Adat, Tradisi, Agama, Budaya Hindu Bali

Kamis, 26 Maret 2020

YADNYA SESA

OLEH:
I GUSTI AYU EVI ARSUCIARI

PENDAHULUAN
Dalam ajaran Hindu, Tuhan di puja sebagai yang ngiyangin 'mengisi' berbagai aspek kehidupan, tempat ruang dan waktu. Seperti Pasar, kebun, sawah, pohon besar, batu besar, kantor, peternakan, perdagangan, kekayaan, kesehatan, kesenian, ilmu pengetahuan, kerajinan untuk menyebut beberapa contoh. Hampir tidak ada aspek kehidupan yang lepas dari kemahakuasaan Hyang Widhi.
Dalam pemujaan, Tuhan dikehendaki hadir, dihadirkan, dinginkan oleh umat Hindu (ista) dimohon, diundang hadir pemujanya sehingga Hyang Widhi yang dipuja adalah Tuhan sebagai personal god, Tuhan yang berpribadi yang menjadi junjungan, dimuliakan penyembahnya. Ista Dewata dipandang sebagai 'tamu' yang dimohon kehadiran-Nya menyaksikan sembah bhakti umat. Cara menghadirkanNya baik sewaktu-waktu seperti piodalan, hari suci, purnama, tilem disebut naimitika karma. Sementara dalam keseharian disebut nitya karma seperti: tri sandya, doa, yadnya sesa.
Sebagai Umat Hindu Kita meyakinai bahwa: adanya makhluk hidup karena makanan, adanya makanan karena hujan, adanya hujan karena Yadnya, adanya Yadnya karena karma. Ini mengandung makna yang sangat mulia bagi manusia. Hidup ini senantiasa memerlukan kebutuhan-kebutuhan yang seimbang antara jasmani dengan rohani. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus berusaha dengan karmanya guna membuahkan hasil atau pahala.
Demikian juga bahwa manusia untuk tetap menunaikan kewajibannya untuk melaksanakan Yadnya,, baik Yadnya yang dilakukan setiap hari atau nitya karma maupun Yadnya yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu.
Yadnya sesa, persembahan kecil dan sederhana disebut saiban. Disejajarkan dengan rayunan, sodaan, ajuman yang artinya persembahan berupa makanan. Umat Hindu meyakini bahwa apa yang diterimanya bersumber dari Hyang Widhi oleh karenanya kita punya kewajiban mensyukuri kembali dengan menghaturkannya. Bhagawadgita menyebutkan Tuhan menciptakan semesta berkat Yadnya oleh karenanya sudah menjadi kewajiban kita untuk beryadnya.
PENJELASAN
Pengertian Yadnya Sesa
Yadnya sesa atau banten saiban merupakan salah satu yadnya atau persembahan yang dilakukan setiap hari yang sering disebut dengan Nitya Karma. Yadnya sesa ini dilakukan setelah selesai memasak dan sebelum menikmati makanan yang telah dimasak. Melaksanakan persembahan atau yadnya merupakan kewajiban serta tugas bagi umat Hindu untuk menunaikannya. Dalam menunaikan tugas dan kewajiban tersebut hendaknya dilandasi dengan dharma dan etika yang baik serta ketulusan hati. Sebagaimana diketahui bahwa yadnya sebagai sarana untuk menghubungkan diri dengan Sang Hyang Widhi Wasa untuk memperoleh kesucian jiwa. Tidak saja kita menghubungkan diri dengan Tuhan, juga dengan manifestasi-Nya dan makhluk ciptaan-Nya termasuk alam beserta dengan isinya. Dengan demikian yadnya merupakan persembahan dan pengabdian yang tulus iklas tanpa adanya harapan untuk medapatkan imbalan-imbalan.
Yadnya sesa atau mebanten nasi seusai masak juga merupakan penerapan dari ajaran kesusilaan Hindu, yang menuntut umat untuk selalu bersikap anersangsya yaitu tidak mementingkan diri sendiri dan ambeg para mertha yaitu mendahulukan kepentingan di luar diri. Pelaksanaan yadnya sesa juga bermakna bahwa manusia setelah selesai memasak wajib memberikan persembahan berupa makanan, karena makanan merupakan sumber kehidupan di dunia ini.
Dari penjelasan tadi tentu umat harus menyadari untuk memberikan persembahan dengan beryadnya, seperti halnya mempersembahkan makanan atau yadnya sesa. Makanan merupakan sumber kehidupan dan karena adanya makanan, maka semua makhluk di jagat raya ini dapat hidup. Persembahan makanan dalam bentuk yadnya sesa walaupun wujudnya sangat sederhana dan nampaknya kecil, namun hakikat yadnya sesa itu sangatlah mulia dan luhur, yang mengandung makna spiritual untuk menenteramkan kehidupan makhluk yang lainnya. Makanan yang dinikmati manusia bukan semata-mata merupakan hasil usahanya sendiri saja, tetapi manusia memperolehnya secara bersama-sama antara makhluk yang satu dengan makhluk yang lainnya. Serta diperlukan pula bantuan dari unsur kekuatan alam yang disebut dengan “Panca Maha Butha” yakni adanya kekuatan tanah (pertiwi), air (apah), panas (api atau teja), angin (bayu), ether (akasa). Adanya nasi atau makanan ini juga berkat kekuatan atau kemahakuasaan Hyang Widhi melalui maifestasinya yang disebut dengan Tri Murti yakni tiga macam kekuatan Tuhan dalam melindungi dan menganugerahi umatnya. Beras dapat dimasak atau dimatangkan menjadi nasi berkat adanya tiga kekuatan tadi yakni Dewa Brahma dengan kekuatan panasnya, Dewa Wisnu dengan kekuatan airnya, dan Dewa Siwa dengan kekuatan penyupatannya. Dari ketiga kekuatan tersebut menyatu secara bersama-sama sehingga bermula dari beras hingga menjadi matang dan diperolehlah nasi itu.
Proses inilah yang merupakan suatu kerjasama manusia baik secara Sekala maupun Niskala sehingga dapat menikmati makanan. Oleh karena manusia menikmati makanan ini atas dasar kebersamaan dan merupakan pemberian, maka patutlah makanan itu di persembahkan kembali pada kekuatan alam lainnya melalui yadnya sesa atau banten saiban itu sendiri. Dengan demikian dapatlah di artikan bahwa yadnya sesa merupakan persembahan umat Hindu dengan mempersembahkan sebagian kecil dari makananya yang berupa nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran dan garam yang dialasi dengan taledan yang terbuat dari daun pisang, yang secara rutin dilaksanakan setiap hari sehabis makanan itu dimasak dan setelah itu baru dinikmatiya. Persembahan yadnya sesa ini di sesuaikan dengan kebutuhan masing-masing terutama pada tempat-tempat yang dianggap penting. Kita sebagai umat Hindu dan sebagai umat manusia yang diciptakan dengan yadnya, maka sudah sepatutnyalah kita melaksanakan yadnya ; baik untuk menyucikan diri, mendekatkan diri pada Tuhan maupun sebagai ucapan terima kasih kita pada apa yang telah kita peroleh di dunia ini. Pelaksanaan Yadnya Sesa atau Ngejot ini ditujukan kehadapan :
Sang Hyang Widhi Wasa beserta semua manifestasinya (Sang Hyang Siwa Raditya atau Sang Hyang Surya) suguhan ditempatkan diatas atap rumah atau di atas tempat tidur pada pelangkiran yang telah disediakan.
Sang Hyang Brahma bertempat di tungku atau tempat memasak.
Sang Hyang Wisnu bertempat di tempat menyimpan air atau bisa juga disumur.
Sang Hyang Amerta atau Dewi Sri bertempat di penyimpanan beras atau nasi.
Sang Hyang Pertiwi bertempat di halaman rumah yang juga ditujukan kehadapan bhuta-bhuti.
Kehadapan Penunggun Karang bertempat di Tugu.
Kehadapan Bhatara-Bhatari dan roh suci leluhur bertempat di Merajan dan Sanggar yang lainnya.
Serta pada tempat-tempat yang lainnya yang dipandang perlu dan jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan setempat.
Hakikat pelaksanaan Yadnya Sesa tersebut di atas dapat bermakna bahwa Hindu dimanapun berada senantiasa membiasakan diri untuk mendahulukan kepentingan umum atau para dharma dari pada kepentingan pribadi atau swadharma. Juga berarti untuk mendahulukan dharma bakti dan kewajiban daripada pamrih atau kehendak menurut hak untuk diri sendiri.
Jadi Yadnya Sesa sebaiknya memang dilakukan sehabis memasak karena pada saat itu makanan bisa dibilang masih suci (sukla). Jadi persembahkanlah dahulu makanan yang kita masak untuk kepada para dewa sebelum kita hidangkan untuk diri sendiri.
Tata Cara Mempersembahkan Yadnya Sesa
Ketika menghaturkan yadnya sesa hendaknya menggunakan pakaian yang sopan sesuai dengan budaya / etika setempat ketika menghadap orang yang dihormati.
Nampan atau ingka dibawa dengan sikap hormat sesuai dengan etika dan etiket setempat, diletakkan di atas telapak tangan kanan yang posisinya tengadah setinggi bahu.
Sewaktu akan meletakkan banten saiban, nampan dipindahkan ke tangan kiri dengan sikap telapak tangan tengadah setinggi bahu.
Sikap tubuh tatkala menghaturkan banten yaitu : padasana (berdiri), setengah jongkok (tungkai kanan ditekuk ke depan, tungkai kiri ditekuk di belakannya).
Letakkan setiap jotan dengan tangan kanan (sikap hormat) di tempat yang layak dan sesuai tujuan
Bila dilengkapi api dupa diletakkan di sebelah kanan
Takir berisi air tirta diletakan di sebelah kiri banten
Setelah saiban diletakkan, kemudian disirati dengan tirta panglukatan sebanyak 3 kali
Ucapan terima kasih (dengan bahasa yang dihayati) kepada sang hyang widhi atas karunia-Nya melalui sang hyang panca maha bhuta sehingga kita bisa menikmati anugerah-Nya dan dapat bertahan hidup untuk berkarma / beryadnya (dharma)
Sambil berdoa, tangan kanan dengan telapaknya menghadap ke banten dikibaskan sebanyak 3 kali (ayab) dari dada ke arah depan.

Sarana Untuk Membuat Persembahan
Alas dari daun yang dibentuk segi empat (makna simbolik segi empat adalah Sthiti),
Jumlahnya minimal 5 – 1.800 (jumlah 1.800 muncul dalam lontar sundari siksa yang menyebutkan bahwa di alam raya terdapat 1800 Bhuta kala dan di perumahan 54 bhuta kala), atau sesuai dengan jumlah yang ingin diberikan haturan sebagai tanda ucapan terima kasih.
Satu jumput Nasi dan lauk pauk diletakan dengan tangan kanan yang dimasak pada pagi hari itu.
Dapat pula ditambah dengan api dupa + air tirtha dalam takir
Semua banten diletakkan di atas sebuah nampan, ingka atau tempat lainnya.



KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan yaitu :
Yadnya sesa atau mebanten saiban merupakan penerapan dari ajaran kesusilaan Hindu, yang menuntut umat untuk selalu bersikap anersangsya yaitu tidak mementingkan diri sendiri dan ambeg para mertha yaitu mendahulukan kepentingan di luar diri.
Pelaksanaan Yadnya sesa merupakan jenis Yadnya yang dilaksanakan oleh umat Hindu sehari-hari atau Nitya Karma. Yajña sesa adalah persembahan yang tulus ikhlas dengan mempersembahkan makanan berupa nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran, garam, dan air, yang dilaksanakan setelah selesai memasak yang dipersembahkan pada tempat-tempat tertentu.
Pelaksanaan Yadnya Sesa bermakna bahwa Hindu dimanapun berada senantiasa membiasakan diri untuk mendahulukan kepentingan umum atau para dharma dari pada kepentingan pribadi atau swadharma

SUMBER ARTIKEL
https://phdi.or.id/artikel/yadnya-sesa
https://manacikapura.wordpress.com/tattwa/yadnya/yajsesa/
https://wisdanarananda.blogspot.com/2014/12/makna-dan-etika-dalam-yadnya-sesa.html
https://hindubali.blogspot.com/2010/06/pelaksanaan-yadnya-sesa.html
https://admiralcandra.wordpress.com/yadnya-sesa-mebanten-nasi/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar