Adat, Tradisi, Agama, Budaya Hindu Bali

Selasa, 31 Maret 2020

PITRA YANDNYA



OLEH::
I WAYAN PUJA








PENDAHULUAN .
           Om Swastiastu .
           Masyarakat Hindu di seluruh Plosok Tanah Air ,sangat merasakan beberapa kesukaran yang dihadapi dalam melaksanakan yadnya .kesukaran itu terutama di dalam hal melaksanakan Pitra Yadnya Hal ini banyak unsur yang menyebabkan antara lain adalah unsur lingkungan .Maka dari pada itu untuk membantu Umat Hindu dalam melaksanakan Pitra Yadnya maka dipandang perlu untuk menyusun petunjuk sebagai acuan ataupun pedoman di dalam pelaksanaanya .
        Dalam Usaha itulah makalah ini saya susun dengan maksud akan dapat dimanfaatkan oleh Orang yang berkecimpung dalam kegiatan keagamaan terutama kepada mereka yang meminpin atau mengkoordinir Umat seperti Para Penglingsir ,Pinandita ,Balian Desa dan Tokoh Masyarakat Lainya ,yang pada prinsipnya dapat memenuhi kebutuhan bagi Umat Kita yang memerlukan dalam hal Pelaksanaan Pitra Yadnya .
Maka dari itu sesuai dengan manfaat buku ini adalah petunjuk yang memberikan tuntunan dalam hal pelaksanaan Pitra Yadnya ,tidak berlebihan bila buku ini kami berikan judul Tuntunan Pitra Yadnya .
Sebagai dengan judul yang Kami kemukakan diatas, Kami harapkan ,semoga isi buku ini sedikit demi sedikit dapat membantu dalam hal Pelaksanaan Upacara dan Upakara Pitra Yadnya bagi Umat Hindu .
   





DAPTAR ISI


BAB I ...............................................................................................................................1.0
TUNTUNAN PITRA YADNYA .............................................................................................1.1
PENGERTIAN PITRA YADNYA ...........................................................................................1.2
DASAR ADANYA PITRA YADNYA ......................................................................................1.3
TATA CARA PITRA YADNYA....................................................................................... ......1.4


BAB II ..............................................................................................................................2.0
MENDEM SAWA............................................................................................................. 2.1
MAKTIANG ......................................................................................................................2.2
MEGESENG ......................................................................................................................2.3


PENUTUP..........................................................................................................................3.0





BAB I.
       TUNTUNAN PITRA YADNYA 1.1
       Patut dikemukakan disini dalam penyusunan buku ini ,Kami menggunakan beberapa naskah baik yang didapat dari lontar – lontar ,brosur dan beberapa buku – buku lainya yang menyangkut hal Pitra Yadnya .juga tidak lepas dari petunjuk Para Rochaniwan Kita seperti Ida Para Sulinggih ,Pedanda ,dan Tokoh Masyarakat Lainya sehingga Kami Jadikan Pedoman dalam menyusun buku ini .
Beberapa diantara naskah yang kami pergunakan yaitu;
1.Purwa Yama Tatwa (lontar).
2.Sundarigama Tirta (lontar).
3.Lokadrsti (lontar cecantungan ).
4.Sang Hyang Aji Swamandala (Pustaka Bali Musium)
5.Plutuk Banten Pengabenan (Pustaka Bali Musium)
6.Upadeca (Parisada Hindu Dharma Denpasar )
7.Weda Parikrama ( G. Pudja  M. A ).
8.Brosur symposium Universitas Udayana Denpasar .
9.HasilParuman Sulinggih Tingkat Propensi Bali Tahun 1994/1995.
10.Manawa Dharma Sastra .
11.Agama Prakerti .
12.Siswa Tatwa Purana .
PENGERTIAN PITRA YADNYA .1.2
Kalimat Pitra Yadnya ,terdiri dari suku kata (Pitara )dan Yadnya (Korban ).
1.Suku Kata Pitra (Pitara )berarti Bapak /Ibu Leluhur Yang terhormat (Sinuhun ).
2.Yadnya ,berarti Penyaluran tenaga atas dasar suci untuk keselamatan bersama atau pengorbanan.
Pitra Yadnya adalah penyaluran (tenaga ,sikap,Tingkah Laku dan perbuatan )atas dasar suci (Ikhlas ) yang ditujukan kepada Leluhur ,untuk keselamatan bersama .

DASAR ADANYA PITRA YADNYA .1.3
1.  Berdasarkan keyakinan ,bahwa dengan merasa diri sesorang menjadi anak dari seseorang Ibu dan
     Bapak, maka sadarlah sesorang bahwa Ia dilahirkan ,dipelihara sejak kecil sampai Dewasa Oleh IBu
      dan Bapa   ( Imeme Ibapa ).
2. Kesadaran diri akan hal tersebut diatas maka sadarlah pula akan dirinya ,bahwa dia berhutang besar
     Kepada Ibu dan Bapak berupa hutang Jasa .Sesuai dengan Ucap Manawa Dharma Sastra No ;127
      Upacara yang ditunjukkan kepada Leluhur sangat Mulia sifatnya ,karena roh leluhur  
       merupaka  Dewa Yang terdekat bagi Umat Hindu setelah disucikan .
3. Kesadaran akan diri ,bahwa dalam hidup ini berhutang jasa terhadap orang tua baik semasih Orang
    Tua hidup dan setelah Orang Tua meninggal dunia , dalam agama Hindu disebut Pitra Rnam .
4.  Jika disimpulkan ,jelaslah bahwa dasar adanya Pitra Yadnya adalah Pitra Rnam .
5. Barang siapa sadar akan dirinya ,ia berhutang kepada orang lain ,maka iapun harus sadar akan
    dirinya   Mempunyai kewajiban untuk membayarnya .Demikianlah kesadaran akan diri 
     bahwa   dalam hidup ini kita memegang Pitra Rnam ,maka harus sadar pula untuk melaksanakan
     Pitra Yadnya .Pada Prinsipnya melakukan Pitra Yadnya adalah kewajiban hidup bagi seorang anak .
    Untuk memperkuat keterangan diatas yang pada akhirnya dapat mempertebal keyakinan Kita
     maka  dibawah ini diutarakan beberapa kutipan – kutipan Ninisastra ;

·         Tingkahing suta manuting Bapa gawenia mwang guna Pindhanen (Sargah I bait 13 garis 1)
·         Tan mangkang jana Putra ,Winwang iniwo tan Sah rinaksa namer… ( Sargah I bait 13 garis 1)
·         Ring Jadmadika metu Cita resepning sarwa Praja ngenaka …..(Sargah I bait 4 garis 1).
·         Yan ing Putra suputra sadhu gunawan memadangi kulawan dawa ……..(sargah V bait garis 4)

Maksudnya ; kewajiban(sikap tingkah laku dan perbuatan seorang anak patut mentaati Orang Tua dengan mempedomani guna baiknya ,sebab bukanlah hal itu yang menjadi kewajiban seorang anak yang benar –benar sadar pemeliharaan Orang Tua terhadap dirinya .Oleh karena itu seorang anak yang menghendaki hidup utama patut berlogika dalam mengusahakan kesejahtraan Orang Tua dan Keluarga sebab yang menjadi kewajiban seorang anakyang baik ialah anak yang disebut sadu gunawan ,yakni anak yang dapat memberikan cerahnya suasana keluarga .

TATA CARA PITRA YADNYA.1.4
        Dalam melaksanakan kewajiban seorang anak terhadap Orang Tua dalam Agama Hindu disebut Sutakirtya .Adapun tata cara yang dilakukan diarahkan kepada Orang Tua sasaran Pokok yaitu ;
1.       Sementara Orang Tuanya Masih hidup .
2.       Setelah Orang Tuanya meninggal dunia .

Demikian untuk keseimangan pelaksanaanya ,Tri Kerangka Agama Hindu merupakan pegangan yang tak boleh diabaikan ,yakni Tatwa ,Susila dan Upacara .
Marilah kita mulai bicarakan masing – masing sasaran pokok yakni ;
1.Semasih Orang Tua Hidup ;
               Dalam mengarahkan Sutakirtya terhadap orang Tua yang masih hidup ,lebih dititik beratkan kepada Susila dengan dijiwai inti hakekatnya, susila dimaksud bahwa seorang anak betapapun caranya dalam keadaan bagaimanapun dan dimanapun adanya ,wajib gumawe “Sukaning Wong Atuha “artinya usahakan membuat orang Tua kita merasa bahagia dalam hidupnya ,yang dinikmati dari cetusan bhakti dari sang anak .
             Sedangkan hakekat tersebut diatas ,jelaslah bahwa membuat sukaneng len ,berarti membuat sukaning diri pula .inilah yang disebut penyaluran tenaga untuk kepentingan bersama .
2.Setelah Orang Tua meninggal Dunia ;
         Mengarahkan Sutakirtya setelah Orang Tua meninggal ,pelaksanaanya lebih banyak tampaknya kepada Upacara secara simbolis ( Nyasa ),dalam bentuk Upakara atau banten yang dapat dikhayalkan menurut fantasi yakni cetusan hati nurani dan yang tersembunyi di dalamnya sifat – sifat rahasia ( inti hakekat )seperti tersebut didepan yaitu suatu usaha agar jiwatman orang Tuaanya dapat menunggal kembali dengan Paramaatma .
        Jadi dalam hubungan ini ,Pitra Yadnya lebih banyak mempergunakan Drwya Yadnya .
Upakara bebanten termasuk dalam Drwaya Yadnya ,bentuk bebanten dan sarana yang dipakai dalam Pitra Yadnya menurut sifatnya adalah wujud kesatuan yang harmonis dari berbagai unsure Hinduisma yakni Dewa Sambu , Dewa Brahma , Dewa Indra , Dewa Wisnu , Dewa Bayu , Kala , Siwa Budha .
Oleh karena itu tidaklah mengherankan kalau kita jumpai bermacam cara dilakukan dalam melaksanakan Pitra Yadnya atau Atiwa – tiwa dalam Agama hindu ,misalnya ada yang dipendem dan ada Pula Yang dibakar .
     Dibawah ini marilah kita bicarakan Tata Cara Pitra Yadnya atau Atiwa – tiwa .
Mependem .
1. Hembusan nafas Penghabisan ( Wau lampus ) .
Terhadap Orang yang baru meninggal Dunia dilakukan Doa (Puja Pralina ) oleh orang atau Keluarga yang menjumpai pertama kali (Pegat Angkihan ).Adapun maksud dan tujuan Puja Pralina ini ,mendoakan rokh orang yang meninggal diterima Oleh Ida Sanghyang Widi Wasa agar mencapai kesucian .

Mantra Pralina ;
Om A Ta Sa Ba I,Om Wa Si Ma Na Ya ,Om Mang Ang Ung .Mantra ini dapat dilanjutkan dengan
Mrayantu,Swargantu,Samantu ,Om Ksama Sampurna Ya Namah Swaha .Hal ini dapat Pula dilakukan denan doa bahasa Sehari - hari.
Jadi Usaha mayat diatur tempatnya secara wajar ditutupi kain disisinya ditempatkan tampian daun sirih ,kapur tembakau dan pinang .
2. Nyiramang layon ( Memandikan mayat).
Perlengkapan yang dibutuhkan ;
= Pepaga (Tandu).
=Ulap -ulap ( secarik kain putih yang dibentang diatas tempat memandikan dinatar pekarangan
=Daun pisang .
=Air penyiraman (Air tawar,air asem,air kumkuman )
=Alat - alat pengringkesan (Penglelelet) jika mungkin dapat diusahakan keramas kekerik,bablonyoh putih kuning ,gadung ,daun tunjung ,kapas daun intaran ,bunga menuh,waja daun terung ,pecahan cermin ,bunga -bungaan ,bebek ,ampok ampok ,kewangen angkeb rai tempatkan pada satu tempat ,jika semuanya sulit didapat maka janganlah dijadikan penghalang karena yang dicari memang tidak didapatkan .Gunakan apa adaya diantara itu semua .Selain yang tersebut diatas perlu diperhatikan dan perlu adanya Thirta Kahyangan Tiga ,Tirtha Pangentas,metanem ,Tirtha dari kahyangan yang  bersangkutan ,Tirtha Pabersihan dan Tirtha Panglukatan .Jika semua kahyangan belum ada ,dirikanlah Sanggah Pengayengan yang bersifat sementara ,dari sana ngayeng Hyang Sesunan .


Adapun yang patut melaksanakan ini antara lain ;
a.Sulinggih .
b.Pemangku Pura Dalem /Mrajapati .
c.Penglingsir Orang yang dituakan atau dipandang mampu melaksanakan Upacara dimaksud .

Penjelasan .
a.  Jika ada Sulinggih ,Tirtha Pangentas ,Penglukatan Pabersihan ,Penembak dan l
    lain - lai  langsung beliau yang membuat dengan Pujanya yang berlaku untuk itu .
b.Jika yang ada hanya pemangku Dalem atau yang sederajat dengan itu maka semua tirtha
     yang digunakan harus melalui ngelumbung atau Penagstawa sonteng kepada Hyang Widi         Bhatara baik secara ngayeng atau langsung ke Kahyangan yang telah ditentukan .
c. Bablonyoh :
  Bablonyoh di pasang masing - masing  :
 = Yang putih tempatnya di kepala.
 = Yang kuning tempatnya pada kaki.
     Maksudnya untuk kesempurnaan rokh ke alam asalnya.
d. Eteh-eteh
      Lanjutkan memasang sarana pada tubuh mayat sebagai berikut :
   = Daun intaran di kening , gadung di dada, pusuh menuh di lubang hidung , Cermin di mata
       ,waja di gigi, daun tuwung pada kemaluan (laki), daun tunjung pada kemaluan ( wanita).           e. Bebek                
Bebek adalah bahan bedak ( boreh, anget-anget). 
               Ini di pasang  Pada perutnya.
               Maksudnya untuk dapatnya rokh angisep sarining wangi, yakni menikmati  kesucian.
              f. Lengawangi.
               Lengawangi  ialah minyak harum ,bedak wangi yang di pasang pada tubuh mayat, dengan
               maksud  untuk penuda lara gati sangsara, yakni membasmi segala yang bersifat sengsara rokh
                orang yang meninggal
         g .Kewangen-Kewangen
             Pasang Kewangen pada tubuh mayat ,caranya  adalah :
             1 buah diletakkan di kepala , 1 buah dihulu hati,
             1 buah di dada,2 buah disiku kanan kiri,2 buah di lutut kanan kiri .
             Hal ini tujuannya untuk mengembalikan unsur Panca Maha Butha, yakni Panca Tan Mantra
            dengan  cepat kembali ke asalnya.
       h. Mewastra .
            Kemudian mayat itu dipasang kain selengkapnya dan secara simbolik berfungsi untuk persiapan
            muspa (tidak dikerubungi seluruh tubuhnya )maksudnya pakaian itu adalh untuk menyatukan
            bayu ,sabda idep ,kesemua unsure  baik yang bersifat sekala maupun niskala dan kembali amor
            amor pada asalnya .
       i.Maktiyang ke Surya
Setelah lengkap semuanya ,maka yang bertugas menjalankan upacara tersebut ,memohon kehadapan Sang Hyang Siwa Raditya ,Tirtha Penglukatan ,dan Pabersihan ,Barulah Mayat itu diperciki Tirtha Panglukatan dan Pebersihan dan Tirtha Kahyangan lainya .
       J . Banten arepan .
           Setelah manyembah kehadapan Hyang Surya , Mayat diayapkan bebanten yang disebut bubur
           Pirata ,Nasi angkeb ,saji ,maksudnya untuk bekal rokh yang akan meninggalkan Dunia ini .
      k. Mapegat .
           Sebagai tanda perpisahan ,maka kaum krabat yang ditinggalkan menghadapi banten yang letaknya
           didekat kaki orang yang meninggal .Banten ini disebut banten sambutan papegat .
           Para Keluarga yang ditinggalkan mula – mula menyembah ke Surya kemudian kepada Rokh Orang
            Meninggal .
      l. Malelet.
          Barulah mayat itu dilelet ( dibungkus ) dengan kain kapan ,tikar plasa ,tali kendit /ante bambu dan
         akhirnya dengan kain putih .






BAB II.
MENDEM SAWA. 2.1
 Setra adalah tempat dimana Umat Hindu mendem sawa dan ngeseng .Setelah mayat selesai di     Upacarai sebagai mana mestinya lalu diusung dan dibawa ke Setra .Di Setra telah disiapkan bangbang sebelum dipendem dilakukan hal – hal sebagai berikut .
 a.  Mayat dibuka ,baik tikar maupun pengleletnya dan tali kendit .
 b. Diperciki tirtha oleh pelaksana Upacara ;yakni tirtha Penglukatan maksudnya untuk menghilangkan
      kecemaran .Kemudian dilanjutkan dengan tirtha pabersihan maksudnya mensucikan rokh Orang
       Yang meninggal .Dilanjutkan dengan Tirtha Pangentas maksudnya memberikan petunjuk jalan yang
        benar kepada rokh orang yang meninggal .Terakhir dipercikkan tirtha Kawitan ,Kahyangan Tiga ,
       Yang bertujuan ialah member restu Pemarisuda kepada Rokh yang meninggal .
c. Selesai mempercikan tirtha semuanya ,kembali mayat dibungkus dan dimasukkan ke dalam Peti
     ( Selepa )dan kemudian di pendem .
Sebagai tanda selesainya Upacara mendem sawa maka disetra tersebut dilakukan Upacara sebagai berikut ;
1.       Banten dihaturkan kehadapan Ida Sanghyang Prajapati,dengan Puja penunas Ica ,maksudnya menyerahkan kepadaNYA, dan mohon ampun atas Karma yang tidak baik yang pernah dilakukan di Maya Pada ini ,juga memohon agar diterima Amor Acintya .
2.       Banten untuk Ibu Pertiwi dengan pengastawa yang bertujuan untuk berkenan menerima unsure – unsure Panca Maha Buta yang meninggal di pangkuanya .
3.       Banten yang dihaturkan kehadapan Betara Sedaan setra ,dengan pengastawa yang bermaksud agar sedan pengulun Setra /pengulun bangbang tidak menghalangi Mayat di Pendem .
.   MAKTIANG .2.2
Upacara terakhir dalam mendem sawa dilakukan pengubaktiaan dari para sentana dengan demikian selesailah upacara memendem yang dimaksud .
           MEGESENG .2.3
Tata cara pelaksanaan ngeseng sawa ( Mayat)terdapat beberapa hal yang sama dengan tata cara pelaksanaan Mendem,antara lain dari sejak meninggalnya hingga mengusung ke Setra .
Dalam Atiwa - tiwa yang dilakukan dengan megeseng ( dibakar )maka ditempuhlah dua proses yakni ;
1.Proses pengembalian badan wadag (stula sarira)ke asalnya ( Unsur Panca Maha Butha).
2.Proses Penegembalian rokh (Atma sarira ) ke asalnya (Paramaatma ).
Dalam Pengertian pengembalian badan wadag kepada unsur Panca Maha Butha yang dilakukan dengan megeseng terjadi dalam beberapa bagian yaitu ;
1. sawa wedana ,yaitu ngeseng Sawa secara langsung dengan segala Upacaranya .
2.Asti Wedana ,yaitu ngeseng sawa yang dibakar kembali dari bangbang (ngangkid)dengan   segala upacaranya .
3.Sawa swasta ,yaitu Upacara Atiwa - tiwa terhadap mayat yang tidak mungkin di jumpai lagi sehingga mayat diwujudkan dengan adegan ( badan lain )berupa ilalang ,air ,dan upakara lainya .




PENUTUP .
Upacara Pitra Yadnya dalam pengertian umum adalah suatu usaha untuk mengadakan Upacara Pitra Yadnya (Atiwa – tiwa )yang bertujuan untuk menjadikan rokh atau arwah yang meninggal menjadi suci .
Disini saya sajikan hanya sebagian kecil dari pada prosesi Pelaksanaan Pitra Yadnya hanya pada pelaksanaan SAWA MEMENDEM saja ,yang tentunya ada prosesi yang lebih lanjut dengan berbagai Tata Cara seperti ;
·         Megeseng ,yang mencakup 3 cara yaitu Sawa Wedana , Asti Wedana ,dan Swasta yang masing masing mempunyai tata cara sesuai dengan Desa Kala Patra .
·         Ngelungah ,adalah proses Upacara bagi Bayi yang telah berumur  42 hari sampai belum ketus gigi.
Dengan memperhatikan dan menitikberatkan pelaksanaan Atiwa – tiwa tersebut adalah suatu sasaran yang diakibatkan untuk tidak menyimpang dari landasan dan sesuai dengan ketentuan ajaran Agama Hindu ,untuk dapat mencapai tujuan Agama Kita yaitu Moksartham Jaghaadita ya ici dharma dalam arti terwujud keharmonisan hidup lahir dan batin .
         Tentunya dalam hal pembuatan makalah ini jauh dari sempurna saya tak lupa mohon saran dari fihak pembaca dan Kami tak lupa mengucapkan trimakasih .
          Om santi ,santi , santi ,Om .
                                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar