Adat, Tradisi, Agama, Budaya Hindu Bali

Minggu, 05 April 2020

EKSISTENSI WARIGA DI ERA 4.0

EKSISTENSI WARIGA DI ERA 4.0


OLEH 
KELOMPOK V
NI KADEK WINDI FITRILIA SUPIARTA (17.1.015)
I MADE DWI LARTIKA (17.1.016)
IDA AYU MADE SASIH ARI PURNAMA (17.1.017)


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
AGAMA HINDU AMLAPURA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU
SEMESTER VI
2020


Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas asung kerta wara nugraha-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Wariga , yang secara khusus membahas tentang Eksistensi Wariga di era 4.0.
Penulisan makalah  ini merupakan ide-ide dan pemikiran penulis yang didasarkan pada refrensi terpercaya, sehingga tugas ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Melalui penulisan  makalah ini disampaikan ucapan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu, yakni:
Drs. I Wayan Dwija, M.Pd, selaku Ketua STKIP Agama Hindu Amlapura yang telah mendukung baik secara moral dan material,
I Komang Badra, S.Pd,M.H, selaku dosen pengapu mata kuliah Wariga,
Segenap pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga dalam segala keterbatasan makalah ini tetap dapat bermanfaat bagi teman-teman. Namun dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini tentu masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu saya sebagai penulis mohon kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga makalah saya menjadi semakin baik.

Amlapura,29 Maret 2020

                  Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bagi sebagian orang mungkin istilah Wariga merupakan sesuatu yang asing, tetapi sesungguhnya tanpa disadari konsepnya terkadang sudah diterapkan. Wariga pada dasarnya bersumber dari ajaran jyotisa tergolong kelompok Wedangga yang merupakan pelengkap Weda, dan sebagai batang tubuh dari Weda, yang isinya membahas tentang peredaran tata surya, bulan, bintang, dan benda  benda langit lainnya, yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan ini dalam melaksanakan upacara/yadnya.
Wariga adalah pengetahuan yang sangat terkenal dimasyarakat. Para petani mempelajari wariga untuk mencari masa bercocok tanam. Para pedagang mepelajarinya untuk mencari hari baik untuk mulai berdagang. Membuat alat perdagangan dan berbagai bentuk keberuntungan. Para pendeta (brahmana) mempalajari wariga, untuk mennentukan saat-saat berupacara. Oleh karena itu, wariga merupakan pengetahuan yang sangat popular.
Ajaran Wariga sejak dahulu sudah dikenal oleh para leluhur kita, baik di Indonesia maupun di India. Tentang Wariga di India dikenal dengan istilah Jyotisa, sedangkan dewasa ini umumnya dikenal dengan Astronomi/Astrologi. Pertumbuhan ajaran Wariga yang selanjutnya akan kita bahas antara lain tentang pengertian, sumber ajaran Wariga, pertumbuhan/perkembangan Wariga dan susunan tata surya menjadi nama-nama hari.
Dengan memahami  pengertian, sumber, pertumbuhan dan perkembangan dan susunan tata surya sebagai landasan ajaran Wariga, diharapakan kita dapat menghayati dan mengamalkan ajaran Agama Hindu secara baik khusunya dalam hal untuk memulai sesuatu perkejaan maupun melangsungkan upacara/upakara yadnya.
Dengan mempelajari Wariga diharapkan anda dapat memahami hakekat kebenaran Hindu secara utuh dan bulat, dalam arti tidak hanya mengetahui dari satu sisi saja, melalui pemahaman yang lebih luas dan menyeluruh diharapkan tidak terjadi persepsi yang keliru dalam memandang Agama Hindu dengan segala asfeknya.
Rumusan Masalah
Apa pengertian wariga ?
Apa saja dampak dari Wariga?
Bagaimana eksistensi wariga di era 4.0 ? 
Tujuan 
Untuk mengetahui pengertian wariga.
Untuk mengetahui dampak dari Wariga.
Untuk mengetahui eksistensi wariga di era 4.0.


BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Wariga
Wariga dan dewasa adalah dua istilah yang paling umum diperhatikan oleh umat hindu khususnya di bali bila ingin mencapai kesempurnaan dan keberhasilan. Kedua ilmu itu merupakan salah satu cabang ilmu agama yang dihubungkan dengan ilmu astronomi atau Jyotisa Sastra sebagai salah satu wedangga. Walaupun kedua ilmu tersebut sebagai salah satu cabang ilmu weda, namun pendalamannya tidak banyak diketahui kecuali untuk tujuan praktis pegangan oleh para pendeta dalam memberikan petunjuk baik buruknya hari dalam hubungannya untuk melakukan usaha agar supaya berhasil dengan mengingat hari atau waktu dalam sistim sradha hindu yang dipengaruhi oleh unsur kekuatan tertentu dan planet-planet itu.
Dalam lontar yang disebut Keputusan Sunari mengatakan bahwa kata wariga berasal dari dua kata, yaitu wara yang berarti puncak/istimewa dan ga yang berarti terang. Sebagai penjelasan dikemukakan .iki uttamaning pati lawan urip, manemu marga wakasing apadadang, ike tegesing wariga. dari penjelasan ini jelas bahwa yang dimaksud dengan wariga adalah jalan untuk mendapatkan keterangan dalam usaha untuk mencapai tujuan dengan memperhatikan hidup matinya hari.
Disamping masalah itu, penentuan hari baik berdasarkan perhitungan menurut wariga disebut padewasan (dewasa). Jadi dewasa tidak lepas dari ilmu wariga dimana di dalam wariga, urip hari telah terperinci secara baku. Ini harus dipegang sebagai keyakinan kepercayaan. Dasarnya adalah percaya adan inilah agama.
Kata dewasa terdiri dari kata; de yang berarti dewa guru, wa yang berarti apadang/lapang dan sa yang berarti ayu/baik. Dengan demikian jelas bahwa dewasa adalah satu pegangan yang berhubungan dengan pemilihan hari yang tepat agar semua jalan atau perbuatan itu lapang jalannya, baik akibatnya dan tiada aral rintangan.
Masalah wariga dan dewasa mencakup pengertian pemilihan hari dan saat yang baik, ada perlu diperhatikan beberapa ketentuan yang menyangkut masalah wewaran, wuku, tanggal, sasih dan dauh dimana kedudukan masing-masing waktu itu secara relative mempunyai pengaruh .
didalilkan sebagai berikut:
Wewaran dikalahkan oleh wuku 
Wuku dikalahkan oleh tanggal panglong 
Tanggal panglong dikalahkan oleh sasih 
Sasih dikalahkan oleh dauh 
Dauh dikalahkan oleh de Ning (keheningan hati).
Untuk dapat memahami hubungan kesemuanya itu perlu mempelajari arti wewaran dan hubungannya dengan alam ghaib.
Wewaran
Wewaran berasal dari kata wara yang dapat diartikan sebagai hari, seperti hari senin, selasa dll. Masa perputaran satu siklus tidak sama cara menghimpunnya. Siklus ini dikenal misalnya dalam sistim kalender hindu dengan istilah bilangan, sebagai berikut;
Eka wara; luang (tunggal) 
Dwi wara; menga (terbuka), pepet (tertutup). 
Tri wara; pasah, beteng, kajeng. 
Catur wara; sri (makmur), laba (pemberian), jaya (unggul), menala (sekitar daerah). 
Panca wara; umanis (penggerak), paing (pencipta), pon (penguasa), wage (pemelihara), kliwon (pelebur). 
Sad wara; tungleh (tak kekal), aryang (kurus), urukung (punah), paniron (gemuk), was (kuat), maulu (membiak). 
Sapta wara; redite (minggu), soma (senin), Anggara (selasa), budha (rabu), wrihaspati (kamis), sukra (jumat), saniscara (sabtu). Jejepan; mina (ikan), Taru (kayu), sato (binatang), patra ( tumbuhan menjalar), wong (manusia), paksi (burung). 
Asta wara; sri (makmur), indra (indah), guru (tuntunan), yama (adil), ludra (pelebur), brahma (pencipta), kala (nilai), uma (pemelihara). 
Sanga wara; dangu (antara terang dan gelap), jangur (antara jadi dan batal), gigis (sederhana), nohan (gembira), ogan (bingung), erangan (dendam), urungan (batal), tulus (langsung/lancar), dadi (jadi). 
Dasa wara; pandita (bijaksana), pati (dinamis), suka (periang), duka (jiwa seni/mudah tersinggung), sri (kewanitaan), manuh (taat/menurut), manusa (sosial), eraja (kepemimpinan), dewa (berbudi luhur), raksasa (keras).
Disamping pembagian siklus yang merupakan pembagian masa dengan nama-namanya, lebih jauh tiap wewaran dianggap memiliki nilai yang dipergunakan untuk menentuk ukuran baik buruknya suatu hari. Nilai itu disebut urip atau neptu yang bersifat tetap. Karena itu nilainya harus dihafalkan.
Wuku 
Disamping perhitungan hari berdawarkan wara sistim kalender yang dipergunakan dalam wariga dikenal pula perhitungan atas dasar wuku (buku) dimana satu wuku memilihi umur tujuh hari, dimulai hari minggu (raditya/redite).
1 tahun kalender pawukon = 30 wuku, sehingga 1 tahun wuku = 30 x 7 hari = 210 hari.
Adapun nama-nama wukunya sebagai berikut;
Sita, landep, ukir, kilantir, taulu, gumbreg, wariga, warigadean, julungwangi, sungsang, dunggulan, kuningan, langkir, medangsia, pujut, Pahang, krulut, merakih, tambir, medangkungan, matal, uye, menial, prangbakat, bala, ugu, wayang, klawu, dukut dan watugunung.
Tanggal dan Panglong
Selain perhitungan wuku dan wewaran ada juga disebut dengan Penanggal dan panglong. Masing masing siklusnya adalah 15 hari. Perhitungan penanggal dimulai 1 hari setelah (H+1) hari Tilem (bulan Mati) dan panglong dimulai 1 hari setelah (H+1) hari purnama (bulan penuh).
Sasih
Sasih secara harafiahnya sama diartikan dengan bulan. Sama sepertinya kalender internasional, sasih juga ada sebanyak 12 sasih selama setahun, perhitungannya menggunakan perhitungan Rasi sesuai dengan tahun surya (12 rasi = 365/366 hari) dimulai dari 21 maret. adapun pembagian sasih tersebut adalah;
Kedasa = Mesa = Maret  April.
Jiyestha = Wresaba = April  Mei.
Sadha = Mintuna = Mei  Juni.
Kasa = Rekata = Juni Juli.
Karo = Singa = Juli Agustus.
Ketiga = Kania = Agustus  September.
Kapat = Tula = September  Oktober.
Kelima = Mercika = Oktober  November.
Kenem = Danuh = November  Desember.
Kepitu = Mekara = Desember  Januari.
Kewulu = Kumba = Januari  Februari.
Kesanga = MIna = Februari  Maret.

Dauh/dedauhan
Merupakan pembagian waktu dalam satu hari. Sehingga dedauh ini berlaku 1 hari atau satu hari dan satu malam. Berdasarkan dedauhan maka pergantian hari secara hindu adalah mulai terbitnya matahari (5.30 WIB). Inti dauh ayu adalah saringan dari pertemuan panca dawuh dengan asthadawuh, antara lain;
Redite = Siang; 7.00  7.54 dan 10.18  12.42, malam; 22.18  24.42 dan 3.06 - 4.00 
Coma = Siang; 7.54  10.18, malam; 24.42  3.06 
Anggara = Siang; 10.00  11.30 dan 13.00  15.06, malam; 19.54  22.00 dan 23.30 - 1.00 
Buda = Siang; 7.54  8.30 dan 11.30  12.42, malam; 22.18  23.30 dan 2.30  3.06 
Wraspati = Siang; 5.30  7.54 dan 12.42  14.30, malam; 20.30  22.18 dan 3.06  5.30 
Sukra = Siang; 8.30  10.18 dan 16.00  17.30, malam; 17.30  19.00 dan 24.42  2.30 
Saniscara = Siang; 11.30  12.42, malam; 22.18  23.30.
Dampak Dari Wariga
Agama adalah kebenaran dan kebaikan. Orang-orang yang berpegang teguh padanya akan terimbas oleh kebenaran dan kebaikan agama. Wariga atau Dewasa adalah salah satu cara untuk menjalankan ajaran agama yang berkaitan dengan aktivitas keagamaan, termasuk kegiatan-kegiatan lain yang behubungan dengan kehidupan. Sehingga pengaruh dari pemahaman terhadap padewan berdampak pada prilaku agama yang semakin konsisten serta pengalaman agama yang semakin intensif. Sehingga kekuatan agama terhadap diri manusia terlihat dari berbagai dimensi kehidupan manusia dalam membentuk sikap keagamaan.
Ada beberapa dampak dari pemahaman wariga yang dapat membentuk sikap keagamaan antara lain :
Dampak Moral yaitu salah satu kecendrungan mengembangkan perasaan bersalah ketika manusia berprilaku menyimpang dari hal-hal  yang tertuang dari wariga dewasa.
Dampak Kongnitif yaitu meningkatkan pemahaman dan keyakinan manusia, bahwa segala keberhasilan yang diraih oleh manusia tidak saja berasal dari dalam dirinya (usaha) tetapi ada sesuatu kekuatan yang berasal dari luar dirinya yang bersumber dari Tuhan, yang turut serta memberikan undil dalam keberhasilan tersebut.
Dampak Efektif yaitu pengalaman batin seseorang yang merupakam salah satu faoktor yang ada dalam pengalaman setiap orang beragam. Sebagian orang mungkin menganggap bahwa pelaksanaan upacara-upacara sesuai dengan wariga dewasa sekedar seremonial saja, namun sebagian yang dengan khusuk berlandaskan keyakinan mencurahkan emosinya akan merasakan ketegangan dan kedamaian.
Dampak Psikomotor yaitu adanya kehati-hatian manusia dalam bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
Dampak Sosial yaitu dengan adanya pemahaman wariga dewasa manusia selalu membangun hubungan sosial yang harmonis, nukan saja sesama manusia tetapi juga dengan Tuhan dan alam lingkungannya.

Eksistensi Wariga di era 4.0.
Pada era 4.0 eksistensi wariga saat ini masih digunakan untuk menentukan hari baik melaksanakan upacara atau yadnya. Dengan adanya kalender saka bali, baik kalender bali digital maupun yang digunakan sehari  hari, orang bali tidak akan susah untuk menentukan hari baik berdasarkan wariga. 
Kalender Bali Digital merupakan salah satu referensi dari istilah, pengertian dan makna hari raya dan upacara yadnya umat Hindu ini. Dalam rujukan referensi ini, anda dapat menyesuaikan dengan hari, tanggal, wuku. Sebagai tambahan, kalender bali umumnya terdiri atas beberapa bagian penting, diantaranya; 
Bagian kepala; yang berisi Nama Bulan dan Tahun (seperti normalnya kalender internasional)
Badannya; berisikan tanggalan (seperti kalender internasional) dan beberapa tanda, diantaranya; Titik merah artinya Bulan Purnama, Titik Hitam artinya Bulan Tilem/Mati; lingkaran merah artinya hari raya besar agama hindu dan tanggal merah untuk hari libur nasional.
Bagian lengan kanan; berisikan daftar istilah wariga berdasarkan tanggal, yang berisikan juga keterangan hari-hari baik melakukan kegiatan/usaha/yadnya.
Bagian lengan kiri; berisikan nama-nama hari
Bagian kaki; berisikan daftar hari raya agama, daftar piodalan/upacara pura-pura besar di bali serta beberapa hari baik lainya.


Dengan adanya kalender bali tersebut, orang bali tidak akan susah untuk menentukan hari baik berdasarkan wariga dan dewasa ayu. tetapi apabila ingin mempelajari secara manual, tentu ada rumus baku untuk wariga kalender Bali tersebut. 


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Wariga adalah ilmu tentang perhitungan baik buruknya hari dalam rangka memulai suatu pekerjaan maupun melakukan yadnya berdasarkan pertimbangan  pertimbangan yang bijaksana sehingga menimbulkan keharmonisan dengan hasil yang memuaskan.
Dampak wariga tidak selamanya baik dan buruk. Sekarang tergantung penggunaan dan keperluan yang diperlukan. Menyesuaikan dengan keadaan dan kegiatan yang dilakukan.
Eksistensi wariga di era 4.0 semakin berkembang dengan adanya kalendar digital yang memudahkan dalam menentukan hari baik untuk upacara atau yadnya.
Saran 
Sebagai umat Hindu yang percaya ajaran Weda, dan salah satunya ajaran Jyotisa, maka setiap tindakan yang kita lakukan harus selalu bercermin pada ajaran Wariga agar hasil dari setiap tindakan yang kita lakukan menjadi maksimal.














Daftar Pustaka
Anonymous. (2016).Pengertian Wariga. Tersedia pada http://adhasa89.blogspot.com/2016/02/pengertian-wariga.html?m=1. Diakses 29 Maret 2020
Forum diskusi jaringan hindu nusantara. (2011). Kalendar  Bali Digital. Tersedia padahttp://sejarahharirayahindu.blogspot.com/2011/01/kalender-bali-digital.html?m=1. Diakses pada 29 Maret 2020.
Sudirga, Idabagus. 2016.Pendidikan Agana Hindu dan Budi Pekerti.Jakarta.Diakses pada 29 Maret 2020.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar