Adat, Tradisi, Agama, Budaya Hindu Bali

Kamis, 26 Maret 2020

ARTIKEL: YADNYA SESA

Oleh:
Ni Wayan Purnawitari
Prodi: Agama
NPM: 19.1.027


PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Yadnya sesa adalah yadnya yang paling sederhana sebagai realisasi dari panca yadnya yang dilaksanakan umat hindu dalam kehidupan sehari-hari yang biasanya dipersembahkan setelah selesai memasak berupa nasi yang berisi lauk pauk sebagai wujud syukur atas apa yang diberikan Sang Hyang Widhi kepada kita.Oleh karena itu penting sekali melakukan persembahan yadnya sesa,namun ada juga yang tidak paham akan pentingnya yadnya sesa bahkan juga melupakan persembahan itu.Oleh karena itu perlu adanya sosialisasi tentang apa itu yadnya sesa,makna dari yadanya sesa dan tujuan dari yadnya sesa sehingga nantinya semua masyarakat ingat melakukan persembahan dan mengerti betul apa itu yadnya sesa agar tidak sekedar menghaturkan saja tetapi tidak mengerti makna  dan tujuannya.


PEMBAHASAN

Pengertian Yadnya Sesa
Yadnya Sesa adalah yadnya yang paling sederhana dari panca yadnya yang dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari dimana yadnya sesa dilaksanakan setelah memasak yang dihaturkan berupa nasi berisi lauk pauk sebagai wujud syukur atas anugerahyang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi.Dalam kitab-kitab weda disebutkan bahwa apapun yang dinikmati hendaknya terlebih dahulu dipersembahkan kepada Ida Sang Hyang Widi.Persembahan yadnya sesa yang sempurna dihaturkan lalu dipercikan air bersih dan disertai dupa menyala sebagai saksi dari persembahan itu namun persembahan yang sederhana bisa dilakukan tanpa memercikan air bersih dan menyalakan dupa karena wujud yadnya sesa itu sendiri dibuat sangat sederhana. Dalam melaksanakan persembahan Yadnya Sesa hendaknya dilandasi dengan dharma dan etika yang baik serta ketulusan hati,sebagaimana diketahui bahwa yadnya sebagai sarana untuk menghubungkan diri dengan Sang Hyang Widhi Wasa untuk mendapat kesucian jiwa.Tidak saja menghubungkan diri kepada tuhan namun juga dengan manifestasi-nya dan makhluk ciptaan,nya termasuk alam beserta isinya.
Yadnya Sesa juga merupakan penerapan dari ajaran kesusilaan hindu,yang menuntut umat untuk slalu bersikap anersangsya yaitu tidak mementingkan diri sendiri dan ambeg para mertha yaitu mendahulukan kepentingan di luar diri. Didalam kitab Manawa Dharma Sastra Adhyaya III 69 dan 75 dinyatakan: dosa-dosa yang kita lakukan saat mempersiapkan hidangan sehari-hari itu bisa dihapuskan dengan melakukan yadnya sesa.Selain itu dengan tujuan agar memperoleh kehidupan dan penghidupan,dengan mengambil pijakan dari sloka  Bhagawad Gita III, 13 yang berbunyi:
Yadjna sistasinah santo,
Mucuante sarwa kilbisaih,
Bunjate te twagham papa
Ye pacanty atma karanat.
Artinya: ia yang memakan sisa yadnya akan terlepas dari segala dosa, tetapi ia yang memasak makanan hanya bagi dirinya sendiri,sesungguhnya makan dosanya sendiri.
Kita yakin bahwa usaha apa pun pasti menghasilkan, demikian juga dalam melaksanakan Yadnya Sesa memohon anugerah Hyang Widhi Wasa untuk selalu dianugerahi benih kehidupan dan kenikmatan hidup di dunia ini.Oleh karena itu tentu umat harus menyadari untuk memberikan persembahan dengan beryadnya, seperti halnya mempersembahkan makanan atau yadnya sesa.Makanan merupkan sumber kehidupan dank arena adanya makanan maka semua makhluk hidup di jagat raya ini dapat hidup,persembahan yadnya sesa walaupun wujudnya sangat sederhanadan nampaknya kecil,namun hakikat yadnya sesa itu sangatlah mulia dan luhur ,yang mengandung makna spiritual untuk menentramkan kehidupan makhluk yang lainnya.Makanan yang dinikmati manusia buakan semata-mata merupakan hasil usaha manusia itu sendiri tetapi manusia memperolehnya secara bersama-sama antara makhluk yang satu dengan makhluk lainnya.Serta diperlukan pula bantuan dari unsure kekuatan alam yang disebut dengan “Panca Maha Bhuta” yakni adanya kekuatan tanah(pertiwi), air(apah), panas(api atau teja), angin(bayu), ether(akasa).
Adanya nasi atau makanan ini juga berkat kekuatan atau kemahakuasaan Hyang Widhi melalui manifestasi-nya yang disebut dengan Tri Murti yakni tiga macam kekuatan tuhan dalam melindungi dan menganugerahi umatnya. Beras dapat dimasak atau dimatangkan menjadi nasi berkat adanya tiga kekuatan yakni kekuatan Dewa Brahma dengan kekuatan panasnya,Dewa Wisnu dengan kekuatan airnya dan Dewa Siwa dengan kekuatan penyupatannya. Dari tiga kekuatan tersebut menyatu secara bersama-sama sehingga bermula dari beras hingga matang dan diperoleh nasi itu. Proses inilah yang merupakan satu kerjasama manusia baik secara sekala maupun niskala,oleh karena mansia menikmati makanan ini atas dasar kebersamaan dan merupakan pemberian maka patutlah makanan itu dipersembahkan kembali pada kekuatan alam lainnya melalui yadnya sesa atau banten saiban. 
Ada 5(lima) tempat penting yang dihaturkan Yadnya Sesa sebagai simbul dari Panca Maha Bhuta:
Pertiwi (tanah) biasanya ditempatkan pada pintu keluar rumah atau pintu halaman.
Apah (air) biasanya ditempatkan sumur atau tempat air.
Teja (api) biasanya ditempatkan d idapur,pada tempat masak(tungku) atau kompor.
Bayu biasanya ditempatkan pada beras,bisa juga ditempatkan pada nasi.
Akasa biasanya ditempatkan pada tempat sembahyang(pelangkiran,pelinggih).
Sarana persembahan dalam mempersembahkan Yadnya Sesa:
Alas dari daun yang dibentuk segi empat (makna simbolik segi empat adalah Sthiti)
Jumlahnya minimal 5 - 1.800 (jumlah 1.800 muncul dalam lontar sundari siksa yang menyebutkan bahwa di alam raya terdapat 1800 bhuta kala dan di perumahan 54 bhuta kala),atau sesuai dengan jumlah yang ingin diberikan haturan sebagai tanda ucapan terima kasih.
Satu jumput nasi berisi lauk pauk diletakan dengan tangan kanan yang dimasak pada pagi hari itu.
Dapat pula ditambah dengan api dupa + ait tirtha dalam takir.
Semua banten diletakan di atas sebuah nampan,ingka atau tempat lainnya.

Tata cara mempersembahkan Yadnya Sesa:
Ketika menghaturkan yadnya sesahendaknya menggunakan pakaian yang sopan sesuai dengan budaya/etika setempat.
Menggunakan nampan atau ingka di bawa dengan sikap hormat sesuai dengan etika dan etiket setempat,nampan diletakan di atas telapak tangan kanan yang posisinya tengadah setinggi bahu.
Sewaktu akan meletakan banten saiban nampan dipindahakan ke tangan kiri dengan sikap telapak tangan kanan tengadah setinggi bahu.
Sikap tubuh, tat kala menghaturkan banten yaitu: pad asana (berdiri),setengah jongkok(tungkai kanan ditekuk kedepan,tungkai kiri ditekuk di belakangnya).
Letakan setiap jotan denga tangan kanan(sikap hormat di tempat yang layak sesuai tujuan)
Bila dilengkapi api,dupa diletakan di sebelah kanan.
Takir berisi air tirta diletakan di sebelah kiri banten.
Setelah saiban diletakan,kemudian di sirati dengan tirta panglukatan sebanyak 3 kali
Ucapan terima kasih (dengan bahasa yang dihayati) kepda Sang Hyang Widhi atas karunianya melaui Sang Hyang Pnaca Maha Bhuta sehingga kita bisa menikmati anugerahnya dan dapat bertahan bhidup untuk berkarma/beryadnya (dharma)
Sambil berdoa,tangan kanan dengan telpaknya menghadap ke banten di kibaskan sebanyak 3 kali (ayab) dari dada ke arah depan.

Makna Yadnya Sesa
Makna filosofis pelaksanaan yadnya sesa adalah berkat Ida Sang Hyang Widhi dalam wujud panca maha bhuta (api,air,udara,tanah dan akasa) manusia dapat menikmati makanan untuk mempertahankan hidupnya sehingga mampu untuk berkarma (dharma).Selain itu pelaksanaan Yadnya Sesa juga bermakna bahwa manusia setelah selesai memasak wajib memberikan persembahan berupa makanan,karena makanan merupakan sumber kehidupan di dunia ini.

Tujuan Yadnya Sesa
Tujuan,nya adalah Moksartham jagadhita ya ca iti dharma. Tujuan yadnya sesa menurut bhagawadgita adalah kebahagiaan dan pembebasan dosa,sealin itu juga sebagai wujud syukur atas apa yang diberikan Sang Hyang Widhi kepada kita.Sebagai mana diketahui bahwa yadnya sebagai sarana untuk menghubungkan diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa untuk memperoleh kesucian jiwa.Tidak saja kita menghubungkan diri pada Tuhan,juga pada manifestasinya dan makhluk ciptaanya termasuk alam beserta isinya.

Kesimpulan:
Jadi kesimpulan dari yadnya sesa adalah Yadnya yang dipersembahkan setelah selesai memasak yang berupa nasi berisi lauk pauk sebagai wujud syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas anugerah yang beliau berikan kepda kita, karena berkat beliau kita masih dapat menikmati makanan sampai saat ini dan melanjutkan kehidupan dimana yadnya sesa ini wajib dilakukan setiap hari oleh masyarakat.

Sumber:
https://panduarsana.com
https://inputbali.com
https://dharmadana.id
https://phdi.or.id
https://admiralcandra.wordpress.id





Tidak ada komentar:

Posting Komentar