian untuk wanita. Pakaian untuk pria yaitu destar, senteng, saput, dan kamen. Dan pakaian wanita yaitu kamen, senteng, dan sabuk lilit, pusung lukluk, pusung tagel, pusung tegeh .
Bangunan : bangunan harus sesuai dengan asta kosala kosali. Asta kosala kosali itu sendiri adalah cara penataan lahan untuk tempat tinggal dan bangunan suci. penataan Bangunan yang dimana di dasarkan oleh anatomi tubuh yang punya.
Angkul-angkul yaitu entrance yang berfungsi seperti candi bentar pada pura yaitu sebagai gapura jalan masuk.
Aling-aling adalah bagian yang berfungsi sebagai pengalih jalan masuk sehingga jalan masuk tidak lurus kedalam tetapi menyamping. Hal ini dimaksudkan agar pandangan dari luar tidak langsung lurus ke dalam.
Natar atau halaman tengah sebagai ruang luar
Merajan ini adalah tempat upacara yang dipakai untuk keluarga. Dan pada perkampungan tradisional bisaanya setiap keluarga mempunyai pamerajan yang letaknya di Timur Laut pada sembilan petak pola ruang
Umah Meten( Gedong )   yaitu ruang yang bisaanya dipakai tidur kapala keluarga sehingga posisinya harus cukup terhormat
Bale tiang sanga bisaanya digunakan sebagai ruang untuk menerima tamu
Bale Sakepat, bale ini bisaanya digunakan untuk tempat tidur anakanak atau anggota keluarga lain yang masih junior.
Bale Dangin bisaanya dipakai untuk duduk-duduk membuat bendabenda seni atau merajut pakaian bagi anak dan suaminya.
Paon(Dapur) yaitu tempat memasak bagi keluarga.
Jineng (Lumbung) sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen, berupa padi dan hasil kebun .

Tari-tarian : Dalam Agama Hindu dikenal istilah Siwa Nata Rajayang merupakan  gelar Dewa Siwa ketika Beliau sedang menari. Tari-tarian di Bali juga tidak pernah terlepas dari agama. Setiap tarian di Bali memiliki fungsi dan tujuan tertentu yang kaitannya sangat erat dengan ajaran  agama. Misalnya dalam pelaksanaan upacara yadnya sering dipersembahkan tari- tarian yang bersifat sakral. Contohnya, Tari Rejang Dewa bisaanya dipersembahkan saat pelaksanaan upacara Dewa Yadya, yang tujuannya adalah sebagai penuntun Ida Betare turun ke dunia.
Karya Seni Banyak sekali contoh karya senii yang bernafaskan agama. Misalnya seni patung. Contoh produknya adalah Patung Dewi Saraswati, dimana Dewi Saraswati merupakan sakti-Nya Dewa Brahma dan dalam ajaran Agama Hindu Beliau merupakan lambang Ilmu pengetahuan. Jadi Patung Dewi saraswati merupakan media untuk mengkoomunikasikan ajaran agama bahwa manusia akan hidup layak dan berbahagia apabila  memiliki ilmu pengetahuan dan seni budaya.
Cerita :  Ajaran Hindu juga ada yang dijabarkan dalam bentuk cerita. Contohnya cerita Lubdaka, yang menceritakan kisah seorang pemburu yang akhirnya masuk surga karena secara tidak sadar ia melakukan pemujaan kepada Dewa Siwa. Disini cerita digunakan sebagai  ekspresi ajaran agama bahwa umat Hindu harus senantiasa berbakti pada Tuhan YME.
Seni Ogoh- Ogoh : Seperti yang kita ketahui bersama , setiap perayaan  Hari Raya Nyepi  selalu identik dengan pawai ogoh- ogoh. Selain dijadikan sebagai ajang kreativitas remaja setempat, Ogoh- ogoh ini merupakan symbol dari Butha Kala (unsur negative)  untuk itu pada saat nyepi perlu dilakukan penyucian diri dan lingkungan dari pengaruh- pengaruh negative tersebut. Hal inni seuai dengan ajaran agama yaitu selalu mendekatkan diri dengan Sang Maha Pencipta.
Upacara Agama ( Ritual ) : Setiap upacara agama di Bali selalu berdasarkan atas ajaran agama. Misalnya pada upacara Manusa Yadnya yaitu Mapandes /Metatah ( Potong gigi ). Budaya potong gigi ini merupakan suatu keharusan yang dilakukan sebagai symbol pengendalian  sifat- sifat yang merupakan musuh yang ada dalam diri manusia. Hal ini sesuai dengan ajaran agama Hindu yaaitu pengendalian Sad Ripu.
Berikut macam-macam tradisi unik Budaya keagamaan yang ada di beberapa tempat di pulau Bali, serta secara singkat penjelasan sebagai  berikut;
 Pemakaman Desa Trunyan
Pada umumnya orang meninggal di Bali, terutama bagi umat Hindu selain dikubur bisa dibakar atau dikremasi langsung, namun demikian suatu tradisi unik dengan budaya yang berbeda bisa anda temukan di Desa Trunyan Kintamani, kabupaten Bangli, yang juga merupakan salah satu desa Bali Aga. Pada saat orang meninggal, maka tubuh atau jasad orang tersebut hanya diletakkan di bawah pohon Menyan, jasad tersebut diletakkan di atas tanah tanpa dikubur, hanya dipagari oleh bambu (ancak saji) agar tidak dicari oleh binatang atau hewan liar, anehnya tidak sedikitpun dari jasad tersebut berbau busuk, sampai akhirnya tinggal tersisa tulang belulang saja, dan tulang belulang itu nantinya diletakkan pada sebuah tempat di kawasan tersebut, pemakaman di Trunyan ini melengkapi daftar budaya dan tradisi unik bumi Nusantara – Indonesia. Karena keunikan tersebut pemakaman desa tradisional Trunyan menjadi destinasi wisata di pulau Bali yang menjadi tujuan tour wisatawan.
Tradisi Mekare-Kare
Mekare-kare ini dikenal juga dengan perang pandan, tradisi unik di pulau Bali hanya dilakukan di desa tradisional Tenganan, Karangasem yang dikenal juga sebagai desa Bali Aga. Perang dilakukan berhadap-hadapan satu lawan satu dengan masing-masing memegang segepok pandan berduri sebagai senjata. Desa Tenganan juga merupakan salah satu desa Bali Aga, yang mengklaim sebagai penduduk Bali Asli. Mekare-kare atau perang Pandan digelar saat Ngusaba kapat (Sasih Sambah) atau sekitar bulan Juni. Budaya dan tradisi unik tersebut digelar di halaman Bale Agung dilangsungkan selama 2 hari dan dimulai jam 2 sore, ritual atau prosesi tersebut bertujuan untuk menghormati Dewa Perang atau Dewa Indra yang merupakan dewa Tertinggi bagi umat Hindu di Tenganan. Desa ini menjadi salah satu destinasi wisata dan tujuan tour populer di pulau Bali.
Tradisi Omed-Omedan
Budaya dan tradisi unik ini digelar di tengah kota Denpasar, tepatnya di Banjar Kaja, Desa Sesetan, Denpasar Selatan. Digelar setahun sekali, bertepatan saat hari Ngembak Geni atau sehari setelah hari Raya Nyepi, tradisi unik dimulai sekitar pukul 14.00 selama 2 jam. Prosesi ini hanya diikuti oleh kalangan muda-mudi atau yang belum menikah dengan umur minimal 13 tahun, omed-omedan berarti tarik menarik antar pemuda dan pemudi warga banjar dan terkadang dibarengi dengan adegan ciuman diantara keduanya. Tradisi ini digelar sebagai wujud kegembiraan setelah pelaksanaan Hari Raya Nyepi, ini sebuah warisan budaya leluhur di pulau Bali, memiliki nilai sakral dan dipercaya akan mengalami hal buruk jika tradisi ini tidak dilangsungkan. Tradisi ini menjadi salah satu atraksi wisata yang bisa dinikmati saat tour pada hari Ngembak Geni.
Tradisi Mekotek
Prosesi atau ritual Mekotek ini hanya bisa anda temukan di desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Badung. Dikenal juga dengan Gerebeg Mekotek, tradisi unik di pulau Bali ini digelar setiap 6 bulan (210 hari) sekali, tepatnya saat perayaan Hari Raya Kuningan (10 hari setelah Galungan). Prosesi ini digelar dengan tujuan tolak Bala untuk melindungi dari serangan penyakit dan juga memohon keselamatan. Pada mulanya tradisi Mekotek, menggunakan tongkat besi, untuk menghindari agar peserta tidak ada yang terluka, maka digunakanlah kayu Pulet sepanjang 2-3.5 meter yang kulitnya sudah dikupas sehingga terlihat halus. Tongkat-tongkat tersebut dipadukan menjadi satu formasi sebuah kerucut, suara “tek,tek” kayu berbenturan tersebut sehingga dikenal dengan Mekotek. Budaya dan tradisi unik di Badung Bali ini masih terjaga lestari sampai sekarang ini.
Tradisi Mesbes Bangke
Sebuah budaya dan tradisi yang benar-benar ekstrim dan unik di pulau Bali. Tradisi ini berlangsung di Banjar Buruan, Tampak Siring, Gianyar ini memang , tradisi Mesbes Bangke atau mencabik-cabik mayat memang terlihat mengerikan dan menyeramkan, apalagi bagi mereka yang baru pertama kali ataupun mengenal tradisi tersebut. Yang mana jasad atau mayat seseorang yang akan dikremasi (ngaben), akan dicabik-cabik oleh warga banjar Buruan sebelum menuju tempat pembakaran mayat, mayat tersebut akan ditunggu oleh warga di luar pekarangan rumah, setelah mayat tersebut keluar dari pintu gerbang rumah, barulah warga mencabik-cabik mayat tersebut, karena bersemangat, bahkan ada sampai naik ke atas mayat yang sedang diusung. Tradisi hanya ini berlaku untuk mereka yang ngaben sendiri (pribadi) tidak berlaku untuk ngaben massal. Budaya dan tradisi unik di Gianyar ini masih berlangsung sampai sekarang ini.
Tradisi Megibung Di Karangasem
Tradisi makan bersama saat ada hajatan upacara adat menjadi budaya masyarakat Karanagsem di Bali Timur, seperti saat ada acara pernikahan, otonan, 3 bulanan ataupun upacara adat lainnya, masih bertahan sampai sekarang ini di Kabupaten Karangasem, walaupun beberapa warga sekarang ini terkadang menyiapkan makan prasmanan (makan jalan) saat ada hajatan, tetapi tradisi megibung ini tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Bahkan pada waktu Bupati Karangasem I Wayan Geredeg pernah menggelar megibung massal di objek wisata Taman Ujung Karangasem dan memecahkan rekor Muri. Megibung atau makan bersama oleh sekelompok orang yang terdiri dari 5-6 orang dinamakan “sele” duduk mengitari “gibungan” yaitu segepok nasi di atas dulang atau nampan, lengkap dengan sayur dan lauk pauk yang dinamakan “karangan” dan kemudian mereka makan bersama menikmati menikmati gibungan dan karangan.
7. Tradisi Mesuryak
Sebuah tradisi unik di pulau Bali yang merupakan warisan budaya leluhur ini hanya bisa ditemukan di desa Bongan, Kabupaten Tabanan. Budaya dan Tradisi di Tabanan ini digelar bertujuan untuk penghormatan terhadap para leluhur dengan secara suka cita, bersorak beramai-ramai dengan memberikan perbekalan seperti beras dan uang. Tradisi bersorak beramai-ramai ini kemudian dibarengi dengan melempar uang ke udara dan diperebutkan oleh warga dinamakan tradisi Mesuryak. Tradisi ini digelar setiap 6 bulan sekali yaitu pada Hari Raya Kuningan. Rangkaian prosesi ini berkaitan dengan perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan, setelah leluhur hadir di tengah keluarga mulai dari hari Raya Galungan, kemudian pada saat Kuningan diantar kembali ke Nirwana dengan berbagai sesajian dan perbekalan.
Upacara Melasti
Melasti dilakukan setiap tahun sekali dalam rangkaian Hari Raya Nyepi di Bali, namun demikian upacara Melasti juga dilakukan pada hari-hari tertentu saat piodalan pada sebuah pura sesuai dengan hari yang ditentukan. Melasti dikenal dengan mekiis atau melis menuju tempat-tempat sumber air seperti laut, danau ataupun mata air. Namun Melasti atau melis di pulau Bali secara serempak digelar setiap setahun sekali yaitu 3-4 hari sebelum hari raya Nyepi sekitar bulan Maret. Saat Melasti semua pretima, senjata nawa sanga, umbul-umbul dan kober di arak ke sumber air seperti ke laut untuk disucikan dan menghanyutkan segala malaning bumi ataupun kotoran, dimaksudkan juga menghanyutkan segala penderitaan manusia melalui air kehidupan, dan kemudian menyucikan diri dengan angamet (mengambil) tirta amertha, untuk mendapatkan sari-sari kehidupan. Budaya dan tradisi ini menjadi warisan budaya leluhur Bali yang terjaga dengan baik sampai saat ini.
Pawai Ogoh-Ogoh
Tradisi mengarak ogoh-ogoh di Bali ini digelar tepat sehari sebelum hari Raya Nyepi, sekitar jam 6-6.30 sore ogoh-ogoh mulai diarak keliling desa ataupun kota, hampir sebagian besar warga Hindu di pulau Bali ini menggelar pawai ogoh-ogoh, ini mereka lakukan karena berhubungan dengan ritual keagamaan. Ogoh-ogoh adalah sebuah boneka raksasa yang merupakan simbol dari Bhuta Kala, dibuat dengan wujud menyeramkan atau simbol sebuah kejahatan, yang paling dominan berwujud raksasa menyeramkan, binatang atau bahkan wujud seorang penjahat. Prosesi pawai ogoh-ogoh tersebut masih dalam rangkaian pelaksanaan Hari Raya Nyepi, setelah sebelumnya diadakan Tawur Kesanga memberikan upah kepada Bhuta Kala, kemudian petang harinya diusir dan diarak keliling dalam bentuk pawai, agar tidak mengganggu kehidupan manusia lagi, terutama esok harinya saat melaksanakan hari raya Nyepi. Jika anda ada acara tour pada saat tersebut, diusahakan jangan sampai sore, karena jalan banyak yang tutup.
Hari Raya Nyepi
Siapa pula yang tidak kenal dengan perayaan Hari Raya Nyepi di pulau Bali, hari raya ini digelar sekali dalam setahun sebagai penyambutan tahun baru Isaka yang jatuhnya pada bulan mati (Tilem) sasih Kesanga. Sebuah penyambutan tahun baru yang berbeda, yaitu dengan kesunyian, ketenangan, lengang dan sepi, itulah sebabnya semua warga pada saat hari raya Nyepi tersebut tidak boleh bepergian, menghidupkan api, membuat kegaduhan ataupun bersenang-senang. Termasuk fasilitas umum juga tutup kecuali rumah sakit. Tujuan dari perayaan ini untuk bisa introspeksi diri atau mulat sarira dan merenung dalam suasana hening bisa berkonsentrasi lebih maksimal, seharian tinggal di rumah dan bersembahyang melakukan brata dan meditasi, agar nantinya bisa memulai kehidupan yang lebih baik pada bulan berikutnya pada sasih Kedasa, semua kedas, bersih dan suci untuk memulai lagi kehidupan baru. Budaya dan tradisi ini menjadi salah satu hal unik bagi mereka yang liburan ke Bali.
 Upacara Ngaben Di Bali
Mayoritas warga Hindu di pulau Bali melakukan upacara Ngaben saat orang meninggal, walaupun ada beberapa tidak melaksanakan upacara Ngaben seperti pada penduduk Bali Aga contohnya desa Tenganan dan Trunyan. Saat  upacara Ngaben, jasad atau tubuh orang meninggal bisa dikubur terlebih dahulu ataupun dikremasi langsung. Upacara Ngaben digelar adalah wujud bakti manusia dan kewajiban suci kepada leluhurnya atau orang yang telah meninggal. Tujuan upacara Ngaben mengembalikan unsur Panca Maha Bhuta dari tubuh kasar manusia ke asalnya dan badan halus (atma) yang telah meninggalkan lebih cepat mendapat penyucian dan kembali kesisi-Nya. Tata cara pelaksanaan Ngaben pun tidak selalu sama sesuai dengan situasi, kondisi dan tempat Ngaben tersebut berlangsung, namun yang terpenting esensi atau tujuannya sama, karena Hindu tidak di Bali saja tetapi menyebar di kepulauan Indonesia. Budaya dan tradisi unik ini menjadi salah satu atraksi wisata bagi wisatawan yang sedang liburan di Bali. 
Itulah sedikit tentang Budaya dalam Agama Hindu dan Masih banyak lagi yang belum bisa dijelaskan. 
Budaya dan tradisi yang diwariskan oleh leluhur, jika dilestarikan sampai sekarang ini tentu akan menjadi sebuah tradisi unik, seperti yang kita banyak temukan di wilayah Indonesia termasuk juga Bali, warisan atau peninggalan budaya masa lampau tersebut, yang banyak berasal dari warisan Bali kuno dan menjadi salah salah satu cara hidup sekelompok masyarakat yang masih tradisional dan menjadi sesuatu hal yang sangat menarik untuk diketahui, tidak hanya bagi wisatawan, bahkan juga bagi warga lokal.
Sejumlah tradisi unik yang disuguhkan menjadi sebuah atraksi dan sebagai suguhan bagi wisatawan yang liburan ke pulau Bali. Budaya serta tradisi unik tersebut masih bisa berkembang dan dilestarikan sampai sekarang ini sangat berkaitan dengan keyakinan masyarakat akan ritual atau prosesi yang terbungkus dalam sebuah tradisi. 


BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN
Agama, budaya dan masyarakat saling berkaitan dan dibuktikan dengan pengetahuan agama yang meliputi penulisan sejarah dalam mengubah kehidupan sosial. Argumentasi rasional tentang arti dan hakikat kehidupan, tentang Tuhan dan kesadaran akan kematian menimbulkan relegi, dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sampai pada pengalaman agamanya para tasauf. Agama merupakan tempat mencari makna hidup yang final dan ultimate. Dan pada gilirannya agama yang diyakini merupakan sumber motivasi tindakan individu dalam hubungan sosial dan kembali kepada konsep hubungan agama dengan masyarakat, di mana pengalaman keagamaan akan terefleksikan pada tindakan sosial dan individu dengan masyarakat yang seharusnya tidak bersifat antagonis.  Hubungan agama, kebudayaan dan masyarakat serta agama berfungsi sebagai alat pengatur pengontrol dan sekaligus membudayakannya dalam arti mengungkapkan apa yang ia percaya dalam bentuk-bentuk budaya yaitu dalambentuk etis, seni bangunan, struktur masyarakat, adat istiadat dan lain-lain.  Pengaruh timbal balik antara agama dan budaya, dalam arti agama mempengaruhi kebudayaan, kelompok masyarakat, suku bangsa. Kebudayaan cenderung mengubah keaslian agama sehingga meng- hasilkan penafsiran berlainan.  Agama dan Budaya memiliki keter- hubungan yang erat, yakni agama berperan sebagai konsepsi budaya dan sebagai realitas budaya yang terdapat di Indonesia. Budaya merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang ada di alam raya ini. Dengan kemampuan akal pikiran yang dimiliki oleh manusia maka manusia mampu menciptakan suatu kebudayaan. Kebudayaan digunakan untuk memahami agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat. Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dengan keanekaragaman kebudayaan Indonesia dapat dikatakan memiliki keunggulan dibandingkan dengan negara lain, di mana Indonesia mampu menghasilkan potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. 


KRITIK DAN SARAN
Kritik kami sebagai penulis terhadap Budaya dalam Agama Hindu secara keseluruhan merupakan Perkembangan zaman dan teknologi yang semakin lama semakin canggih serta perdagangan bebas yang telah terjadi di dunia khususnya Indonesia telah meracuni bangsa Indonesia terhadap moral akhlak dan tatakrama pergaulan anak remaja, adat budaya Indonesia yang dulu katanya Indonesia kaya akan budayanya kini terhapus semua oleh yang namanya kemajuan zaman. Kebudayaan merupakan kekayaan suatu bangsa. Semakin banyak macam kebudayaan itu semakin kaya bangsa itu. Untuk itu pemahaman akan kebudayaa harus ditanamkan sejak dini, agar para generasi muda dapat melestarikan dan melindungi kebudayaan bangsa sendiri dari bahaya pihak luar.
Adapun saran yang ingin penyusun sampaikan kepada pembaca adalah agar makalah ini dapat menambah pengetahuan lagi mengenai kebudayaan Indonesia. Selain itu, diharapkan juga agar para pembaca dapat mengenal atau mengetahui kebudayaan yang ada di Indonesia. Sehingga, kita dapat bersama-sama melestarikan budaya Indonesia yang ada. Agar kita tidak lebih banyak lagi kehilangan budaya kita.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-budaya/
Arafah, Burhanuddin. Warisan Budaya, Pelastarian dan Pemanfaatannya, fakultas ilmu budaya, universitas hasanudin (UNHAS)
Geertz, Clifford, 1992, Kebudayaan dan Agama, Kanisius: Yogyakarta
https://www.balitoursclub.net/tradisi-unik-di-bali/




Tidak ada komentar:

Posting Komentar