Adat, Tradisi, Agama, Budaya Hindu Bali

Minggu, 29 Maret 2020

YADNYA SESA

https://drive.google.com/drive/u/1/my-drive

OLEH:
NI KADEK SRI UNI WAWAN
19.1.001



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU
STKIP AGAMA HINDU AMLAPURA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

PENDAHULUAN
Dalam ajaran hindu, Tuhan di puja sebagai yang nyiangin “mengisi” berbagai aspek kehidupan, tempat ruang dan waktu. Seperti pasar, kebun, sawah, pohon besar, batu besar, kantor, peternakan, perdagangan, kekayaan, kesehatan, kesenian, ilmu pengetahuan, kerajinan untuk menyebut beberapa contoh. Hampir tidak ada aspek kehidupan yang lepas dari kemahakuasaan Hyang Widhi. Dalam pemujaan, Tuhan di kehendaki hadir, dihadirkan, diinginkan oleh umat Hindu (ista) dimohon, diundang hadir pemujanya sehingga Hyang Widhi yang dipuja adalah Tuhan sebagai personal good, Tuhan yang berpribadi yang menjadi junjungan, di muliakan penyembahnya. Ista Dewata di pandang sebagai “tamu” yang di mohon kehadiran-Nya  menyaksikan sembah bhakti umat. Cara menghadirkan-Nya baik sewaktu-waktu seperti piodalan, hari suci, purnama, tilem disebut naimitika karma. Sementara dalam keseharian disebut nitya karma seprti, tri sandya, doa, yadnya sesa. 
Yadnya sesa, Persembahan kecil dan sederhana disebut juga saiban. Dijejerkan dengan rayunan, sodaan, ajuman yang artinya persembahan berupa makanan. Umat Hindu meyakini bahwa apa yang diterimanya bersumber dari Hyang Widhi oleh karenanya kita punya kewajiban mensyukuri kembali dengan menghaturkannya. Bhagawadgita menyebutkan Tuhan menciptakan semesta berkat Yadnya oleh karenanya sudah menjadi kewajiban kita untuk beryadnya. Melaksanakan persembahan atau yadnya merupakan kewajiban serta tugas bagi umat hindu untuk menunaikannya. Dalam menunaikan tugas dan kewajiban tersebut hendaknya di landasi dengan dharma dan etika yang baik serta ketulusan hati. Sebagaimana di ketahui bahwa yadnya sarana untuk menghubungkan diri dengan Sang Hyang Widhi Wasa untuk memproleh  kesucian jiwa. Tidak saja kita menghubungkan diri dengan tuhan, juga dengan manifestasinya dan makhluk ciptaanya termasuk alam beserta isinya. Dengan demikian yadnya merupakan persembahan dan pengbdian yang tulus ikhlas tanpa pamrih atau tanpa adanya harapan untuk mendapatkan imbalan imbalannya.


PEMBAHASAN
Pengertian Yadnya Sesa
Yadnya sesa atau banten saiban merupakan salah satu yadnya atau persembahan yang di lakukan setiap hari atau yang sering di sebut dengan Nitya Karma. Yadnya sesa merupakan yadnya yang paling sederhana sebagai realisasi Panca Yadnya yang dilaksanakan umat hindu dalam kehidupan sehari-hari. Melaksanakan yadnya sesa biasanya dilakukan setelah selesai memasak atau sebelum menikmati makanan .Dan sebaiknya memang mesaiban yang didahulukan, baru makan. Yadnya sesa atau mebanten saiban seusai masak juga merupakan penerapan dari ajaran kesusilaan Hindu, yang menuntut umat untuk selalu bersikap anersangsya yaitu tidak mementingkan diri sendiri dan ambeg para mertha yaitu mendahulukan kepentingan di luar diri. Pelaksaan yadnya sesa juga bermakna bahwa manusia setelah selesai memasak wajib memberikan persembahan berupa  makanan, karena makanan merupakan sumber kehidupan sehari- hari.
 Di dalam kitab Menawa Dharma sastra Adhyaya III 69 dan 75 dinyatakan: Dosa-dosa yang kita lakukan saat mempersiapkan hidangan sehari-hari itu bisa di hapuskan dengan melakukan yadnya sesa. Selain itu dengan tujuan agar meproleh kehidupan dan penghidupan, dengan mengambil pijakan dari sloka Bhagawad Gita III, 13 yang berbunyi ;
Yadnya sistasinah santo,
Mucuante sarwa kilbisaih,
Bunjate te twagham papa,
Ye pacanty atma karanat. 
Artinya:
Ia yang memakan sisa yadnya akan terlepas dari segala dosa, tetapi ia yang memasak makanan hanya bagi dirinya sendiri, sesungguhnya makan dosanya sendri.
Kita yakin bahwa usaha apapun yang dilakukan pasti akan menghasilakan, demikian juga dalam melaksankan yadnya sesa untuk selalu di anugerahi benih kehidupan dan kenikmatan di dunia ini. Alangkah nistanya kehidupan ini jika mengutamakan kepentingan kehidupan diri sendri, untuk menyenangkan diri pribadi saja dengan mengorbankan yang lainnya, hidup yang hanya mengejar kepuasan diri pribadi sedangkan yang lainnya penuh dengan kesengsaraan dan kemelaratan, maka manusia yang demikian tidak ada bedanya dengan pribadi seorang pencuri. Dari penjelasan tersebut tentu umat menyadari untuk memberikan persembahan dengan beryadnya, seperti halnya mempersembahkan makanan atau yadnya sesa. Makanan merupakan sumber kehidupan dan karena adanya makanan, maka semua makhluk di jagat raya ini dapat hidup. Persembahan makanan dalam bentuk yadnya sesa walaupun wujudnya sangat sederhana dan nampaknya kecil namun hakikat yadnya sesa itu sangatlah mulia dan luhur, yang mengandung makna spiritual untuk menentramkan kehidupan makhluk lainnya. Makanan yang di dikmati manusia bukan semata-mata hasil usahanya sendiri saja, tetapi manusia memprolehnya secara bersama- sama antara makhluk yang satu dengan yang lainya. Serta di perlukan pula bantuan dari unsur kekuatan alam yang di sebut dengan “Panca Maha Bhuta” yakni pertiwi (tanah), apah (air), teja (api), bayu (angin), ether (akasa). Adanya nasi atau makanan ini juga berkat kekuatan atau kemahakuasaan Hyang Widhi melalui manifestasinya yang disebut dengan Tri Murti yakni tiga macam kekuatan tuhan dalam melindungi dan mengaugrahi umatnya. Beras dapat dimasak menjadi nasi berkat adanya tiga kekuatan tadi yakni Dewa Brahma dengan kekuatan panasnya, Dewa Wisnu dengan kekuatan airnya, dan Dewa Siwa dengan kekuatan penyupatannya. 
Proses inilah yang merupakan suatu kerjasama manusia baik secara skala maupaun secara niskala sehingga dapat menikmati makanan. Oleh karena manusia menikmati makanan ini atas dasar kebersamaan dan merupakan pemberian, maka patutlah makanan itu di persembahkan kembali kepada kekuatan alam lainnya melalui yadnya sesa merupakan
persembahan kembali pada kekuatan alam lainnyamelalui yadnya sesa atau banten saiban itu sendiri. Dengan demikian dapatlah di artikan bahwa yadnya sesa merupakan persembahan umat hindu dengan memepersembahkan sebagian kecil makanan yang berupa nasi , lauk pauk, sayur-sayuran dan garam yang di alasi dengan taledan yang terbuat dari daun pisang, yang secara rutin dilaksanakan setiap hari sehabis masak. Persembahan yadnya sesa ini di sesuaikan dengan kebutuhan masing-masing terutama pada tempat-tempat yang di anggap penting. Kita sebagai umat manusia yang di ciptakan dengan yadnya, maka sepatutnyalah kita melaksanakan yadnya; baik untuk menyucikan diri, mendekatkan diri kepada tuhan maupun sebagi ucapan terimakasih kepada tuhan atas apa yang telah di peroleh di kehidupan ini.
PELAKSAAN YADNYA SESA ATAU MESAIBAN INI DI TUNJUKAN KEHADAPAN: 
1. Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasinya (sang hyang siwa raditya atau sang hyang surya) sungguhan di tempatka di atap rumah atau di atas tempat pada pelangkiran yang telah di sediakan.
2. Sang Hyang Brahma bertempat di tungku atau tempat memasak.
3. Sang Hyang Wisnu bertempat di tempat menyimpan air atau bisa juga di sumur.
4. Sang Hyang Amerta atau Dewi Sri bertempat di penyimpanan beras atau nasi. 
5. Sang Hyang Pertiwi bertempat di halaman rumah yang juga di tunjukan kehadapan bhuta bhuti. 
6. Kehadapan Penunggu karang bertempat di tugu.
7. Kehadapan Bhatara-Bhatari dan roh suci leluhur berempat di Mejaran dan Sanggah yang lainnya.
8. Serta pada tempat-tempat yang lainnya yang di pandang perlu dan jumlahnya di sesuaikan dengan kebutuhan setempat.
Tempat –tempat melakukan saiban jika menurut Menawa Dharmasastra adalah: Sanggah perajan, dapur, jeding tempat minum air di dapur, batu asahan, lesung, dan sapu. Kelima tempat terakhir ini di sebut sebagai tempat di mana keluarga melakukan pembunuhan binatang dan tetumbuhan di tempat-tempat itu. 
SARANA BANTEN SAIBAN
Banten saiban adalah persembahan yang paling sederhana sehingga sarana-sarananya pun sederhana. Biasanya banten saiban di haturkan menggunakan menggunakan daun pisang yang diisi dengan nasi, garam dan lauk pauk yang di sajikan sesuai dengan apa yang dimasak hari itu, tidak ada keharusan untuk menghaturkan lauk tertentu.
Yadnya sesa (Mesaiban) yang sempurna adalah di haturkan lalu di percikkan air bersih dan di sertai dupa menyala sebagai saksi dari persembahan itu. Namun yang sederhana bisa di lakukan tanpa memercikkan air dan menyalakan dupa, karena wujud yadnya sesa itu sendiri di buat sangat sederhana. 
DOA DALAM YADNYA SESA (DOA MESAIBAN)
Yadnya sesa yang di tunjukkan kepada Hyang Widhi melalui Istadewata tempat air, dapur, beras/tempat nasi dan pelinggih /pelangkiran doanya adalah:
OM ATMA TAT TWATMA
SUDHAMAM SWAHA, SWASTI
SWASTI SARWA DEWA SUKHA
PRADHANA YA NAMAH SWAHA.
Artinya: Om Hyang Widhi, sebagai paramatma daripada atma semoga berbahagia semua ciptaanmu yang berwujud Dewa.



Yadnya sesa yang di tunjukan kepada simbol-simbol Hyang Widhi yang bersifat bhuta, Yaitu yadnya sesa yang di tempatkan pada pertiwi/tanah doanya:
OM ATMA TAT TWATMA
SUDHAMAM SWAHA, SWASTI 
SWASTI SARWA 
BHUTA, KALA DURGHA SUKHA
PRADANAYA NAMAH SWAHA.
Artinya: Om Sang Hyang Widh, Engkaulah paramatma daripada atma, semoga berbahagia semua ciptaanmu yang berwujud bhuta,kala dan durgha.
MAKNA DAN TUJUAN YADNYA SESA
Yadnya sesa atau mebanten saiban merupakan penerapan dari ajaran kesusilaan Hindu, yang menuntut umat untuk selalu bersikap anersangsya yaitu tidak mementingkan diri sendiri dan ambeg para mertha yaitu mendahulukan kepentingan di luar diri. Pelaksanaan yadnya sesa juga bermakna bahwa manusia setelah selesai memasak wajib memberikan persembahan berupa makanan, karena makanan merupakan sumber kehidupan di dunia ini 
Tujuan mesaiban yaitu sebagai wujud shyukur atas apa yang di berikan Hyang Widhi kepada kita. Sebagaimana diketahui bahwa yadnya sebagai sarana untuk menghubungkan diri dengan dengan Sang Hyang Widhi Wasa untuk memperoleh kesucian jiwa. Tidak saja kita menghubungkan diri dengan tuhan, juga dengan manifestasinya dan makhluk ciptaannya termasuk alam beserta dengan isinya. 






KESIMPULAN
Jadi kesimpulannya adalah tradisi umat Hindu di Bali yaitu mesaiban merupakan sebuah tradisi yang menghaturkan atau mempersembahkan apa yang di masak atau di sajikan untuk makan pagi hari kepada tuhan beresta manifestasinya terebih dahulu dan barulah sisanya kita yang memakannya. Semua sebagai wujud syukur kepada Tuhan dan menebus dosa atas dosa membunuh hewan dan tumbuhan yang di olah menjadi makanan. Hakikat pelaksanaan yadnya sesa tersebut di atas dapat bermakna mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan umum atau para dharma daripada kepentingan pribadi atau swadharma. Juga berarti mendahulukan dharma bakti dan kewajiban daripada kehendak menurut hak untuk diri sendri. Jadi yadnya sesa sebaiknya memang di lakukan sehabis memasak karena pada saat itu makanan bisa di bilang masih suci (sukla). Jadi persembahkanlah dahulu makanan yang kita masak untuk kepada para dewa sebelum kita hidangkan sendri sebagai ucapan terimakasih kita kepada sang pencipta karena telah memberikan penganugrahan di dunia.












SUMBER





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar